Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Presiden dan Menteri Cuti Kampanye!


"PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dilaporkan mengambil cuti untuk kampanye pemilu legislatif yang berlangsung 16 Maret sampai 5 April 2014!" ujar Umar. 

"Jadwal kampanye Presiden SBY untuk mendongkrak perolehan suara Partai Demokrat dimulai 17 Maret di Magelang, Jawa Tengah, dan 18 Maret di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta." (Kompas, 12/3) Presiden SBY belakangan ini memang banyak diperkenalkan lewat baliho-baliho besar di jalan ramai kota-kota besar sebagai ketua umum Partai Demokrat!" timpal Amir.

"Seperti umumnya ketua umum partai politik—juga yang terdapat dalam kabinetnya—merupakan vote getter nomor wahid di partainya! Lebih lagi mereka naik ke panggung kekuasaan berkat partainya sebagai kendaraan, maka mereka menganggap wajar ketika partai membutuhkan dirinya harus siap untuk mengesampingkan kepentingan lainnya demi mengutamakan kepentingan partai! Tanpa kecuali, kepentingan yang dikesampingkan itu adalah tugas negara!" 

 "Pada titik krusial itu terlihat perbedaan apakah seseorang itu negarawan atau politikus!" tegas Umar. "Seorang negarawan, begitu ia dilantik sebagai pejabat negara, secara keseluruhan jiwa raganya diabdikan untuk negara, sekaligus dirinya sebagai milik seluruh rakyat dari semua golongan! 

Untuk itu, selama masa jabatannya ia—seperti bunyi sumpah pelantikannya—ia lebih mengutamakan kepentingan negara dan rakyat daripada kepentingan golongan atau pribadi! Sedangkan politikus, tanpa sungkan ia selalu mengutamakan kepentingan partainya, bahkan memanfaatkan kekuasaannya demi kepentingan partainya memenangkan pemilu!" 

 "Konsekuensinya, ketika presiden bersama para menteri kabinetnya cuti untuk kampanye demi kepentingan partainya, pelayanan pemerintah kepada rakyat tidak berjalan optimal!" timpal Amir. "Akibat tidak optimalnya pelayanan pemerintah kepada rakyat, maka pengabdian para pejabat tersebut kepada negara pun jadi kurang penuh—pengabdiannya tak mencapai tingkat totalitas! 

Bahkan, pengabdiannya sebatas tidak merugikan atau mengorbankan kepentingan golongan maupun pribadinya!" "Dari situ mencuat pemahaman, kenapa bangsa kita semakin jauh tertinggal dari tetangga kita yang dahulu di belakang kita?" kata Umar. 

"Karena pemerintahan negara sebagai lokomotif penarik rangkaian gerbong bangsa ternyata tidak beroperasi pada kapasitas penuh sehingga tidak secara totalitas dayanya digunakan untuk memacu laju kemajuan bangsanya! Tanpa ada perubahan, dari waktu ke waktu jarak ketinggalan dari tetangga itu bisa terus bertambah jauh saja!"

0 komentar: