"LEWAT deklarasi yang dramatis, di pembuangan sampah Bantar Gebang, Bekasi, pasangan calon presiden-wakil presiden Mega-Prabowo (Mega-Pro) berhasil memantapkan citra ideologisnya berpihak wong cilik dan ekonomi kerakyatan!" ujar Umar.
"Puluhan ribu simpatisan yang hadir mayoritas dari warga kelas bawah mendukung pencitraan tersebut! Itu pun masih diperkuat lagi orasi Prabowo memperjuangkan ekonomi kerakyatan, menggantikan sistem sekarang yang telah terbukti gagal menyejahterakan rakyat!"
"Setting deklarasi itu memang bisa disebut sukses memosisikan Mega-Pro antagonis dengan pesaing utama di pilpres kali ini, yang mendeklarasikan pencalonan dirinya di gedung megah dengan undangan terseleksi!" sambut Amir.
"Hingga, sekalipun Prabowo tak menyebut spesifik sistem yang gagal, penonton dari luar lokasi pun bisa menyimpulkan yang dimaksudnya neoliberalisme (neolib)"yang akibat ketegangan PKS di ambang deklarasi koalisi Demokrat"mencuatkan Boediono dan pemerintahan sekarang sebagai simbolnya!"
"Dengan pencitraan diri sedemikian, Mega-Pro berhasil mempertajam perbedaan warna label ideologinya dengan pesaingnya, incumbent, sekaligus mendiskreditkan incumbent berlabel ideologi neolib, dan Mega-Pro berlabel ideologi kerakyatan!" tukas Umar.
"Itu strategi kontraisu yang brilian dari Prabowo, yang bisa membuat SBY-Berbudi kehabisan waktu meluruskan bahwa mereka bukanlah neolib membuat incumbent dalam posisi defensif! Kelihaian Prabowo itu lebih jauh lagi, akan mengeksploitasi pendapat umum yang antineolib mengunjal sikap negatif pada incumbent, selain didukung semaraknya aksi mahasiswa di seantero negeri menolak neolib!"
"Tanpa kontraisu yang benar-benar kena memang sulit menyaingi incumbent yang sedang di atas angin citra dan popularitasnya!" sambut Amir.
"Lebih berat lagi karena isu neolib kontra kerakyatan itu juga diusung pasangan JK-Win, hingga hasilnya juga dibagi dua! Tapi, usaha membuat incumbent defensif dari serangan dua arah (Mega-Pro dan JK-Win) dengan meluruskan pihaknya bukan neolib bisa menjadi kelemahan, karena dengan begitu terus malah kehilangan posisi ideologis! Sebab, citra kerakyatan lebih mantap disandang Mega-Pro, sedang citra neolib belum tentu bisa tuntas dibersihkan dari dirinya!"
"Menghadapi persaingan seperti itu, sebenarnya incumbent tak perlu menghabiskan waktu untuk mengelak dari labelisasi yang diberikan pihak lain! Sebab, hasilnya belum tentu memadai!" tegas Umar.
"Akan lebih baik jika incumbent melakukan rasionalisasi terhadap realitas neolib yang tak bisa dielakkan sebagai semangat zaman! Menolak neolib hanya menjadikan tokoh seperti Chavez atau Castro-Castro kecil lainnya! Ini jelas pilihan sulit, tapi bisa membuka mata rakyat, salah-salah langkah ke mana arah gerakan antineolib! Kontraisu demikian bisa berbalik, Mega-Pro dan JK-Win yang defensif!"
0 komentar:
Posting Komentar