ISTRI seorang pengusaha curiga, suaminya selalu berhari-hari pergi berburu. Jangan-jangan yang diburunya bukan binatang buas, tapi kuda tunggangan yang binal. Dengan berbagai alasan ia memaksa ikut berburu, untuk melihat kemungkinannya.
“Peraturan berburu, semua hewan liar di hutan ini adalah buruan! Siapa yang menembak duluan, dialah yang memiliki hewan itu!” jelas suaminya. “Ini untuk menghindari perebutan, jika ternyata ada orang lain yang juga membidik hewan tersebut!”
“Cukup jelas!” sambut istri.
Si suami pun mencarikan istrinya tempat mengendap yang strategis untuk menanti mangsa lewat, lantas mencari tempatnya sendiri untuk mengendap di sisi lain. Tapi sebelum suami sampai ke tempatnya, terdengar letusan senapan istrinya. Ia berlari kembali ke tempat istrinya.
Ternyata istrinya menembak seekor kuda yang tengah ditunggangi koboi! Si koboi yang terjatuh mengangkat kedua tangannya ke arah todongan senjata wanita itu, dengan terbata-bata berkata, “Ambil kudanya buat ibu, saya cuma mau ambil sadelnya!”
“Kenapa ibu tembak kuda itu?” tukas suaminya. “(r)MDRVKan(r)MDNM sudah kukatakan, yang diburu itu semua hewan liar, bukan kuda tunggangan yang jinak!”
“Nah, pernyataan itu yang kutunggu-tunggu darimu!” sambut istri. “Kalau selama ini aku curiga pada kuda binal, ternyata bapak malah menyayangi kuda tunggangan yang jinak!”
“Bicara apa ibu ini!” entak suami, mendengar bicara istrinya menjurus.
“Bicaraku cukup jelas! Soal menyayangi kuda tunggangan, yang membuat bapak sering tak pulang berhari-hari!” jawab istri.
“Memangnya aku politikus, yang butuh kuda tunggangan bagus untuk mencapai kekuasaan, hingga partai politik kisruh diperebutkan seperti terjadi pada PKB dan PPP belakangan ini?” tukas suami.
“Bapak jangan mengalihkan pembicaraan!” potong istri.
“Bukan mengalihkan!” timpal suami. “Kalau mencari kuda tunggangan seperti yang ibu maksud bukan ke hutan begini, justru di kota besar merupakan belantaranya!”
Si istri terdiam. “Lantas, kalau kuda tunggangan politik, belantaranya di mana?” tanyanya kemudian.
“Belantaranya di konflik!” jawab suami. “Dan suatu konflik rebutan kuda tunggangan politik, imbasnya jauh sampai ke basis massa! Dua warga sedesa yang sebelumnya berjuang di bawah satu bendera, bisa terpisah dalam dua kubu yang bertentangan! Pengalaman PDI dan PDIP, contohnya!”
“Itu (r)MDRVsih(r)MDNM contoh sukses perpecahan!” timpal istri. “Jangan-jangan pihak-pihak yang sekarang saling berebut kuda tunggangan politik bermimpi seindah contoh sukses perpecahan itu!”
“Impian itu bukan mustahil!” tukas suami. “Tapi, tercapai atau tidaknya tergantung pada pemerintah! Begitu pemerintah condong berpihak kepada salah satu kelompok yang bertikai, tercapailah modus impian itu! Mereka yang berada di luar jaringan kekuasaan, akan berada di atas angin sebagai ’Partai Perjuangan’!” ***
0 komentar:
Posting Komentar