Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Idulfitri, Hari Kemenangan!

"KENAPA Idulfitri disebut Hari Kemenangan?" tanya cucu. "Apakah ibadah itu seperti tanding bola, ada yang menang dan ada yang kalah, lantas yang menang merayakan kemenangannya?"

"Justru permainan bola itu simulasi dari realitas kehidupan!" jawab kakek. "Dalam permainan bola orang dilatih lalu diuji mentalnya, dari siap menang siap kalah sampai disiplin dan sportif pada aturan main! Sikap mental dari permainan bola itu diimplementasikan dari kehidupan sehari-hari sampai tata cara politik bernegara-bangsa! Puncak implementasinya dalam ibadah, kalah menang jelas ganjarannya—reward dan punishment! Dalam konteks seperti itulah Idulfitri disebut Hari Kemenangan, hari di mana orang mengklaim berhak mendapatkan reward!"

"Di main bola ada wasit mengawasi pelaksanaan aturan main, dalam kehidupan ada aparat hukum, lalu di ibadah, siapa wasitnya?" kejar cucu.
"Justru dalam ibadah wasitnya berlapis!" jawab kakek. "Pengawas formalnya tim malaikat Kiroman-Katibin, sedang wasit efektifnya hati nurani sendiri yang bisa nyemprit jika melanggar aturan main! Tapi seperti halnya dalam bola ada wasit tidak fair, dalam kehidupan nyata ada polisi membiarkan pelanggaran hukum, dalam ibadah juga ada orang yang tak jujur pada hati nuraninya sendiri, alias hipokrit!"
"Lantas bagaimana orang yang hipokrit menyembunyikan kekalahannya itu lalu ikut merayakan Hari Kemenangan?" tanya cucu.

"Banyak yang begitu! Tapi, hak setiap orang ikut merayakan kemenangan!" tegas kakek. "Soal kebenaran ibadahnya dicatat malaikat Kiroman-Katibin! Sedang kekalahan yang dia sembunyikan itu, sebagaimana umumnya ibadah, merupakan urusan pribadi setiap orang pada Sang Khalik!"
"Kalau begitu, baik pada simulasinya di bola, atau prakteknya dalam kehidupan nyata, maupun sublimasinya dalam ibadah, kemungkinan toleransi pada pelanggaran aturan selalu ada?" tukas cucu.

"Karena semua itu terkait manusia, makhluk yang tak sempurna!" timpal kakek. "Bahwa mungkin ada pelanggaran aturan tak di-follow up wasit tidak membatalkan sang juara, bahwa ada aturan main dilanggar tapi pilkada tetap sah, semua itu tanpa minderheits nota! Beda ibadah! Meskipun setiap orang berhak merayakan Hari Kemenangan dengan menyembunyikan kesalahannya, kesalahan itu tetap dicatat tim malaikat—paling tidak sebagai minderheits nota!"

"Kenapa minderheits nota?" sela cucu.

"Karena banyak kesalahan bisa dimaafkan dalam Idulfitri!" tegas kakek. "Itulah rahmat istimewa Idulfitri! Maka itu, selamat Idulfitri, mohon maaf lahir-batin!" ***
Selanjutnya.....

Pemudik Bermotor Perlu Jalur Khusus!

"TAMPANGMU stres begitu mau mudik bersepeda motor?" tanya Umar. "Lebih baik istirahat dulu, setelah terasa segar baru berangkat!"
"Mukaku terlihat suntuk bukan karena tubuhku tak bugar, tapi karena tertekan provokasi polisi yang menonjolkan tingginya angka kecelakaan sepeda motor mudik tahun lalu, dan menekankan agar mudik naik angkutan umum, motornya ditumpangkan kereta api!" sambut Temin. "Disuruh naik angkutan umum, banyak bus yang tak layak jalan tetap beroperasi karena Lebaran kekurangan angkutan! Mau naik kereta api, tiketnya sejak jauh hari sudah habis terjual! Kalaupun ada kereta tambahan, penumpangnya berdesakan sepanjang perjalanan! Padahal, mudik bermotor beberapa tahun terakhir ini mengurangi bencana kemanusiaan tergencet di kereta mudik!"
"Setiap jenis kendaraan memang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing!" tegas Umar. "Maka itu, kurang bijaksana pihak kepolisian yang cenderung mencegah mudik dengan sepeda motor lantas menghapuskan bantuan panduan polisi (vooriders) pada rombongan besar pemudik bermotor seperti sebelumnya!"
"Mungkin karena berdasar hasil evaluasi, justru dengan bantuan panduan polisi malah terjadi banyak kecelakaan!" timpal Temin. "Jadi, untuk mengurangi kecelakaan pada pemudik bermotor, bantuan panduan polisi itu ditiadakan!"


"Kenapa bantuan panduan polisi bisa menjadi penyebab kecelakaan?" kejar Umar.
"Banyak pengendara motor takut polisi, seperti kalau ada razia banyak memutar haluan lantas nerabas kampung!" jelas Temin. "Tak ayal, saat terdengar sirene polisi memandu rombongan pemudik bermotor, banyak pengendara motor dari arah berlawanan kalang kabut, lalu tak tenang berkendara hingga rawan kecelakaan!"
"Kenyataan sepeda motor telah menjadi pilihan sebagian besar pemudik karena ekonomis dan praktis di desa tujuan, jelas bukan pada tempatnya untuk ditakut-takuti atau dihalang-halangi dengan cara apa pun!" tegas Umar. "Sebaliknya pemudik bermotor justru diberi panduan ekstra, dan jika perlu diberi jalur khusus di lokasi rawan agar terlindung dari kendaraan besar! Sekaligus, mengurangi risiko kecelakaan!"
"Baiknya begitu!" timpal Temin. "Soalnya seperti ditulis Lilik Queigu Leiwakabessy (Facebook, 27-8), 'Sayur lodeh ojo lali santene kelopo, iwak layur diadoni tepung, poro sedulur sesok iki rioyo, tinimbang ngeluyur ayo tilik kampung!"
"Itu pantun justifikasi mudik!" tegas Umar. "Selamat jalan!" ***

Selanjutnya.....

Bujet Pertanian Cuma 1,3% APBN!


"ANGGARAN pertanian 2012 naik jadi Rp17,8 triliun dari Rp17,1 triliun pada APBN 2011," ujar Umar. "Itu kata Menteri Pertanian Suswono di Brebes, Jumat (26-8). Prioritas tanaman pangan untuk mewujudkan tekad Presiden SBY menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan baru dunia!"
"Tekad yang membanggakan!" timpal Amir. "Tapi, apa mungkin tekad gagah itu diwujudkan dengan bujet sektor pertanian hanya 1,3% dari RAPBN 2012 sebesar Rp1.400 triliun? Sebab, bujet 2012 dibanding 2011 cuma beda Rp600 miliar, padahal untuk produksi beras saja 2011 masih cekak hingga polemik impor beras meruyak sampai Lampung, anggaran sebatas itu kayaknya terlalu kecil dibanding besarnya tekad!"

"Apalagi pencukupan pangan nasional termasuk impor gandum mencapai 6 juta ton setahun, kedelai 2 juta ton setahun, dan berbagai buah!" tukas Umar. "Gandum dan kedelai tanaman subtropis! Tapi banyak tanaman subtropis, kubis, buncis, kentang, juga kedelai, di zaman Belanda bisa dikondisikan di kawasan berhawa sejuk, kenapa sekarang tak diprioritaskan membiayai penelitian dan pengondisian gandum dan kedelai di kawasan berhawa sejuk yang luas di Papua!"
"Artinya, tekad menjadikan Indonesia lumbung pangan baru dunia itu sukar diwujudkan kalau cuma dengan tambahan anggaran Rp600 miliar jadi 1,3% dari APBN!" timpal Amir. "Karena selama ini saat kita tepuk dada bisa swasembada pangan, di balik itu sebenarnya menyembunyikan realitas impor gandum (terigu) dan kedelai!"
"Peningkatan produksi beras selama ini terbatas dilakukan lewat intensifikasi, akibatnya lahan pertanian semakin keras oleh residu pupuk yang terus semakin maksimal digunakan!" tegas Umar. "Padahal jauh lebih baik sekalian untuk membuka lapangan kerja baru, melakukan ekstensifikasi dengan tanaman padi darat di areal eks HPH hutan industri! Tanaman padi darat beras merah bahkan bernilai ekonomi tinggi, bukan cuma di pasar domestik, melainkan juga di pasar dunia!"
"Ekstensifikasi seperti itu terkendala Moratorium Oslo, Indonesia sudah teken kontrak pada dunia tak menggarap untuk pertanian lahan eks HPH!" timpal Amir. "Maka itu, pilihan tetap intensifikasi! Seperti di Lampung, masih luas bisa ditingkatkan dari sawah tadah hujan jadi irigasi teknis, dari setahun panen sekali jadi dua kali! Tapi irigasi teknis mahal, Rp600 miliar tambahan anggaran itu bisa cuma jadi tiga bendungan besar sekelas yang ada di Lampung! Alhasil, dengan bujet 1,3% dari APBN cukup berat untuk menjadikan Indonesia lumbung pangan baru dunia!" ***

Selanjutnya.....

Steve Jobs Mundur dari CEO Apple!


"STEVE Jobs, dicatat Guinnes World Record sebagai chief executive officer (CEO) dengan gaji terendah (1 dolar AS per tahun) pekan ini mundur dari CEO Apple Computer yang dia dirikan 1976 karena kena kanker pankreas!" ujar Umar. "Jobs pada usia 21 dan Wozniak (26) pada 1976 memulai usaha Apple di garasi rumah Jobs! Bertahun-tahun Jobs menggaji dirinya 1 dolar AS per tahun, sampai penjualan komputer maju! Setelah maju, pada 2003 gaji Jobs 219 juta dolar AS per tahun—lebih Rp4 miliar per hari!" (Wikipedia)

"Jobs inspirator kaum muda AS untuk memulai usaha dari nol di garasi!" timpal Amir. "Itu ditiru Larry Page dan Sergey Brint penemu Google, dan Mark Zuckerberg penemu Facebook, atau Steve Chen, Jawed Karim, dan Chad Hurley penemu video online YouTube—semua itu dicapai pada usia di bawah 30. Cara Jobs mudur dari CEO di usia 56 (lahir 1955) juga penting, kinerja perusahaan tak perlu jatuh bersama kondisi fisiknya!"

"Sebagai inspirator, Jobs dikagumi!" tegas Umar. "Ia ahli meyakinkan orang dan salesman yang unggul! Pendiriannya keras, meskipun berakibat Apple kehilangan peluang emas menjadi pemimpin pasar komputer pribadi (PC). Ia menolak tawaran membuat komputer kompatibel dengan piranti Macintosh—yang unggul teknologinya! Akibatnya pemilik ide mengadopsi platform IBM PC dengan sistem operasi buatan Microsoft—yang melahirkan Microsoft Windows, penguasa pasar dunia kini!"

"Namun, Apple Computer tetap di barisan depan inovator teknologi komputer!" timpal Amir. "Belakangan Apple jadi perintis teknologi iPhone dan iPod yang sistemnya berkembang menjadi aneka kapsul berfitur touchscreen antarmuka!"

"Dari segi personalia Apple Computer sendiri, Jobs menunjuk Tim Cook, chief operating officer, jadi penggantinya di CEO!" tegas Umar. "Sebelumnya, pada 1983 Jobs juga pernah menarik John Sculley dari Pepsi-Cola ke perusahaannya kemudian menjadi CEO mengantikannya saat kondisi mental Jobs labil! Bahkan waktu itu (1985) Jobs keluar dari Apple mendirikan perusahaan NeXT Computer yang produknya terkenal di lingkup riset sains, dengan memajukan teknologi lewat program seperti object-oriented, PostScript, dan perangkat magneto-optical, yang mebuat Next dibeli Apple seharga 402 juta dolar AS pada 1996, dan Jobs pun kembali ke Apple!"

"Dalam bisnis teknologi kita butuh inspirator yang mumpuni bersaing global dan memicu regenerasi di bidangnya!" timpal Amir. "Mungkin kita punya cukup tokoh untuk itu, cuma iklimnya yang belum terbangun untuk bisa mencuatkannya!"
Selanjutnya.....

Mogok Makan Anna Hazare Masuki 9 Hari!

"KALAU Presiden SBY mengirim surat ke Nazaruddin tersangka koruptor merespons besar mulutnya, Perdana Menteri India Manmohan Singh mengirim surat ke Anna Hazare aktivis antikorupsi karena tutup mulut—mogok makan yang Kamis (25-8) memasuki sembilan hari!" ujar Umar. "Hazare yang disebut-sebut reinkarnasi Gandhi dalam perjuangan tanpa kekerasan, melakukan mogok makan untuk menghentikan korupsi para pejabat yang telah mencuri kekayaan nasional!"

"Aksi Hazare bersama pendukungnya yang luas di seluruh negeri kali ini merupakan klimaks dari gelombang aksi sebelumnya, menuntut Undang-Undang Antikorupsi yang mengatur pembentukan badan antikorupsi independen berkewenangan menindak pejabat tinggi!" sambut Amir. "Tapi saat RUU antikorupsi dipresentasikan awal Agustus, isinya malah mengecualikan perdana menteri dan hakim senior! Hazare yang menggelar protes ditangkap bersama 2.600 pendukungnya! Dalam tahanan Hazare memulai mogok makan, menyebabkan ia dan para pendukungnya langsung dibebaskan! Namun, ia melanjutkan mogok makan di depan publik untuk selama dua minggu!"

"Menurut BBC (24-8), dalam surat ke Hazare, Singh menyatakan komitmennya untuk menyusun RUU Antikorupsi terbaik sesegera mungkin! Singh juga memerintahkan Menteri Keuangan Mukherjee berunding dengan aktivis!" tegas Umar. "Perdana menteri juga mengundang semua pemimpin partai untuk mencapai solusi memenuhi tuntutan para aktivis antikorupsi—yang selain ribuan di Ramlila, Delhi, tempat Hazare mogok makan, beribu-ribu lainnya ada di depan setiap rumah menteri, maupun depan gedung DPR daerahnya!"

"Pemerintah India dengan penduduk lebih satu miliar jiwa tetap peka kritik, setidaknya setelah memasuki aksi mogok makan hingga membuka dialog nasional mencari solusi terbaik!" timpal Amir. "Sedang di Indonesia, sudah imun dari kepekaan sejenis—tanpa kecuali pada aksi mogok makan seperti dilakukan korban lumpur Lapindo! Padahal, kalau dilihat dari pertumbuhan ekonomi India rata-rata di atas 8% setahun sepanjang dekade hingga masuk kelompok BRIC—Brasilia, Rusia, India, dan China—korupsi di India mungkin belum sefatal di Indonesia!"

"Justru karena sampai tingkat tertentu kritik dan koreksi ditanggapi serius, pertumbuhan India bisa lebih tinggi dan berkelanjutan!" tegas Umar. "Tapi juga tampak, di balik pertumbuhan tinggi—bahkan dengan hasil audit wajar tanpa pengecualian (WTP) sekalipun—tetap ada korupsi! Jadi, waspadalah terhadap korupsi!" ***
Selanjutnya.....

Rezim Khadafi Berakhir Tragis!

"REZIM Kolonel Moammar Khadafi yang berkuasa 42 tahun berakhir tragis! Itu terjadi Minggu akibat para komandan pasukan loyalis justru meloloskan masuk Tripoli pemberontak dari segala penjuru!" tegas Umar. "Meskipun belum ada pemerintahan baru sedang sisa-sisa kekuatan Khadafi—di bawah Saif Al-Islam Khadafi—masih melakukan perlawanan sporadis, rakyat Libya telah merayakan jatuhnya sang tiran di Lapangan Hijau, pusat Kota Tripoli!"

"Tampak selain rakyat sukacita dengan jatuhnya Khadafi, pasukan loyalis juga sebenarnya tak tahan dicekam tiran selama 42 tahun, lalu perang saudara yang menelan korban tak sedikit selama enam bulan, hingga mereka bersepakat memberi jalan mudah pemberontak masuk Tripoli!" timpal Amir. "Selain pintu lebar yang dibuka loyalis buat pemberontak, menurut pemimpin oposisi Mustafa Abdel Jalil keberhasilan mereka tak terlepas dari dukungan pasukan NATO dengan serangan udara dan kapal-kapal perangnya di Laut Tengah!"

"Serangan udara NATO berbulan-bulan itu berhasil melumpuhkan fasilitas-fasilitas strategis Khadafi, membuka jalan bagi keunggulan pemberontak!" tegas Umar. "Kehadiran NATO sebagai kelanjutan Amerika Serikat melaksanakan Resolusi DK PBB menutup langit Libya memayungi aksi damai kaum oposisi, sejak awal ditentang Liga Arab dan Afrika Bersatu! Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma menuding NATO menyalahgunakan resolusi PBB! Ketua Afrika Bersatu Teodoro Obiang Nguema (Presiden Guinea Khatulistiwa) yang mengutuk campur tangan tentara asing di Pantai Gading dan Libya, menegaskan Afrika harus dibolehkan mengelola sendiri urusan mereka!" (Antara News, 15-6)


"Itulah tragisnya Khadafi, dukungan internasional, termasuk dari Rusia dan China terkait dengan investasi mereka di Libya, tak dia konsolidasi hanya karena meremehkan kekuatan oposisi yang tak ada apa-apanya dibanding kekuatan persenjataan modern yang dimilikinya!" tukas Amir. "Akibatnya, setelah serangan beruntun berbulan-bulan fasilitas militer Khadafi bisa dibungkam NATO, saat bersamaan pertahanan diplomasinya juga ompong! Padahal, baik Liga Arab maupun Afrika Bersatu tetap teguh pada pendirian, dibenarkannya rekayasa tindakan militer antarbangsa atas suatu konflik domestik, mengancam kedaulatan negara mana pun yang dengan mudah ditetapkan sebagai sasaran!"

"Apalagi ada udang di balik batu, seperti minyak dan gas Libya yang 1,6 juta barel per hari" timpal Umar. "Tak malu, perusahaan minyak Prancis ENI (dahulu Agip) dan BP dari Inggris, heboh bersiap menggantikan Rusia dan China di Libya! Tragis!" ***

Selanjutnya.....

Sumatera Minus 10 Kabupaten Terbaik 2010!

"ACARA Metro-10 (Metro TV, 21-8) Minggu malam menayangkan 10 kabupaten terbaik 2010 hasil seleksi kerja sama Ditjen Otonomi Daerah dengan lembaga independen, tak satu pun dari Sumatera dan Kalimantan!" ujar Umar. "Penilaian berideal hidup rakyat tenteram, tertib, dan sejahtera itu didata lewat 61 dimensi operasional, dari harmoni hubungan kerja bupati dan DPRD terutama dalam mengorientasikan anggaran untuk rakyat, belanja modal (pembangunan) dan sosial (kesejahteraan), sampai pelayanan publik yang komprehensif!"

"Untuk kriteria begitu, kedengarannya saja asing bagi elite politik di Sumatera!" timpal Amir. "Ada catatan 10 kabupaten terbaik 2010 itu?"

"Tentu ada!" jawab Umar. "Terbaik 1. Jombang (Jatim), 2. Bojonegoro (Jatim), 3. Sragen (Jateng), 4. Pacitan (Jatim), 5. Boalemo (Gorontalo), 6. Enrekang (Sulsel), 7. Buleleng (Bali), 8. Luwu Utara (Sulbar), 9. Karanganyar (Jateng), dan 10. Kulon Progo (DIY)."

"Dengan daftar baru tanpa Gianyar (Bali) dan Solok (Sumbar), padahal selama ini telah menjadi buah bibir dan tujuan rombongan studi banding pejabat Pemkab dan anggota DPRD seluruh negeri, tampak ada kriteria baru dalam penilaian, selain sisi yang dinilai juga semakin beraneka!" timpal Amir. "Termasuk konteksnya! Misal, bukannya di daerah lain hubungan kerja bupati dan DPRD tak harmonis! Amat harmonis pun, tetapi konteks kemesraan itu lebih dalam rangka orientasinya untuk berbagi kue anggaran yang lebih besar buat mereka, bukan dalam konteks memberikan anggaran lebih besar buat belanja pembangunan dan kesejahteaan rakyat!"


"Era Sragen, Gianyar, dan Solok, yang dijadikan unggulan penilaian pelayanan publik satu pintu! Hal itu ternyata mudah diikuti kabupaten lain asal bupati dan DPRD-nya serius!" tegas Umar. "Kini, ukurannya realitas hidup rakyat tenteram, tertib dan sejahtera! Di Jombang, rakyat kawasan Pesantren Tebu Ireng itu hidup tenteram dan sejahtera, terutama karena di puskesmas tersedia dokter spesialis dan bidan siaga hingga jam berapa dan dusun mana pun orang melahirkan terjamin dapat penanganan medis standar! Kalau butuh dokter spesialis prosesnya mudah, tanpa pusing memikirkan tarifnya yang mahal!"

"Jika Sragen bertahan dalam '5 besar' bisa jadi karena pelayanan publiknya yang prima telah mengangkat realitas hidup rakyatnya sehingga kriteria penilaian baru terpenuhi!" timpal Amir. "Sedihnya di Lampung, pelayanan publiknya saja papan bawah, apalagi kriteria yang aneh-aneh!" ***


Selanjutnya.....

Seleksi Pimpinan KPK Dibahas oleh Setgab Koalisi!

"ANDA pindahan dari SMA 200, ya?" tanya Budi ke siswa baru. "Bagaimana kepala sekolahnya?"

"Kepala sekolah yang buncit, botak, dan penjual mimpi itu?" sambut siswa baru.

"Betul!" tegas Budi. "Dia itu ayahku!"

"Dia ayahmu?" tukas siswa baru. "Maaf! Saya tidak bermaksud..."

"Tak apa!" potong Budi. "Kesan seperti itu juga kami rasakan di rumah! Tapi justru ayah sendiri menyatakan kesan negatif seperti apa pun pada seseorang itu wajar saja, karena manusia tak ada yang sempurna!"

"Berarti wajar dong kesan orang ramai yang langsung menanggapi miring berita tentang seleksi calon pimpinan KPK oleh DPR yang akan dibahas lebih dahulu oleh Sekretariat Gabungan (Setgab) koalisi partai-partai berkuasa" tukas siswa baru. "Sebab, dengan kekuatan suara koalisi yang mayoritas mutlak di parlemen, dengan pembahasan lebih dahulu oleh Setgab itu hasil seleksi pimpinan lembaga pemberantas korupsi itu justru harus dipastikan yang terbaik bagi kepentingan penguasa dan kelompok berkuasa! Sekaligus hal itu memberikan gambaran bakal seperti apa kinerja pemberantasan korupsi di negara ini ke depan!"

"Kesan negatif seperti itu diperkuat 'nyanyian' Nazaruddin—mantan bendahara umum Partai Demokrat—bahwa tak sepenuhnya bisa dilepaskan kemungkinan adanya cawe-cawe dari partai berkuasa untuk menghasilkan seleksi pimpinan KPK yang menguntungkan kepentingan mereka!" tegas Budi. "Tanpa kecuali Komite Etik KPK kini sedang bekerja untuk mencari kebenaran ucapan Nazaruddin saat dalam pelariannya itu, kondisi Nazaruddin sendiri yang kini 'klepek-klepek seperti ayam disembelih' akibat ketakutan baik atas intimidasi terhadap dirinya, ketakjelasan nasib istrinya yang sebelumnya bersama dia di Kolombia, serta banyaknya materi bukti yang ia serahkan ke pihak berwajib saat tertangkap ternyata hilang atau berubah ujud, hasil kerja komite etik yang cuma bekerja dengan menanya-nanya orang-orang yang disebut Nazaruddin sudah bisa ditebak bakal bagaimana!"

"Setidaknya bakal bagaimana hasil kerja Komite Etik bisa dipandu dengan penyikapan Johan Budi—juru bicara KPK—yang sebelumnya menskorsing dirinya tapi sebelum keputusan Komite Etik keluar, dia sudah mengaktifkan sendiri dirinya bertugas seperti sedia kala!" timpal siswa baru. "Maka itu, dugaan orang atas hasil bahasan Setgab Koalisi untuk seleksi pimpinan KPK bisa tak seburuk tebak-tebak manggis!" ***

Selanjutnya.....

Belanja Birokrasi Semakin Absolut!

"BELANJA birokrasi dalam APBN dan APBD secara umum semakin absolut—angka kuantitatifnya mencerminkan kondisi yang sukar diubah dari terus memburuk karena kian jauh dari idealnya!" ujar Umar. "Itu terlihat pada pernyataan Direktur INDEF, Institute for Development of Economic and Finance Enny Sri Hartati, dalam RAPBN 2012 belanja rutin yang lebih banyak digunakan untuk membiayai urusan birokrasi membengkak menjadi 80,43%, sedang belanja modal hanya 17,42%, dan belanja sosial 6,67%, (Kompas, 19-8). Padahal idealnya APBN lugas berorientasi memajukan kesejahteraan umum, bukan cuma memakmurkan penyelenggara negara!
"

"Realitas APBN dengan anggaran rutin melampaui angka psikologis 80% itu jelas bisa menjadi pembenaran pada APBD yang telah lebih dahulu melewati, dari kelompok mayoritas (81%) kabupaten + kota yang belanja modal dan nonrutin lainnya di bawah 30%!" timpal Amir. "Bakal lebih parah lagi kalau komposisi APBN yang amat timpang itu dijadikan panutan daerah dalam penyusunan RAPBD, yang berakibat semakin ciut pula belanja modal (pembangunan) dan belanja sosial di daerah!"

"Peniruan daerah ke Pusat itu tak bisa dihalangi!" tegas Umar. "Apalagi menjadi kenyataan, peningkatan transfer dana Pusat ke daerah yang mencapai tiga kali lipat dalam tujuh tahun ini juga tak diikuti peningkatan pembangunan yang sebanding di daerah—kecenderungannya justru semakin besar dana dicurahkan Pusat, kian kecil pula pembangunan yang terlihat di daerah! Itu terlihat dari transfer APBN ke daerah, 2005 sebesar Rp150,42 triliun, pada 2011 menjadi 405,07 triliun dan 2012 Rp 464,40 triliun." (Kompas, idem)

"Dengan porsi anggaran pembangunan yang kian minim di daerah itu, sukar dibantah asumsi umum bahwa peningkatan tajam transfer dana Pusat ke daerah hanya dijadikan bancakan elite politik dan birokrat daerah!" timpal Amir. "Itu karena gejala keabsolutan belanja birokrat, terutama di daerah, terjadi lebih sebagai akibat kolaborasi berpola sparing partner antara birokrat dan politisi! Bisa disebut sparing partner, karena tugas politisi dalam menjalankan hak kontrol dan hak budget-nya dilakukan dengan shadow boxing, cuma seolah-olah saja kritik ini kritik itu, sedang dalam praktek nyata kedua pihak kerja sama untuk saling membantu guna bisa menarik bagian masing-masing sebanyak-banyaknya dan sepuas-puasnya! Ini kunci yang membuat belanja birokrat semakin absolut saja!" *

Selanjutnya.....

Giliran Elpiji Menghilang!

"SETELAH premium langka hingga warga harus antre panjang di SPBU yang sedang kedatangan pasokan, kini giliran elpiji menghilang!" ujar Umar. "Semua SPBU yang didatangi tak ada elpiji lagi, baik tabung 3 kg maupun tabung 12 kg!"

"Itulah konyolnya negeri kita ini!" sambut Amir. "Rakyat dialihkan bahan bakar dapurnya dari kompor minyak tanah ke elpiji! Setelah semua pakai gas, gasnya langka! Mending kalau meski harganya mahal barangnya ada! Jadi lebih konyol lagi, harganya ada dan tinggi—
tabung 3 kg dari normal Rp14 ribu jadi Rp25 ribu dan tabung 12 kg dari normalnya Rp75 ribu jadi Rp125 ribu—tapi barangnya tak ada! Begitu pula yang mau kembali pakai kompor minyak tanah, meski harganya ada Rp8.000 per liter, minyak tanahnya juga tak ada!"

"Barangnya tak ada saja harganya naik lebih dua per tiga! Untuk tabung 3 kg bahkan dari Rp14 ribu jadi Rp25 ribu, berarti naik nyaris 70%!" tukas Umar. "Artinya, kalaupun ada spekulasi di satu pihak yang terjadi akibat kelalaian petugas yang harus bertanggung jawab menjamin kelancaran distribusi di lain pihak, hasilnya meningkatkan penderitaan rakyat kebanyakan yang mengalami kesulitan mendapatkan elpiji, yang kalaupun harganya ada semakin tak terjangkau!"

"Dasar nasib malang rakyat jelata, menderita dibuat begini salah begitu juga salah, tak ada tindakan hukum terhadap orang-orang akibat kelalaiannya maupun spekulasi yang mereka lakukan!" timpal Amir. "Pokoknya orang-orang yang lalai dari tanggung jawabnya atau mereka yang seenak sendiri berspekulasi itu, hidup bebas sesukanya seperti di negeri tak bertuan!"

"Uniknya, kelalaian dilengkapi spekulasi itu diasumsikan karena alasan tunggal—rusaknya jembatan Cakat—dijadikan alasan kelangkaan atas pasokan langsung dari Palembang dan lewat kapal dari Tanjung Priok!" ujar Umar. "Kemacetan akibat jembatan Cakat (yang kini justru sudah lancar), sebelumnya juga bisa diantisipasi! Anehnya pasokan lewat kapal dari Tanjung Priok kendalanya juga dikaitkan dengan kemacetan pasokan mobil tangki dari Palembang!"

"Semua itu tak terlepas dari karakter pelayanan publik yang masih meremehkan kepentingan rakyat yang dilayani!" entak Amir. "Jadi bukan hanya terkait premium yang sekarang belum pulih sepenuhnya, maupun terakhir kelangkaan elpiji! Lihat saja antrean truk di Merak dan Bakauheni yang sedang kambuh lagi, selalu hanya diselesaikan di atas kertas! Sedangkan realitasnya, begitu lagi, begitu lagi!" ***
Selanjutnya.....

Nazaruddin Pasrah Asal Anak-Istrinya Tidak Diganggu!

"DENGAN suara tersengal, seusai pemeriksaan KPK Kamis siang Nazaruddin meratap di depan para wartawan memohon, 'Pak Presiden SBY anak dan istri saya jangan diganggu!' Dia mengaku bersalah dan siap dihukum tanpa disidangkan pengadilan!" ujar Umar, "Demi anak dan istrinya tak diganggu itu Nazaruddin menjanjikan kompensasi, dia tidak akan mengait-ngaitkan kasusnya dengan Partai Demokrat atau siapa pun!"

"Selain pernyataan lisan lewat wartawan, Nazar juga membuat surat khusus kepada Presiden SBY yang ditunjukkan dan dibacakan kepada para wartawan oleh asisten pengacara O.C. Kaligis, Dea Tungga Esti!" sambut Amir. "Inti suratnya sama dengan yang ia ucapkan pada wartawan, dengan sejumlah tambahan, terutama minta dipindahkan tahanan dari Mako Brimob ke Cipinang! Alasan minta pindah, seperti dibaca Dea, karena di Mako Brimob Nazaruddin diintimidasi dan ditekan!"

"Gaya Nazaruddin pasang badan terkesan seperti yang sejak awal dikhawatirkan oleh kalangan pengamat!" tukas Umar. "Skenario rekayasa yang dikhawatirkan itu menguat sejak Nazaruddin tertangkap di Kolombia ketika pengacaranya O.C. Kaligis yang dari awal sudah bicara atas nama Nazaruddin, di sana dipermainkan Dubes RI setiap mau jumpa kliennya, bahkan setelah Kaligis berkolaborasi dengan advokat terkemuka setempat! Lalu dalam perjalanan Bogota-Jakarta yang makan waktu sampai 38 jam, selain para pengamat khawatir terjadi cuci otak, istri Nazar dan dua temannya warga Singapura yang disebut juru bicara Mabes Polri ikut dalam pesawat, saat turun di Halim istri dan dua teman itu tak ada!"

"Lebih mecurigakan lagi, saat turun di Halim ada orang-orang dengan kepala berselubung hitam untuk menutupi wajahnya, di luar rombongan resmi yang membawa Nazaruddin pulang!" timpal Amir. "Lucunya, di muka wartawan KPK membuka gambar-gambar sebagai bukti tak ada rekayasa dalam perjalanan Bogota-Jakarta, tapi orang-orang yang berselubung kepalanya tak terlihat!"

"Maka itu, ketika Nazaruddin meminta istri dan anaknya jangan diganggu, orang diingatkan pada pernyataan juru bicara kepolisian bahwa istri Nazar ikut dalam pesawat—lantas kemudian disembunyikan di mana?" tukas Umar. "Semua itu memberi isyarat, agar maklum jika dalam proses perkaranya Nazaruddin akhirnya menyimpang sendiri dari 'pakem' cerita yang telah ia bangun mulai dari SMS dan BBM hingga Skype!"

"Soal-soal begitu rakyat jauh lebih maklum dan paham!" timpal Amir. "Apalagi menyangkut kasus korupsi menjurus ke kelompok berkuasa!" ***

Selanjutnya.....

Reformasi Birokrasi Kembali Dijanjikan!


"DALAM pidato pengantar Nota Keuangan RAPBN 2012 di DPR, Selasa, Presiden SBY menegaskan peringkat teratas prioritas tahun anggaran 2012 adalah reformasi birokrasi!" ujar Umar. "Tujuan reformasi birokrasi mengefektifkan kinerja birokrasi pemerintah dalam pelayanan publik meningkatkan kesejahteraan rakyat!"

"Reformasi birokrasi kembali dijanjikan, padahal inilah pangkal masalah atas banyak kegagalan program pemerintah memuaskan rakyat sejak Presiden Megawati!" tukas Amir. "Tak kepalang, Mega pernah mengeluhkan 'bandelnya' birokrasi sehingga tak mampu menjabarkan program-program pemerintah!"

"Justru itu, Presiden tepat menjadikan reformasi birokrasi prioritas! Terutama terkait dengan kemerosotan kinerja pemerintah, seperti hasil survei Litbang Kompas Juli 2011!" tegas Umar. "Menurut survei itu, ketidakpuasan pada upaya pemerintah memperbaiki perekonomian mencapai 69,2%. Ketidakpuasan pada kinerja pemerintah pada bidang hukum 72,5%. Ketidakpuasan pada kinerja pemerintah bidang politik dan keamanan 57,9%. Ketidakpuasan pada kinerja pemerintah dalam kesejahteraan sosial 67,1%. Terparah dari hasil survei itu, 86,4% responden menilai Pemerintahan SBY belum bebas KKN!" (Kompas, 16-8)

"Hal penting yang disebut Presiden pada reformasi birokrasi adalah moratorium penerimaan PNS!" timpal Amir. "Soalnya jumlah PNS terlalu banyak, belanja pegawai di daerah banyak yang menelan lebih dua per tiga anggaran! Akibatnya, sekalipun anggaran terus naik, karena kinerja birokrasi terus memburuk, kesejahteraan rakyat pun terus menurun! Apalagi jika moratorium PNS gagal, rakyat bisa tak kebagian anggaran lagi!"

"Moratorium PNS itu secara terbuka mungkin bisa dikendalikan! Tapi secara tertutup penerimaan tenaga honorer terus berlangsung yang honornya dibebankan ke APBD juga! Tetap saja mengurangi porsi anggaran kesejahteraan rakyat!" tukas Umar. "Dengan motif penerimaan pegawai guna mendapat uang per orang puluhan juta seperti dibuktikan polisi lewat menangkap Kepala Pol. PP Lampung Barat, bisa dimengerti di setiap kabupaten ada ribuan pegawai honorer! Di Lampung Selatan, saat baru terpilih bupati kaget kewalahan membayar gaji pegawai honorer lebih 1.000 orang, sehingga sejak itu memberlakukan moratorium penerimaan tenaga honorer!"

"Tampak moratorium dan reformasi birokrasi bisa jalan saat kepala daerah tegas!" timpal Amir. "Tapi jika penguasa di atasnya mencla-mencle, setegas apa pun bupati tetap menjadi bagian dari gejala umum yang buruk, seperti hasil survei itu!" ***

Selanjutnya.....

66 Tahun Merdeka Masih Tadah Hujan!

"HARI Proklamasi kali ini diperingati ribuan petani Lampung dengan bertopang dagu melamunkan ribuan hektare tanaman padi sawah mereka yang rusak dan gagal panen akibat anomali kemarau!" ujar Umar. "Penyebab utama kegagalan panen mereka terletak pada kenyataan, sudah 66 tahun merdeka tapi sawah mereka masih tadah hujan! Ketika terjadi anomali musim seperti sekarang, tanaman padi mereka kekeringan!" (Lampung Post, 14-8)

"Diperkirakan 50% petani tanaman padi di Lampung masih mengandalkan sawah tadah hujan!" timpal Amir. "Lokasi sawah tadah hujan mereka tanpa kecuali di sekitar ibu kota provinsi, Bandar Lampung, seperti Natar, Jatiagung, Tanjungbintang, Merbaumataram, dan Katibung!"

"Irigasi teknis selama reformasi dibangun hanya proyek nasional bantuan asing yang dikerjakan Nippon Coy dari Bekrike Gayabaru, Lampung Tengah!" tegas Umar. "Selain itu, semua irigasi teknis dibangun zaman sebelum reformasi! Malah di Kabupaten Tanggamus, banyak irigasi teknis sudah kurang baik hingga praktis petani kembali bertanam gaya sawah tadah hujan!"

"Di kawasan Wonosobo, Pesawahan sekitarnya, masih di Tanggamus, banyak sungai kering hingga jaringan irigasinya tak berguna dan rakyat menggarap sawahnya dengan cara tadah hujan juga!" timpal Amir. "Sungai-sungai itu kering karena hutan di hulu dibabat penggarap liar, yang belakangan dilegalisasi dalam program hutan kemasyarakatan! Sekitar 20 ribu keluarga penggarap hutan di Tanggamus yang 'diwisuda' jadi 'plasma' program hutan kemasyarakatan!"

"Demikianlah gambaran serba kontradiktif nasib rakyat jelata dalam era 66 tahun merdeka!" tegas Umar. "Rakyat yang punya sawah irigasi teknis sumber airnya kering karena penggarap liar hutan yang dilegalisasi, petani lalu bertanam padi tadah hujan, akibat anomali iklim gagal panen pula!"

"Itu variasinya!" tukas Amir. "Pokok masalah, 66 tahun merdeka banyak petani yang masih hidup bergantung pada sawah tadah hujan, meleset sedikit saja rotasi musim—padahal sekarang jadwal musim bukan saja tak pernah tepat lagi, melainkan malah sukar ditebak—gagal panenlah mereka dengan segala konsekuensi penderitaannya!"

"Untuk mengatasi derita agar tak berlarut-larut, selain menjaga keseimbangan pengembangan hulu dan hilir, pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten) tak boleh lupa membangun irigasi teknis baru dan rehabilitasi irigasi lama!" tegas Umar. "Jangan sampai, makin lama merdeka kian sengsara saja rakyatnya!" ***

Selanjutnya.....

66 Tahun Merdeka UMP di Bawah KHL!

"KAUM buruh Lampung agaknya belum menikmati arti 66 tahun kemerdekaan yang mencita-citakan kehidupan rakyat adil makmur, setidaknya hidup layak!" ujar Umar. "Pasalnya, upah minimum provinsi (UMP) Lampung sejak bangsa merdeka belum pernah mencapai pemenuhan kebutuhan hidup layak (KHL). Untuk 2011, UMP ditetapkan Rp855 ribu atau 95,25% dari KHL Rp897,6 ribu!"

"Apa ada provinsi lain UMP-nya telah memenuhi standar KHL?" tanya Amir.

"Banyak, bahkan Sulawesi Utara sampai 12,3% di atas KHL—UMP Rp1.050.000 dari KHL Rp935 ribu!" tegas Umar. "Lalu Sumut UMP Rp1.350.000 dari KHL Rp966 ribu! Setidaknya delapan provinsi UMP-nya telah melampaui KHL! Sedang UMP Lampung menurut survei Bappenas terendah di Sumatera!"

"Kalau begitu buruk realitas pengupahan buruh di Lampung dibanding provinsi lain,
selayaknya para wakil pemerintah, pengusaha dan serikat buruh yang duduk di Dewan Pengupahan membuka sedikit pintu hati mereka buat memberi perhatian pada nasib kaum buruh!" harap Amir. "Karena KHL Rp897,60 untuk provinsi Lampung yang dijadikan standar UMP Lampung 2011 itu juga timpang dengan hasil survei Disnakertrans April 2011, yang menemukan KHL terendah di Lampung Utara Rp967,023 dan tertinggi di Tulangbawang Barat Rp1.108.101."

"Dilihat dari survei BPS, pada 2010 untuk hidup layak di Lampung satu keluarga dengan dua anak (empat jiwa) sebulan butuh Rp3.500.220. (Asrian Hendi Caya, Lampost, 8-12-2010) Dengan KHL jumlah itu dibagi empat, kehidupan keluarga buruh jauh lebih menderita!" tegas Umar. "Sebab, dengan KHL sebatas kebutuhan hidup seorang lajang, seperempat dari survei biaya hidup layak keluarga beranak dua itu, saat buruh menikah upahnya tak dinaikkan lipat dua seperti asumsi survei! Demikian pula saat anak-anaknya lahir, upahnya tak langsung naik berlipat! Saat nikah, buruh hanya mendapat tunjangan istri yang besarnya tergantung kebijakan perusahaan, tak ada yang sebesar 100% upah—demikian pula tunjangan anak! Artinya setelah jadi keluarga dua anak, gaji buruh tak sebesar hasil survei BPS, bisa separuhnya saja sudah syukur!"

"Tampak, masih banyak dimensi kehidupan buruh yang perlu perhatian, terutama oleh pemerintah daerah, pengusaha, dan pemimpin serikat buruh agar produktivitas buruh tinggi, meningkatkan pertumbuhan dan daya saing global!" timpal Amir. "Kalau kebutuhan tak dipenuhi dan tenaganya diperas habis, produktivitas buruh rendah, bangsa kian tertinggal karena kalah bersaing global!" ***
Selanjutnya.....

66 Tahun Merdeka Anggaran Publik Justru Makin Kecil!

"SUDAH 66 tahun merdeka, anggaran publik di APBD nyaris semua daerah justru makin kecil saja. Bagaimana mau meningkatkan kesejahteraan rakyat?" ujar Umar. "Padahal curahan APBN untuk APBD setiap tahun meningkat tajam, tapi selalu lebih besar untuk belanja pegawai, bukan belanja publik—untuk kepentingan rakyat!"

"Itu berarti dana APBN harus digelontorkan lebih besar lagi ke APBD, sampai belanja rutin melimpah dan memberi keseimbangan pada belanja publik untuk kepentingan rakyat!" timpal Amir.

"Digelontor dana APBN seberapa besar lagi pun takkan bisa melimpah ke anggaran publik, karena masalahnya bukan semata ketidakseimbangan anggaran, melainkan soal ketidakseimbangan kekuasaan antara para pengambil keputusan selaku pemilik kekuasaan dan rakyat!" tegas Umar.

"Akibat ketidakseimbangan kekuasaan itu, ditambah berapa besar pun dana APBN ke APBD, para pemilik kekuasaan akan selalu mengambil lebih besar lagi bagiannya dibanding
anggaran untuk rakyat! Buktinya, kucuran dari APBN ke APBD itu sekarang jauh lebih besar dari masa Orde Baru, bisa 10 kali lipat. Tapi penggunaannya untuk pembangunan jauh lebih besar di masa lalu!"

"Untuk membandingnya mudah!" timpal Amir. "Dulu, dengan wilayah kabupaten lebih luas dan dana pusat lebih kecil di APBD, daerah-daerah bisa membangun jalan kabupaten menghubungkan semua kecamatan! Sekarang, merawat jalan yang dibangun sebelumnya saja tak mampu, hingga jalan kabupaten kebanyakan rusak parah!"

"Kalau begitu usaha meningkatkan kesejahetraan rakyat lewat APBD peluangnya relatif kecil!" tegas Umar. "Sebab untuk menggelontor APBD semua daerah dengan jumlah yang besar belakangan ini, APBN melakukannya melalui dana utangan baik dari luar negeri maupun surat berharga negara! Utang Pemerintah Pusat yang merupakan andalan untuk digelontorkan ke daerah itu sampai Juni 2011 sudah Rp1.723,90 triliun, dengan kewajiban membayar bunga dan pokok utang pada APBN 2011 Rp249,727 triliun!" (Dani Setiawan, APBN Tersandera Utang, Kompas, 11-8)

"Itu bisa menjadi petunjuk sulitnya menambah gelontoran APBN ke APBD, karena beban utang yang sudah sekitar dua kali lipat subsidi BBM tahun sama yang harus ditekan dengan berbagai pembatasan—Rp129 triliun!" timpal Amir. "Dengan itu bisa diasumsikan peningkatan kesejahteraan rakyat terlalu tipis harapan untuk bisa dilakukan lewat APBD—kecuali pada peringatan 66 tahun kemerdekaan bangsa ini dilakukan perubahan politik anggaran daerah menjadi yang benar-benar prorakyat!




Selanjutnya.....

Nazaruddin Tiba, 'Nazaruddin' Lain?

"MANTAN Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin Sabtu ini dijadwalkan tiba di Jakarta setelah ditangkap Interpol di Cartagena, Kolombia!" ujar Umar. "Kehadiran Nazaruddin amat penting untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, juga menyingkap 'mafia proyek'! Khususnya terkait suap wisma atlet yang menurut dia, jaringannya dari para politisi anggota DPR di panitia anggaran, eksekutif yang ketempatan proyek, sampai pengusaha pelaksana proyek!" "Tapi peran spesifik Nazaruddin dalam 'mafia proyek' sebagai pengatur pemenang tender proyek-proyek raksasa (dari ratusan miliar sampai triliunan) dan pendistribusian 'apel malang' dan 'apel washington' harus mendapat perhatian serius rahasia cara kerjanya untuk mengganjal permainan sejenis! Karena, tak mustahil banyak 'Nazaruddin' lain memainkan peran sejenis di setiap proyek pemerintah!" timpal Amir. "Hal itu membersit dari keterangan saksi Dudu, staf PT DGI, yang menyatakan lumrah pelaksana proyek membayar setoran pada pihak yang menentukan pemenangan tender! Saksi Yulianis dari kantor Nazaruddin selain mengaku sering mengantar 'apel' ke anggota DPR dengan menyebut sejumlah nama, juga mengatakan jumlah persentase setoran bisa lebih 30% dari nilai proyek!" "Itu dia! Tak diragukan lagi, banyak ‘Nazaruddin' lain yang berperan dalam 'mafia proyek' sebagai pengatur proses tender di seluruh negeri, hingga Bank Dunia mengasumsikan kebocoran belanja negara sampai 30%!" tegas Umar. "Namun, karena oleh pihak pengusaha 'mafia proyek' itu dianggap lumrah—wajar—seperti kesaksian Dudu di pengadilan, pengusaha harus menyetor karena kalau tak mau menyetor tak bakal bisa menang tender! Akibatnya,

pengusaha tersandera, tak bisa membongkar 'mafia prpyek' karena dalam UU Antikorupsi pemberi dan penerima sama-sama melakukan tindak pidana luar biasa itu!" "Itulah yang membuat 'Nazaruddin-Nazaruddin' dalam 'mafia proyek' di seantero Tanah Air selama ini tetap nyaman dan tenang menikmati hasil korupsinya, sementara kaum miskin yang berhak atas uang yang mereka korupsi itu tak kunjung terangkat dari jurang kemelaratan!" timpal Amir. "Kalau dibanding korupsi proyek di pusat yang relatif terselubung dan halus prosesnya, kerja 'Nazaruddin' daerah cenderung lebih terbuka dan kasar! Maka itu, jika investigasi model penjebakan suap wisma atlet dilakukan di daerah, dijamin dalam waktu singkat segerobak 'Nazaruddin' lain bisa digiring jadi tersangka kasus korupsi!" ***
Share this post
Selanjutnya.....

Awas, Nazaruddin Bisa Terbunuh!

"MESKIPUN Presiden SBY sejak dapat berita Nazaruddin tertangkap sudah wanti-wanti agar menjaga keselamatan tersangka korupsi itu, tak urung Abdullah Hehamahua, ketua Komite Etik KPK, tetap khawatir Nazaruddin bisa terbunuh!" ujar Umar. "Kekhawatiran itu beralasan, lebih-lebih dalam sidang Pengadilan Tipikor kasus suap wisma atlet atas tersangka Mindo Rosalina Manulang, saksi Yulianis (untuk keselamatan jiwanya hakim menutup wajahnya dengan cadar) yang secara tegas menyebut nama-nama anggota DPR yang dia antari uang atas perintah Mindo!"
"Dan nama-nama yang disebut Yulianis itu sama dengan yang disebut Nazaruddin di siaran televisi maupun rekaman Skype!" timpal Amir.

"Hal yang menarik di sidang itu, hakim juga melakukan langkah penyelamatan jiwa saksi dalam kasus yang menempatkan Nazaruddin sebagai salah satu tersangka! Artinya, dilihat dari perspektif penegak hukum, kasus ini berisiko tinggi terhadap keselamatan jiwa tokoh-tokoh yang terkait!"

"Kekhawatiran, termasuk wanti-wanti Presiden itu, justru dilatarbelakangi oleh keinginan hukum ditegakkan sesuai fakta-fakta secara apa adanya!" tegas Umar. "Hukum harus ditegakkan sesuai kebenaran fakta-fakta kejadiannya, agar keadilan hukum hadir seperti harapan masyarakat! Apa atau berapa pun harga yang harus dibayar! Untuk itu, segala yang mungkin menghalangi proses hukum berjalan sesuai kebenaran fakta-faktanya, seperti pembunuhan terhadap tokoh-tokoh terkait harus diantisipasi secara cepat-tepat!"

"Kita kan punya Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), kenapa Yulianis sebagai saksi kunci (yang keterangannya sebenarnya memberatkan rekan sekantornya, Mindo, selaku penyuap) oleh hakim malah cuma dilindungi cadar dan bukan diserahkan ke LPSK?" tukas Amir. "Padahal, lazim di negeri yang punya LPSK, perintah perlindungan dari hakim ke LPSK wajib dipatuhi! Ini penting bagi Nazaruddin yang posisinya sebagai tersangka tak berhak dilindungi LPSK!"

"Itu yang harus diatasi dengan langkah advanced, bahwa dalam keseluruhan kasus suap wisma atlet Nazaruddin tak hanya sebagai tersangka, tapi juga sebagai saksi kunci—terutama pada nama-nama yang ia sebutkan keterlibatannya!" potong Umar. "Kalau KPK kritis menggarap rangkaian suap dalam kasus tersebut, tak terbatas pada tiga tersangka yang tertangkap tangan, posisi Nazaruddin sebagai saksi kunci seharusnya bisa lebih cepat ditetapkan! Yang dikhawatirkan, seperti halnya oleh Hehamahua, lari peluru lebih cepat dari antisipasi perlindungannya!" ***
Selanjutnya.....

'Welcome Home' Nazaruddin!

"KATA peribahasa, sejauh-jauh bangau terbang kembali ke kubangan juga! Begitulah Nazaruddin, sejauh-jauh ia terbang dengan pesawat carter ke Cartagena, kota pantai sisi tenggara Karibia, akhirnya dengan pesawat dan pengawalan gratis kembali ke kubangan!" ujar Umar. "Welcome home, Nazaruddin!"

"Sejak kabur ke luar negeri 23 Mei, meskipun secara praktis ia cuma melancong ke belahan bumi lain, tujuan sesungguhnya Nazaruddin kabur—untuk melakukan perlawanan terhadap usaha-usaha penumbalan dirinya—sudah terlampiaskan secara maksimal!" sambut Amir. "Setidaknya ia sempat membuat tameng yang menabiri dirinya dari intervensi politik terhadap proses hukum! Sebab, dengan 'peluru' yang ia berondongkan dari luar negeri, Nazaruddin berhasil menabalkan diri sebagai tokoh penting bagi pemberantasan korupsi di jantung kekuasaan—dalam posisinya selaku bendahara umum partai penguasa!"

"Posisi Nazaruddin selaku bendahara umum partai penguasa, jabatan yang relevan dengan tindakan korupsinya! Sebab, kalau cuma Nazaruddin 'bocah gembala sapi' di Bangun, Simalungun, tempat ia dilahirkan, tak bakalan bisa mengatur komisi proyek wisma atlet dan Sport Center Hambalang!" tegas Umar. "Tindak pidana memang dilakukan perorangan atau kerja sama beberapa orang, tapi tindak pidana korupsi hanya bisa dilakukan jika
ada dasar kekuasaan dan tak terlepas dari kepentingan-kepentingan kekuasaan! Jadi, meskipun proses hukum berjalan atas pribadi Nazaruddin, si Nazaruddin itu adalan yang bendahara umum partai, bukan Nazaruddin gembala sapi!"
"Namun, dengan relevansi Nazaruddin sebagai bendahara umum partai, eksistensinya menjadi politisi yang diburu penguasa, bisa dia buat alasan untuk berkelit dengan menggunakan haknya meminta perlindungan hukum pada negara tempat ia berada!" timpal Amir. "Itu kalau ia mau melakukan perlawanan atas deportasi dirinya ke Indonesia! Contohnya Hendra Raharja, buron koruptor, melalui pengadilan Australia ia ajukan gugatan kalau ia dibawa pulang akan mendapat perlakuan hukum yang tak adil di Indonesia, lalu di penjara Indonesia ia bisa ketularan penyakit HIV! Gugatannya dimenangkan pengadilan, Hendra pun tak bisa dibawa pulang ke Indonesia!"

"Sejauh ini belum ada laporan Nazaruddin akan melakukan perlawanan hukum di Bogota!" tegas Umar. "Mungkin ia tertangkap setelah merasakan, hidup dalam pelarian tak lebih enak dari terpidana di negeri sendiri—apalagi kalau banyak uang bisa mengubah ruang penjara jadi istana!"
Selanjutnya.....

Kala Pers Menjadi Harapan Terakhir!

"ALHAMDULILLAH! Lampung Post hari ini berusia 37 tahun! Usia yang matang!" ujar Umar. "Namun, dalam perubahan pesat, usia saja tak menjamin kemampuan memaknai setiap langkah zaman! Kala masyarakat meragukan penegak hukum dan pemerintah, misal, lalu menjadikan pers sebagai harapan terakhir menguak jalan keadilan dan kebenaran, Lampung Post tak lantas menampilkan alternatif! Sajiannya sebatas potongan-potongan fakta yang selayak puzzle buat pembaca untuk disusun dan dicari sendiri maknanya!"
"Harapan pada pers untuk beyond—melampaui—keterbatasan penegak hukum dan pemerintah dalam membuka jalan keadilan dan kebenaran itu karena kualitas informasi sajian pers masih lebih bisa dipercaya!" timpal Amir. "Artinya, dalam harapan itu terselip rasa kurang puas pembaca atau penonton pada pers yang berkutat pada jurnalisme pernyataan! Untuk keseimbangan berita, pernyataan kedua pihak yang bersengketa diangkat, lalu pihak lain yang mengomentari kasusnya, sampai akhirnya wartawan sendiri bosan dan kasusnya lenyap begitu saja!"

"Beyond dimaksud tak sebatas itu!" tegas Umar. "Harus ada follow-up dari setiap isu yang digarap, terutama kelanjutan proses hukumnya! Pers harus mengawal proses hukum setiap kasus, sebab jika bosan lalu diam tanpa disadari pers tahu-tahu muncul di ujung antiklimaks—seperti kasus Prita!"
"Dikawal pun pers sering tak mampu mengoreksi jalannya proses jika kasusnya memang direkayasa menuju antiklimaks—seperti kasus Susno terkait dengan tekadnya membongkar mafia hukum dan mafia pajak!" tukas Amir. "Jadi, sebagai harapan terakhir masyarakat, pers harus beranjak dari jurnalisme pernyataan, dengan meningkatkan ketangkasan observasi dan investigasi! Sudah pun banyak diusahakan untuk itu, tapi hasilnya—apalagi terkait kasus besar—masih jauh dari memuaskan!"
"Sisi kekurangan atau kelemahan yang disadari itu harus cepat ditambal, karena bisa dijadikan celah untuk mengambinghitamkan pers!" tegas Umar. "Dengan fakta pers yang terbatas pada 'katanya-katanya', bukan hanya digugat pencemaran nama baik, pers malah dituduh merusak citra partai yang secara nyata justru dirusak sendiri oleh oknum-oknum partainya yang terlibat korupsi!"
"Lampung Post tak terlepas dari dilematik kehidupan pers sedemikian!" timpal Amir. "Jadi, koran ini juga harus mengaktualkan diri sebagai harapan terakhir masyarakat dimaksud! Tugas berat, yang hanya bisa dilaksanakan berkat doa dan dukungan pembaca setia, seperti yang telah diberikan selama ini! Dirgahayu Lampung Post!" ***
Selanjutnya.....

Amuk Massa dan Penjarahan pun Melanda London!

"AMUK massa melempari mobil polisi dengan molotov berlanjut penjarahan pusat pertokoan melanda London Sabtu petang hingga Minggu!" ujar Umar. "Sejumlah mobil polisi, bus tingkat, dan pusat pertokoan empat tingkat hangus terbakar, 28 polisi cedera pada kerusuhan di Tottenham, London utara, kawasan multietnik yang kondisi ekonominya terbelakang di megapolitan itu!"
"Polisi London terkenal profesional, kenapa amuk massa malah mengarah ke polisi?" tanya Amir.
"Karena profesional itulah, ketika terjadi insiden penembakan menewaskan Mark Duggan (29)—warga baik-baik—jadi digugat massa!" tegas Umar. "Mulanya 500-an orang melakukan aksi damai minta penjelasan polisi atas insiden penembakan itu! Polisi tak merespons, sementara demonstran tambah banyak! Massa mayoritas kulit berwarna—kebanyakan kulit hitam—itu pun berang! Mereka melemparkan bata, lalu molotov ke mobil polisi di depan markas! Massa yang telah jadi ribuan itu pun menyebar, menjarah pusat pertokoan!"
"Tapi kulihat di CNN Senin malam (8-8) kerusuhan London itu justru meluas, dilaporkan ditangkap lebih 100 tersangka perusuh!" kejar Amir.

"Insiden penembakan maut Duggan itu ternyata cuma sebagai pemicu! Akar masalah sebenarnya kemarahan massa itu kemiskinan, kesulitan akibat krisis ekonomi berkepanjangan, pengangguran, membakar marak sentimen sosial kaum miskin di kota serbamewah itu!" tukas Umar. "Massa menjarah barang-barang mewah, terutama elektronik, karton kemasannya dibuang di jalan!"
"Berarti itu ledakan amarah warga miskin yang sudah lama terpendam, lampiasan frustrasi seperti terjadi di Jakarta 13—15 Mei 1998, atau di Paris tahun lalu!" timpal Amir. "Tapi kerusuhan London unik, berlanjut Minggu sore dan Senin, justru setelah Perdana Menteri David Cameron mengecam amuk massa yang menyerang polisi dan merusak properti umum itu!"
"Frustrasi massa yang sudah lama terpendam, jika meledak bisa cepat merebak luas!" tegas Umar. "Mending, di London dan Paris fokus serangan massa itu polisi, bukan kelompok etnis tertentu!"
"Maka itu, amuk massa di pusat kemakmuran dunia seperti London yang disulut oleh frustrasi akibat kemiskinan dan kesulitan ekonomi itu layak menyadarkan kita yang justru berada dalam sarang kemiskinan!" timpal Amir. "Kemakmuran terbuka yang berlimpah saja tak menetes ke kaum melarat, konon lagi kemakmuran tertutup (disembunyikan karena hasil korupsi) tetesannya jelas lebih sulit diharap si miskin!" ***


Selanjutnya.....

Peringkat Kredit, AS Dipelorot dari Kejayaan Seabad!

"LAMBANG kejayaan dan keunggulan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang berkibar nyaris seabad, rating kredit AAA, oleh lembaga pemeringkat kredit Standard & Poor's (S&P) dipelorot menjadi AA+, Jumat lalu!" ujar Umar. "Keberanian luar biasa! Konsekuensi penurunan peringkat itu luas, dari peningkatan suku bunga obligasi Pemerintah AS sampai tumbangnya supremasi keamanan keuangan AS menjadi harus berhitung risiko!"

"Tuntutan tanggung jawab terhadap S&P atas penurunan rating kredit negara adi kuasa itu tak kepalang!" sambut Amir. "Di panel CNN, Jumat (6-8), Managing Director S&P John Chambers justru merujuk alasannya pada kondisi politik yang tak membangun kepercayaan AS bisa mencapai kesepakatan cara menurunkan defisit yang cukup signifikan! Sebab itu, S&P yakin dengan total utang 14,3 triliun dolar AS dan proyeksi defisit beberapa tahun ke depan, tak bisa lagi menjamin peringkat kredit AS terbaik dan teraman! Kembali ke politik, kesepakatan pemangkasan anggaran Republik dan Demokrat terlalu kecil dalam setiap tahap ke depan sehingga tak cukup memadai untuk membenahi masalah keuangan AS!"

"Kenapa orang yang bertanggung jawab atas rating kredit AS itu melatarbelakanginya dengan kondisi politik?" potong Umar. "Dan kenapa saat krisis 2008 yang lebih parah dengan imbas mendunia, peringkat kredit AS tidak turun?"

"Karena krisis yang sedang terjadi di AS sekarang berbeda dengan 2008!" jawab Amir. "Pada 2008 yang jeblok keuangan korporasi, sedang sekarang keuangan negara yang dikelola pemerintah! Saat korporasi didera krisis, ada pemerintah yang bisa menolongnya dengan bailout! Tapi saat krisis melanda keuangan pemerintah, pemerintah Partai Demokrat harus menyelamatkannya lewat anggaran, tapi anggaran ditangani bersama legislatif yang diungguli Partai Republik! Di situ risiko menghadang!"

"Dengan akar krisis ekonomi AS 2011 sedemikian, bisa dipahami hasil rapat kabinet akhir pekan, ekses krisis AS ke Indonesia relatif kecil dan kondisi ekonomi kita cukup baik untuk bertahan!" tegas Umar. "Meskipun demikian, tetap harus dilihat dengan kacamata S&P, kondisi politik Indonesia dewasa ini lebih rentan dari AS! Dari kasus Century yang masih seperti api dalam sekam, mafia pemilu bisa merontokkan legitimasi pemilu terakhir, sampai korupsi APBN di lingkaran partai-partai berkuasa, bisa mendorong krisis politik—yang mengimbas ekonomi! Jadi, harus diwaspadai ihwal mirip AS, bukan ekses luar, melainkan pembusukan di dalam!" ***

Selanjutnya.....

Kian Bosan Dibuat Kasus Nazaruddin!


H. Bambang Eka Wijaya

"SAJIAN pers, terutama televisi berita, atas kasus Nazaruddin terasa kian membosankan!" ujar Umar. "Setelah sebaran SMS dan BBM, wawancara Tempo, Metro TV, dan TV One, lalu Skype, tanpa bahan baru lagi dari Nazaruddin televisi cuma bisa mengulang-ulang Skype Nazaruddin dikomentari narasumber, sampai terakhir narasumbernya terlalu dipaksakan—tak bisa membedakan BUMN pemberi proyek dan BUMN pelaksana proyek!"
"Kecenderungan pers habis kamus dalam kasus Nazaruddin itu disayangkan Agus Sudibyo dari Dewan Pers (Kompas, 6-8) karena dalam kasus ini pers menjadi harapan terakhir masyarakat yang meragukan penegak hukum dan pemerintah menuntaskan kasus terkait nama-nama yang disebut Nazaruddin!" timpal Amir. "Dari contoh kasus yang ditangani penegak hukum, Agus berandai Nazaruddin pulang pun tindakan penegak hukum akan terbatas pada pelaku tertentu, sedang pelaku utama atau yang lebih penting perannya tak diapa-apakan! Karena itu Agus mendorong pers melakukan investigasi berdasar petunjuk awal yang diberi Nazaruddin! Pers harus bisa mendapatkan fakta-fakta melampaui Nazaruddin atas kasus wisma atlet dan Stadion Hambalang yang merugikan negara dan mencederai rasa keadilan masyarakat!"
"Pers menjadi tumpuan untuk menyingkapkan kebenaran kepada masyarakat karena tak bisa lagi diharap dari penegak hukum dan pemerintah!" tegas Umar. "Tapi soal kemampuan wartawan melakukan investigasi, lain soal lagi! Sebab, dibanding info sepotong-sepotong yang diberikan Deep Throat kepada Bob Woodward dan Carl Berstein dari Washington Post saat membongkar skandal Watergate, informasi dan kaitannya dengan nama-nama jauh lebih jelas yang diberi Nazaruddin lewat serial publikasinya! Tapi dengan kenyataan setiap siaran cuma bisa mengulang publikasi Nazaruddin melengkapi narasumber, bukan sajian fakta baru hasil investigasi, bisa ditebak kapasitas investigasi wartawan!"

"Sebetulnya, kalau investigative reporting diharap dari wartawan televisi yang kejar tayang, agak berlebihan juga!" sambut Amir. "Woodward dan Berstein, misalnya, wartawan tulis! Jadi berbagai spesialisasi wartawan melakukan investigasi, hasilnya ditayangkan televisi—Skype Nazaruddin hasil investigasi Iwan Piliang, disiarkan Metro TV!"
"Hasil investigasi wartawan bisa mendorong penegak hukum dan pemerintah bertindak!" tegas Umar. "Tapi tugas terpenting pers, mengungkap fakta-fakta kebenaran bagi konsumsi publik! Terserah publik mau diapakan fakta-fakta itu!" ***

Selanjutnya.....

Bursa Rontok Awali Resesi!:

"BURSA saham dunia akhir pekan ini rontok, mengawali gejala resesi dunia akibat krisis fiskal (keuangan negara) Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang terus meluas!" ujar Umar. "Awal 'badai jual' terjadi di Wall Street (AS), diikuti bursa Eropa! Indeks Dow Jones Kamis anjlok 512 poin (4,3%) menurunkan nilai pasarnya 1,9 triliun dolar AS dalam satu hari! IHSG terimbas, sesi I kemarin ditutup anjlok 212 poin (5,15%).

Di sesi II masih turun lebih 250 poin, ke level 3.866,712, meskipun akhirnya ditutup turun 200 poin (4,87%)." "Itu bagian dari kejatuhan bursa Asia, Hang Seng anjlok 5,28%, Nikkei 3,72%, dan Straits Times 4,045!" timpal Amir. "Menurut Detik Finance (5-8), perdagangan di BEJ Jumat mencapai transaksi 10,295 miliar lembar saham dengan nilai Rp9,934 triliun, dengan foreign net sell—ditransfer investornya ke luar negeri—senilai Rp1,232 triliun!" "Kalau dalam sehari saja eksesnya sedemikian signifikan di Wall Street maupun BEJ, gejolak bursa saham sejagat itu layak diwaspadai!" tegas Umar. "Jika kemerosotan tak bisa dihentikan, pengalaman 2008 dalam waktu singkat IHSG terpangkas dari 2.700-an tinggal 1.050!

Di balik realitas jatuhnya indeks saham itu, ekonomi nasional dan banyak perusahaan babak belur—ada yang hingga kini belum betul-betul pulih!" "Penting diperhatikan, gejolak baru ini terjadi justru setelah pemerintah AS lolos dari batasan jumlah utangnya!" timpal Amir. "Artinya, 'badai jual' yang melanda bursa saham itu hasil analisis relatif mendalam atas kondisi fiskal AS—dan Eropa di mana Italia dan Spanyol menyusul Yunani, Portugal, Irlandia, dan Islandia dalam kesulitan membayar utang negara! Meskipun pemerintah AS tak gagal bayar utang, kapasitasnya mendorong pertumbuhan berkurang! Pertumbuhan melambat, stimulan pengembangan korporasi juga berkurang! Dalam kondisi seperti itu, daya tarik pasar saham untuk investasi menurun!"

"Hal itu seharusnya hanya terjadi di AS dan Eropa, tempat krisis itu terjadi!" potong Umar. "Bahkan booming pasar saham Indonesia terakhir hingga dipuji ADB terbaik di Asia, diasumsikan terjadi karena kondisi ekonomi AS dan Eropa kurang baik, modal pemain saham mengalir ke Indonesia! Tapi kenapa saat terjadi lonjakan krisis di AS dan Eropa terakhir ini justru menghantam lebih telak IHSG (4,87%) dan Hang Seng—5,28%?" "Mungkin ada sesuatu di baliknya!" tukas Amir. "Modal yang menggelontor IHSG belakangan ini, misalnya, cuma cari tempat parkir sementara yang aman! Kalau terbukti tak seaman dugaan, longsornya bisa lebih cepat dari bursa lain!" ***

Selanjutnya.....

Pengadilan atas Hosni Mubarak!

"Tahun 2011 menjadi tahun yang berputar amat cepat di Mesir!" ujar Umar. "Hosni Mubarak (83) awal tahun masih jadi tiran tak kenal ampun dalam menjalankan pemerintahan otoriternya, Rabu lalu jadi terdakwa, di ruangan sidang pengadilan ditempatkan dalam kurungan besi, berbaring di ranjang rumah sakit! Dua dakwaan berat dia hadapi, korupsi dan memerintahkan pembunuhan demonstran antipemerintah yang menentang kekuasaannya akhir Januari lalu!"

"Di sidang itu Mubarak menolak kedua dakwaan!" sambut Amir. "Itu jadi isyarat, proses pembalikan arah sejarah tak berlangsung mulus! Rakyat yang lebih 30 tahun sengsara ditindas rezim tiran tak segera menyaksikan pembalasan sejarah dengan menghukum penguasa otoriter tersebut sepadan dengan kekejamannya terhadap rakyat!""Namun, rakyat Mesir masih lebih beruntung dari rakyat Indonesia, gonta-ganti rezim menindasnya tak kunjung melihat rezim penindasnya diadili!" tegas Umar. "Padahal korupsi dan penindasan di kedua rezim tak jauh beda! Yang berbeda, praktek hukumnya—praktek hukum pascareformasi di Mesir lebih lugas dari pascareformasi di Indonesia! Buktinya, dalam tujuh bulan Hosni Mubarak yang demikian dahsyat kekuasaan dan duitnya bisa segera diadili bersama dua putranya—Alaa dan Jamal—dan para pejabat tinggi terdekatnya!"

"Itu bawaan proses reformasinya yang berbeda!" timpal Amir. "Di Mesir, reformasi digerakkan oleh generasi muda (terutama ikhwanul muslimin) dan politisi partai oposan! Saat penguasa jatuh semua itu terintegrasi menjadi poros sipil yang dominan dalam peralihan kekuasaan, bersaing dengan militer yang disponsori Amerika Serikat! Sebagai kubu sipil kekuasaan baru mereka bisa konsisten menjalankan semangat reformasi—tercermin dalam ketegasan proses hukum pada Mubarak!""Sebaliknya di Indonesia!" potong Umar. "Justru reformasi yang dirintis mahasiswa dibajak partai-partai politik hingga tak konsisten pada semangat reformasi! Akibatnya terlihat pada praktek hukum Indonesia—terutama dalam menangani koruptor dan rezim penindas yang telah menyengsarakan rakyat sepanjang 30-an tahun lamanya!""Tapi itu terjadi akibat mahasiswa yang mampu menjatuhkan rezim Orde Baru tapi gagal merawat kekuasaan, hingga membuka peluang buat parpol membajaknya!" tegas Umar. "NKK—normalisasi kehidupan kampus—yang membatasi mahasiswa dari kegiatan politik praktis di era Orde Baru penyebab saat berhasil menjatuhkan kekuasaan, mahasiswa tak mampu memungut dan mengelolanya!" ***
Selanjutnya.....

Lolos Jerat Utang!

"DUNIA yang sempat tercekam ancaman gagal bayar utang pemerintah AS akhirnya lega, Kongres (gabungan Senat dan DPR) mencapai kesepakatan untuk menaikkan limit utang negaranya di atas 14,3 triliun dolar AS!" ujar Umar. "Kesepakatan dengan kompensasi, pemerintah memangkas anggaran yang secara bertahap terus meningkat, tahap awal mengurangi belanja pertahanan 350 miliar dolar dari nilai semula 800 miliar dolar AS, selain mengurangi anggaran pembangunan jalan bebas hambatan, bantuan perumahan, riset-riset yang dibiayai pemerintah, dan lainnya!"

"Meski lega, pemerintah AS tak lagi leluasa seperti sebelumnya dalam mengelola anggaran! Apalagi terjadi pemangkasan di sana-sini!" timpal Amir. "Hal itu membawa konsekuensi kian terbatasnya langkah pemerintah melakukan terobosan untuk menggenjot pemulihan ekonomi yang terpuruk sejak 2008! Dengan begitu harapan pemulihan ekonomi berbalik jadi realitas kian lambatnya proses pemulihan ekonomi AS!"
"Utang baru sebatas cukup membayar utang jatuh tempo agar tidak gagal bayar, sedang anggaran dipangkas, akan berdampak pelemahan ekonomi AS yang tertekan pengangguran 9,2%!" tegas Umar. "Dampak itu berupa melemahnya secara sebanding daya serap AS terhadap ekspor global, yang mendorong banyak negara kemudian bersikap protektif! Itu risiko terselubung akibat sesak napasnya ekonomi AS era terakhir ini!"
"Tapi lembaga-lembaga kajian di AS, seperti Standard & Poor menyatakan dampak yang dikhawatirkan dunia itu sebenarnya kecil!" timpal Amir. "Meski begitu China, yang paling banyak memegang obligasi pemerintah AS, menilai kesepakatan itu cuma melepaskan sementara dari gagal bayar, sedang esensi masalah utang publik AS belum terselesaikan! Mereka hanya menunda masalahnya, dengan akibat memperlambat pemulihan ekonomi AS, dan menyembunyikan risiko yang lebih besar!" (Kompas, 3-8)
"Itu senada reaksi Angel Gurria, Kepala Kelompok Negara Industri, Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), 'Ada perasaan lega, karena kesepakatan telah dicapai. Pertanyaan selanjutnya tentang substansi utang AS masih menggantung. Masih banyak hal harus dipecahkan dalam jangka menengah dan jangka panjang. (Kompas, idem)" tukas Umar. "Eksesnya, mata uang dolar AS terus melemah, memukul daya saing ekspor negara yang mata uangnya menguat terhadap dolar seperti yen dan rupiah! Bank Sentral Jepang telah mengambil langkah mengamankan yen! Untuk rupiah?" **
Selanjutnya.....

Kredibilitas KPK Dirundung Aneka Prasangka Buruk!

"KOMISI Pemberantasan Korupsi kembali dirundung prasangka buruk yang menggerus kredibilitasnya!" ujar Umar. "Baru reda dari prasangka cicak-buaya yang bertolak dari tuduhan Anggodo pimpinan KPK Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto menerima suap, kini tudingan mantan bendahara umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin menyebutkan KPK tidak bersih dengan contoh Chandra Hamzah datang ke rumah Nazaruddin bertemu pengusaha baju hansip yang kasusnya akan diangkat KPK!"

"Ancaman merontokkan kredibilitas KPK itu juga

melibatkan Wakil Ketua KPK M. Jasin dan Direktur Penindakan KPK Ade Raharja yang Nazaruddin sebut terkait rekayasa kasus, direspons cepat oleh KPK dengan pembentukan Komite Etik!" ujar Amir. "Amat cepat respons itu, komite yang dibentuk jadi kebanyakan orang dalam—hingga harus direvisi dengan lebih banyak tokoh luar: Syafii Maarif (mantan Ketua Umum Muhammadiyah), Nono Anwar Makarim (ahli hukum Harvard), Marjono Reksodiputro (guru besar UI), dan Syahruddin Rasul (guru besar Unpad). Orang dalam tinggal tiga, Abdullah Hehamahua (ketua komite, penasihat KPK), Said Zainal Abidin (penasihat KPK), dan Bibit Samad Rianto (wakil ketua KPK)."

"Itu menunjukkan betapa fatal sodokan Nazar, hingga tokoh-tokoh berintegritas diperlukan buat memulihkan kredibilitas KPK!" tukas Umar. "Tapi, justru di sela itu KPK didiskredit oleh Ketua DPR Marzuki Alie, bahwa KPK belum ada menangkap koruptor kakap kelas triliunan, tapi cuma kelas hakim dan jaksa! Kalau tak ada lagi orang yang kredibel untuk memimpin KPK, ditutup saja lalu bermaaf-maafan dengan koruptor yang pulang dengan hasil korupsinya!"

"Dengan itu berarti, pemulihan kredibilitas KPK dari pencorengan oleh sangkaan perilaku orang KPK yang dituding Nazaruddin—setelah sopir Nazaruddin buka mulut Ade Raharja dan Chandra Hamzah mengakui pernah bertemu Nazaruddin—penting segera dilakukan dengan efektif lewat hasil kerja Komite Etik KPK!" timpal Amir. "Sedang mengatasi tudingan Marzuki Alie, selain hasil kerja Komite Etik yang memulihkan kredibilitas KPK, juga hasil kerja panitia seleksi calon pimpinan KPK yang diharapkan bisa menghasilkan tokoh-tokoh terpercaya dan mampu memimpin KPK, sehingga kita tak perlu bermaafan dengan koruptor—

pelaku kejahatan luar biasa yang kian menyengsarakan puluhan juta rakyat miskin Indonesia!"

"Kredibilitas KPK tak hanya terletak pada Komite Etik dan panitia seleksi!" entak Umar. "Tapi pada jajaran KPK sendiri! Terutama, dalam menghadapi serangan para koruptor yang tak henti berusaha menutup KPK!" ***
Selanjutnya.....

Mengantisipasi Krisis Baru AS!

"TANGGAL 2 Agustus jadi penentu perekonomian Amerika Serikat (AS). Jika hari ini parlemen AS tidak menyetujui plafon utang negaranya di atas 14,5 triliun dolar AS, negara berekonomi terbesar di dunia itu akan mengalami gagal bayar atas kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo!" ujar Umar. "Gagal bayar itu berdampak buruk pada ekonomi negaranya, dengan imbas lebih buruk lagi pada ekonomi dunia!"
"Kenapa parlemen dicemaskan tak menyetujui penambahan utang negaranya?" tanya Amir.
"Karena kelompok sempalan Partai Republik yang konservatif sudah menggagalkan voting Jumat lalu, untuk mendiskredit kepemimpinan Obama!" jelas Umar. "Kalau usaha Obama mendapatkan tambahan utang gagal, perekonomian AS rontok, Partai Republik akan bisa mengalahkannya dalam Pemilihan Presiden 2012!"
"Sebusuk itukah permainan politik sempalan itu, perekonomian negara mereka hancurkan agar bisa menang pemilu?" tukas Amir. "Tanpa peduli, utang terbesar buat mem-bailout gagal bayar banyak perusahaan raksasa negerinya akibat kesalahan kebijakan Presiden Bush?"

"Mana mau peduli mereka kausalitas masalahnya! Pokoknya bisa menjatuhkan lawan!" tegas Umar, "Begitulah kotornya politik!"
"Tapi apakah rakyat AS demikian bodoh, hingga suatu tindakan yang buruk tak bisa mereka nilai, tetap mereka dukung?" tanya Amir.
"Ada sentimen khusus pada Obama dari sebagian kulit putih Amerika, yang mudah diselubungi dengan realitas kegagalan ekonomi, tanpa kecuali kegagalan itu terjadi akibat 'sabotase'!" jawab Umar. "Tentu itu baru asumsi kelompok sempalan! Tapi bahwa akibat 'sabotase' mereka bisa menghancurkan ekonomi negerinya, bisa diprediksi! Itu yang harus cepat diantisipasi!"
"Antisipasi terpenting justru pembenahan ke dalam negeri, dari infrastruktur, menghabisi segala bentuk pungli dan parasit ekonomi, lalu memajukan pelayanan publik dengan reformasi birokrasi beneran—
bukan cuma retorika!" tegas Amir. "Hanya pasar dalam negeri mampu menjadi substitusi melemahnya ekspor! Melemahnya daya serap AS terhadap ekspor dunia, diikuti serentak melemahnya daya serap ekspor negara-negara lain! Tinggal ekspor bahan primer yang mungkin bertahan, komoditas industrial justru stagnan!"
"Celakanya, infrastruktur, pungli, dan pelayanan publik itu yang justru masalah laten di dalam negeri!" entak Umar. "Jadi, lebih baik berharap muncul negarawan Partai Republik yang bisa melunakkan sempalan! Tak jadi krisis di AS, tak perlu antisipasi yang sulit dilakukan!" ***
Selanjutnya.....