Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Cara Elite ‘Ad Hoc’, Rakyat Permanen!


SESAMPAI rumah nenek di desa, Tini membongkar isi tasnya. Adik sepupu yang menemaninya heran, melihat banyak ragam obat antinyamuk dibawa Tini—ada semprotan, ada olesan ke kulit tangan dan kaki, ada melingkar untuk dibakar, ada yang pakai colokan listrik! Setiap jenis dia bawa lebih dari satu merek dagang pula!
"Mau pameran obat antinyamuk?" tanya sepupu.

"Semua untuk dipakai sendiri!" jawab Tini. "Ngeri berita akibat serangan nyamuk! Bisa demam berdarah, malaria, cikungunya, kaki gajah! Jadi bawa penangkal lewat semua cara, oles, bakar, semprot, listrik, lalu setiap cara bawa dua merek untuk alternatif jika yang satu tak ampuh!"


"Kalian orang kota besar suka berlebihan!" tukas sepupu. "Untuk menghindari gigitan nyamuk saja pakai demikian banyak cara dan demikian banyak merek! Semua cara bersifat ad hoc—sementara alias darurat—sampai terbukti mengecewakan dan beralih ke cara lain, begitu pula merknya!"

"Enak saja menuduh orang kota besar suka cara ad hoc!" entak Tini. "Memang kalian orang desa bisa mengatasi masalah secara permanen, tak gonta-ganti cara yang setiap cara bisa gagal? Beri contoh, cara mengatasi nyamuk, seperti apa?"

"Cara umum warga desa mengatasi nyamuk tak gonta-ganti alat dengan kelambu!" jawab sepupu. "Selain tak setiap kali gonta-ganti alat, kelambu bisa dipakai sampai 10 tahun! Beda cara elite kota besar, nyaris dalam segala hal—terutama dalam politik—selalu lebih suka cara ad hoc! Bahkan atas konstitusi yang mendasar dalam kehidupan bernegara bangsa, digunakan cara-cara ad hoc dengan membentuk berbagai komisi negara independen, melapisi organ negara yang permanen—seperti KPK melapisi kepolisian dan kejaksaan! Atau di DPR bekerja secara ad hoc lewat panitia kerja—panja—ini-itu, seolah kalau tak dibentuk panitia-panitiaan itu DPR tak bekerja!"

"Ternyata kau benar, elite kota besar cenderung berpikir dan bekerja dalam potongan-potongan kecil—ad hoc, tidak komprehensif! Tak seperti warga desa, yang justru bersifat permanen!" timpal Tini. "Mungkin itu yang membuat cara kerja elite dianggap aneh oleh warga desa dan rakyat jelata umumnya! Sekaligus, karena tak nyambung dengan cara berpikir rakyat kebanyakan, banyak solusi yang dibuat elite tidak efektif!"
"Solusi elite, terutama yang berkuasa, banyak tak efektif bukan cuma karena tak nyambung dengan cara berpikir rakyat! Juga, karena tak nyambung dengan kepentingan rakyat, akibat solusinya lebih berorientasi pada kepentingan kekuasaan!" tegas sepupu. "Dan itu, kepentingan ad hoc banget!" ***

0 komentar: