Pagi tiba, sorenya ia berkunjung ke tetangga, peternak ayam. Mendengar niat Adolf, tetangga itu bermurah hati memberinya bibit ayam seratus ekor sebagai pemula.
Dua minggu kemudian tetangga itu jumpa Adolf di jalan. “Bagaimana ayamnya?” ia tanya Adolf.
“Kurang baik!” jawab Adolf. “Seratus ekor anak ayam itu mati semua!”
“Jangan putus asa!” tegas tetangga. “Aku juga pernah mengalami hal serupa!” Sang tetangga pun memberinya bibit ayam seratus ekor lagi.
Sepuluh hari kemudian keduanya bertemu. “Bagaimana ayamnya?” tanya tetangga.
“Sukar kupercaya! Seratus ekor kedua bibit ayam itu mati lagi!” jawab Adolf. “Aku tak tahu pasti, apakah karena aku menanamnya terlalu dalam, atau bagaimana?”
“Apa? Anak-anak ayam itu kautanam?” tukas tetangga terperangah.
“Namanya juga menanam modal!” timpal Adolf. “Harus bagaimana lagi?”
“Ya ampun!” kesah tetangga. “Menanam modal dalam peternakan ayam bukan berarti anak ayamnya ditanam seperti bibit kentang atau bawang! Maaf, aku yang keliru! Karena kau orang kota, kukira lebih pintar soal ayam seperti orang-orang kota yang datang mengajari kami!”
“Saya orang kota yang berbeda! Selama ini menangani penanaman modal, tapi tak tahu bagaimana modal itu dioperasikan hingga bisa berkembang biak!” ujar Adolf. “Kalau begitu, saya harus belajar dulu di peternakanmu!”
“Silakan!” sambut tetangga. “Kini dapat kubayangkan bagaimana cara orang kota menangani penanaman modal, hingga banyak yang bangkrut, modal asing jadi enggan datang, bahkan modal lokal lebih aman parkir di luar negeri! Karena kalau dipaksakan masuk negeri ini, nasib modal itu paling mujur bakal seperti anak ayam yang ditanam dalam tanah!”
“Paling mujurnya begitu?” tukas Adolf. “Kurang mujurnya bisa lebih buruk lagi, dong!”
“Jelas!” timpal tetangga. “Setelah modal yang ditanam mati, sang penanam modal selaku pemegang saham bisa dipenjarakan kalau perusahaan yang dioperasikan direksi melakukan pelanggaran hukum! Yurisprudensi untuk itu sudah tersedia!”
“Siapa yang mau menanam modal di negeri kita, kalau jaminan keamanan modalnya kurang, sementara kalau direksi bersalah, pemegang saham yang tak tahu-menahu operasional perusahaan harus masuk bui!” tukas Adolf.
“Itulah masalahnya!” tegas tetangga. “Menanam modal di negeri ini bukan saja sama dengan menyerahkan bibit ayam untuk ditanam hidup-hidup dalam tanah, malah sang penanam modalnya harus siap untuk ikut ditanam bersama bibit ayamnya!”
“(r)MDRVGile(r)MDNM!” timpal Adolf. “Kalian dari pelosok jauh saja bisa melihat, betapa buruk prospek menanam modal di negeri kita!” ***