Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Tak Efektif, Dialog Presiden-Tokoh Lintas Agama!

"SAYANG! Dialog Presiden SBY dengan tokoh lintas agama tak efektif mencairkan visi kedua pihak jadi kerja sama mengatasi masalah bangsa yang mendesak, seperti realitas penderitaan rakyat miskin dan kekalahan hukum dari kekuasaan dan uang!" ujar Umar. "Dari tuturan Din Syamsuddin dan Pendeta Andreas Yewangoe kemarin, dialog tak menyentuh substansi! Malah terkesan, tokoh lintas agama yang kritis itu 'diadu' dengan tokoh-tokoh agama yang di forum itu mengapresiasi dan memuji-muji sukses pemerintahan SBY!"

"Menyedihkan cara berpikir kubu Istana menyia-nyiakan kesempatan emas demi agenda seperti itu!" sambut Amir. "Padahal, jika substansi kritik tokoh lintas agama diakomodasi secara proporsional oleh Presiden, lalu dikemas dalam aksi bersama pemerintah dan tokoh lintas agama, bisa jadi big bang—letusan besar—optimisme rakyat melihat masa depan lebih baik!"

"Sebaliknya dengan agenda Istana yang absurd itu!" tukas Umar. "Masalah malah keluar forum, merebakkan gejala konflik horizontal—di satu sisi tersebar spanduk menyebut Din Syamsuddin provokator berkedok tokoh agama, di sisi lain kelompok kaum muda membuat topeng wajah Presiden SBY dengan hidung Pinokio yang jadi panjang jika

berbohong!"

"Perkembangan yang memprihatinkan!" timpal Amir. "Namun, karena ini baru dialog pertama, diharapkan ada dialog lanjutan yang lebih konstruktif! Relevansi dialog lanjutan itu, karena tokoh lintas agama tidak memiliki agenda politik atau kekuasaan! Kritiknya semata beralas kenyataan penderitaan umat yang memang perlu penanganan nyata lebih serius dari pemerintah!"

"Tapi justru di situ letak perbedaan tokoh lintas agama yang berdasar kenyataan hidup umat, dengan pemerintah yang bertolak dari angka-angka pertumbuhan dan pendapatan per kapita!" tegas Umar. "Itu terkait kemiskinan! Terkait hukum dan soal lain sesungguhnya banyak hal yang secara substansial masih harus ditangani pemerintah dengan tindakan nyata, tak cukup hanya dengan retorika!"

"Dari tayangan media tentang dialog itu terkesan, benturan kekuatan moral (tokoh lintas agama) dengan kekuasaan (pemerintah) itu belum mendapat titik temu menuju jalan keluar!" timpal Amir. "Jika akumulasi dukungan mengalir pada kedua pihak seperti mulai tampak kemarin, meski tokoh lintas agama tanpa agenda politik dan kekuasaan, umat bisa menggumpal jadi kekuatan moral! Kekuatan moral umat seperti itu disebut people power, tak boleh disepelekan—berdasar pengalaman Kardinal Sin di Filipina, Uskup Desmon Tutu di Afrika Selatan, atau Uskup Bello di Timor Leste!" ***



0 komentar: