"Maksudnya, untuk pelaksanaan CSR--corporate social responsibility--yang hanya lima persen dari net profit, dipromosikan untuk corporate image dengan biaya sebesar 10 persen dari proyeksi hasil penjualan periode yang sama?" tanya pegawai baru itu. "Apa tak jadi jauh lebih besar biaya promosi dari realisasi CSR-nya itu sendiri?"
"Itu masih jauh lebih mendingan, ada dana CSR yang benar-benar dibagikan kepada rakyat yang membuuhkan di lingkungan bisnis kita!" jawab kepala divisi public relation. "Bandingkan dengan pemerintah yang tak merehabilitasi kerusakan tanggul dan jaringan irigasi, jalan ke sentra-sentra produksi, bahkan selalu gagal mengatasi kesulitan petani mendapatkan pupuk dan saprodi setiap musim tanam, tahu-tahu mengklaim dengan iklan bertubi-tubi siang-malam di semua saluran televisi bahwa surplus produksi beras itu prestasi pemerintah! Bahkan, bibit unggulnya pun hasil penangkaran perusahaan swasta!"
"Apalagi kalau yang kita promosikan hasil dari CSR perusahaan kita selama lima tahun terakhir, dengan bukti nyata kebangkitan banyak usaha baru baik berupa industri rumah tanggan maupun jajaran ratusan warung yang semarak sepanjang jalan dekat pabrik kita!" timpal wakil kepala divisi. "Sehingga, manfaat dari promosi kita bukan cuma pembagian CSR semata, melainkan juga mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk mengikuti langkah kita membagikan CSR kepada warga di lingkungan usahanya!"
"Tapi mungkin, iklan klaim pemerintah itu untuk dibaca bahwa tanpa pemerintah berbuat apa-apa pun atau dengan tidur saja pun produksi beras bisa surplus!" tukas pegawai baru. "Konon lagi kalau pemerintah berbuat sesuatu, pasti hasilnya akan lebih baik lagi! Maka itu, berilah kesempatan kepada pemerintah sekarang untuk berkuasa satu periode lagi agar sempat berbuat lebih baik!"
"Justru pemerintahan tidur itu suatu kondisi ideal yang didukung dalam sistem laissez-faire!" tegas kepala divisi. "Karena dengan begitu, hukum alam atau juga lazim disebut Sunatullah berjalan lebih efektif! Betapa, campur tangan kekuasaan manusia yang sarat kepentingan khusus malah sering mengganggu proses hukum alam--hutan ludes, perut bumi kopong isi hasil tambangnya habis disedot!"
"Kalau begitu, bisa jadi di balik klaim prestasi pemerintah itu yang mendasarinya justru paham laissez-faire!" timpal pegawai baru. "Klaim itu jadi sah 200 persen!"
"Tapi fungsi pelayanan pemerintah harus tetap dijalankan, dong!" tegas kepala divisi. "Tanggul-tanggul dan irigasi, jalan ke sentra produksi direhabilitasi, lalu distribusi pupuk juga dibuat lancar hingga tak lagi menyusahkan petani seperti musim-musim tanam yang lalu! Jadi, klaimnya sebanding dengan realisasi kerjanya!" **
Selanjutnya.....
"Tapi mungkin, iklan klaim pemerintah itu untuk dibaca bahwa tanpa pemerintah berbuat apa-apa pun atau dengan tidur saja pun produksi beras bisa surplus!" tukas pegawai baru. "Konon lagi kalau pemerintah berbuat sesuatu, pasti hasilnya akan lebih baik lagi! Maka itu, berilah kesempatan kepada pemerintah sekarang untuk berkuasa satu periode lagi agar sempat berbuat lebih baik!"
"Justru pemerintahan tidur itu suatu kondisi ideal yang didukung dalam sistem laissez-faire!" tegas kepala divisi. "Karena dengan begitu, hukum alam atau juga lazim disebut Sunatullah berjalan lebih efektif! Betapa, campur tangan kekuasaan manusia yang sarat kepentingan khusus malah sering mengganggu proses hukum alam--hutan ludes, perut bumi kopong isi hasil tambangnya habis disedot!"
"Kalau begitu, bisa jadi di balik klaim prestasi pemerintah itu yang mendasarinya justru paham laissez-faire!" timpal pegawai baru. "Klaim itu jadi sah 200 persen!"
"Tapi fungsi pelayanan pemerintah harus tetap dijalankan, dong!" tegas kepala divisi. "Tanggul-tanggul dan irigasi, jalan ke sentra produksi direhabilitasi, lalu distribusi pupuk juga dibuat lancar hingga tak lagi menyusahkan petani seperti musim-musim tanam yang lalu! Jadi, klaimnya sebanding dengan realisasi kerjanya!" **