JEMURAN kain dua wanita berdampingan di belakang rumah. Jemuran Sopi tak pernah kehujanan, sedang milik tetangga sering. “Bagaimana kau tahu hujan bakal turun, hingga jemuranmu tak pernah kehujanan?” tanya tetangga.
“Setiap pagi kulihat Bang Kimin!” jawab Sopi menyebut suaminya, penjual es nong-nong buatan sendiri. “Kalau pagi itu ia menyiapkan dagangan, aku langsung mencuci, karena pasti hari akan panas! Beda kalau pagi-pagi dia gelisah dan hanya mengenakan kain sarung!”
“Itu pertanda bakal hujan?” kejar tetangga.
“Kalau suami sedang begitu, sebagai istri kita harus tahu! Aku lebih baik tidak mencuci!” jawab Sopi. “Apalagi itu sering terjadi ketika pagi-pagi hujan turun!”
“Busyet!” timpal tetangga. “Kupikir suamimu bisa meramal hujan!”
“Memangnya sekolah suamiku apa, cuma penjual es nong-nong!” sambut Sopi. “Badan meteorologi yang orangnya sekolah tinggi dengan peralatan canggih saja ramalannya sering meleset!”
“Kalau soal prakiraan meleset bukan dominasi BMG!” tukas tetangga. “Pakar berbagai bidang juga sering, terutama ramalannya pada awal tahun! Diramalkan bakal (r)MDRVngalor(r)MDNM, ternyata realitasnya (r)MDRVngidul(r)MDNM!”
“Kalau itu yang salah bukan pakarnya, seperti ramalan suamiku yang sering meleset, meskipun pagi hujan hingga ia tidak jualan, ternyata siangnya cerah!” tegas Sopi.
“Kalau ramalan suamimu, karena ada maunya!” timpal tetangga.
“Apa bedanya dengan ramalan pakar!” tukas sopi. “Kondisi pagi bagi Bang Kimin sama dengan kondisi awal tahun yang dijadikan dasar ramalan pakar! Tapi, iklimnya bisa berubah di luar dugaan! Apalagi iklim politik, yang amat rentan dengan gesekan kepentingan!”
“Memang, seperti awal tahun 2001 dulu, kehangatan bulan madu dwitunggal Gus Dur—Mega masih terasa! Tapi, baru pada Februari tahun itu, massa Gus Dur di Jawa Timur sudah menebangi pohon menutup jalan raya!” sambut tetangga. “Sedang awal tahun ini sebaliknya, kehangatan hubungan Mega, Amien Rais, dan Akbar Tandjung sudah agak menurun dibanding ketika mereka menggeser Gus Dur dari kepresidenan empat bulan lalu!”
“Dari kondisi hubungan mereka pada awal tahun ini bahkan ada pakar yang meramal Mega bisa jatuh sebelum 2004!” timpal Sopi.
“Ramalan seperti itu kurasa tak jauh beda dengan ramalan suamimu, ada maunya! Jadi, kemungkinan melesetnya cukup besar!” tukas tetangga. “Untuk rakyat, paling tepat bersikap seperti kau dalam memahami kemauan suamimu, dalam hal ini coba memahami kemauan pemerintah!”
“Kalau aku memahami kemauan suamiku (r)MDRVsih(r)MDNM jelas, sama-sama enak!” timpal Sopi. “Tapi, bagaimana rakyat mau memahami kemauan pemerintah, kalau yang enak pihak pemerintah saja, sedang rakyatnya makin menderita dengan beban-beban baru yang ditumpukkan ke pundaknya?”
“Berarti pemerintah yang harus meniru sikapmu, coba memahami kemauan rakyatnya!” sambut tetangga, “Agar sama-sama enak!” ***
0 komentar:
Posting Komentar