"SEIRING dengan kewajiban menjalankan pasar bebas, privatisasi, dan deregulasi, setiap negara berkembang yang bekerja sama dengan IMF, Bank Dunia dan badan-badan dunia aliansinya juga harus memperlakukan modal asing sama dengan modal domestik!" ujar Umar. "Itulah sebagian dari jabaran ideologi neoliberalisme untuk bidang ekonomi sesuai Konsensus Washington 1994!"
"Dengan perlakuan terhadap modal asing sama dengan modal domestik, maka modal asing yang sangat kuat dengan manajemen dan teknologi canggih itu pun menjadi seperti singa dimasukkan kandang kambing--modal domestik jauh lebih lemah, juga manajemen maupun teknologinya!" sambut Amir. "Belum lagi dalam persaingan itu modal asing memiliki comparative advantage nyata, berupa suku bunga pinjaman bank di negerinya untuk investasi dan modal kerja (sekitar lima persen), sedang modal domestik pinjaman dari bank dalam negeri di atas 15 persen!"
"Dengan segala macam keunggulannya itu, bukan pula sekadar perlakuan sama yang diberikan pada modal asing di negara berkembang! Lebih dari itu, kebanyakan mereka justru mendapat perlakuan istimewa dari pihak pemerintah setempat!" tegas Umar. "Perlakuan khusus itu sering membuat modal asing jadi enclave--dibuat sangat tertutup dari warga sekitar proyeknya--hingga manfaatnya terhadap masyarakat sekitar menjadi amat kecil! Bahkan, tak kepalang, diberi proteksi berlebihan! Contoh tambang emas Freeport di Papua, warga lokal dilarang mengais buangan sisa gilingan batunya! Pernah warga bandel, mereka ditembaki petugas berseragam resmi aparat negara kita!"
"Perlakuan khusus itu juga terlihat pada izin-izin yang diberikan pada pertambangan asing untuk beroperasi di hutan lindung!" timpal Amir. "Warga sendiri kalau tertangkap menebang pohon dalam hutan lindung dipenjara, asing diberi keleluasaan merusak seberapa luas pun skala usahanya!"
"Itu dia! Akibat amat kecilnya arti proyek asing bagi warga lokal yang ajang hajat hidupnya jadi proyek, sedang hasil pengerukan kekayaan alam kita itu sepenuhnya dikirim ke negeri asal mereka, jadilah warga kita selayak kambing-kambing dikandang yang kurang makan hingga semakin miskin dan kurus!" tegas Umar. "Melihat rakyat korban neolib yang sangat sengsara itu, Bank Dunia memprakarsai program jaring pengaman sosial--dari raskin sampai BLT! Jadi, program itu bukan budi baik penguasa, tapi mengurangi derita ganasnya neolib!"
"Soalnya kalau kambing-kambing kurus kelaparan itu dibiarkan akan mati, singa yang dimasukkan ke kandang itu juga bisa kelaparan!" tukas Amir. "Jadi, kalau ada orang menyatakan tak ada neolib di Indonesia, tanya dia kapan dan oleh siapa izin-izin pertambangan asing di hutan lindung itu dikeluarkan!" ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Sabtu, 30 Mei 2009
Neolib, Singa di Kandang Kambing!
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar