Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

'Jingle' Iklan, Mi Instan Rasa Capres!

"ADA apa, dari tadi kau pelototi terus rubrik SMS pembaca di koran itu?" tanya Umar.
"Banjir SMS memprotes salah satu capres!" jawab Amir. "Pasalnya, jinglekampanye capres itu plagiat alias menjiplak irama jingle iklan produk mi instan! Gawatnya, SMS-SMS protes itu dimuat tanpa edit, menyebut secara jelas nama capres dan mi instannya!" (Kompas, 29-5, hlm.8)

"Menjiplak atau tidaknya jingle kampanye capres itu ditentukan ada-tidaknya izin dari pemilik jingle iklan itu untuk dijadikan jingle kampanye sang capres!" timpal Umar. jingle kampanye capres itu dipakai pertama saat deklarasi, bisa saja deklarasi yang digelar semegah deklarasi Obama itu disponsori produsen mi instan tersebut--sehingga lewat pemakaian jingle iklannya untuk jingle kampanye, justru kampanye capres yang diduplikasi promosi produk mi instannya! Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlalui!"

Jingle iklan mi instan yang tak asing di telinga rakyat itu dipakai untuk jingle kampanye capres, timbul kesan di benak rakyat, capres itu sejenis rasa baru dari mi instan tersebut!" tukas Amir. "Kalau produk mi instan itu sebelumnya terkenal rasa kari, rasa bakso atau rasa ayam bawang, lewat jingle capres mencuat kesan yang diiklankan itu produk baru--mi instan rasa capres!"
"Harapan terbaik tentu, pemakain jingle iklan itu atas persetujuan pemilik produk!" timpal Umar. "Dengan begitu, kita tidak disodori capres yang pandainya cuma menjiplak! Apalagi sang capres terkenal sebagai promotor antipembajakan hak cipta! Mau jadi apa negeri ini kalau dipimpin tukang jiplak, pembajak hak cipta!"


"Meski kalau dengan izin pemakaian jingle iklan bisa lolos dari kriteria plagiat, konsekuensi lain tetap tak kalah serius!" tegas Amir. "Kalau untuk membuat sebuah jingle kampanye saja seorang capres dan tim suksesnya tidak mampu, mau diharapkan mampu untuk apa pula dia dan timnya sekarang kalau mendapatkan kekuasaan memimpin negara?"
"Lalu bagaimana menghindari konsekuensi buruk itu?" tanya Umar.
"Mungkin harus dengan merombak tim suksesnya yang di antaranya mungkin ada kartu mati!" tegas Amir.

"Secara umum merombak sikap jajarannya, yang dengan kemenangan partai pengusungnya di pemilu legislatif dan popularitas calonnya di atas angin,
lantas gegabah menganggap enteng segala sesuatu! Hanya akibat gegabah lupa daratan itulah, menjiplak dianggap bukan lagi hal yang hina dan memalukan di negeri ini!"
"Apalagi jika duplikasi jingle kampanye disengaja untuk mengintroduksi produk tersebut sebagai kesatuan dari kekuasaan!" timpal Umar. "Rakyat dijerumuskan dalam memilih presiden, jadi cuma sekelas memilih bintang iklan mi instan!" ***

0 komentar: