Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Dampak Inggris Keluar dari Uni Eropa!

BEGITU hasil referendum memastikan rakyat Inggris memilih keluar dari Uni Eropa (UE), kurs mata uang kebanggaan mereka, poundsterling, jatuh ke level terendah sepanjang 30 tahun (1985) ke posisi 1,3305 dolar AS, merosot 10%.
Dampak Inggris keluar dari UE juga melanda bursa saham Inggris FTSE 100 di London yang melemah 7%. Itu disusul merosotnya 5,2% harga minyak mentah Brent yang berbasis di negeri itu, atau turun 2,68 dolar AS menjadi 48,24 dolar AS/barel. Harga minyak mentah AS juga terimbas turun 5,4% atau 2,69 dolar AS jadi 47,52 dolar AS/barel. (Kompas.com, 24/6/2016)
Kenapa sedemikian signifikan dampak hasil referendum Inggris keluar dari UE? Hasil referendum itu menunjukkan kekalahan pemerintahan PM David Cameron yang mengampanyekan pilihan Inggris tetap berada dalam UE—cerminan rakyat Inggris telah hidup dalam ideal di luar kendali kekuasaannya.
Itu masalah serius dengan ekses yang bisa merebak ke segala dimensi kehidupan berbangsa. Cameron amat menyadari substansi batin mayoritas warganya yang sudah tak sejalan lagi dengannya itu. "Saya tidak berpikir itu akan tepat bagi saya untuk mencoba menjadi nakhoda yang mengarahkan negara kita ke tujuan berikutnya," ungkap Cameron yang menyebut posisi Perdana Menteri baru harus sudah diisi awal Oktober 2016.
Cameron menegaskan penggantinya harus mendorong proses formal terkait keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa. "Saya rasa waktunya bagi perdana menteri baru untuk mengambil peran," ungkapnya.
Artinya, di Inggris—ekonomi terbesar kelima dunia itu—akan terjadi perubahan cara berpikir di balik sistem politik yang melandasi ekonomi negerinya. Itu tebersit dari euforia Nigel Frage, penggerak Brexit, yang menyebut kemenangan referendum 23 Juni 2016 sebagai hari kemerdekaan Inggris.
"Beranilah untuk bermimpi bahwa permulaan telah dimulai untuk Inggris yang merdeka," ujar Frage dikutip Reuters, Jumat (24/6/2016). Frage menyebut Uni Eropa “proyek malapetaka”.
Reaksi negatif atas hasil referendum itu didasari perkiraan, keluarnya Inggris dari UE berdampak buruk pada Inggris karena kehilangan akses ke pasar bebas UE. Negara-negara Eropa lain dalam UE juga terimbas, selama ini telan menjadi kesatuan sistem ekonomi dengan Inggris tiba-tiba salah satu organ pentingnya diamputasi.
UE akan mengalami pelemahan ekonomi dan politik dengan keluarnya Inggris, tulang punggung blok mereka. Pelemahan UE ini akan mengimbas ke ekonomi global yang memang masih terombang-ambing ketidakpastian. ***

0 komentar: