AKSI teroris makin ngawur. Tiga keluarga secara terpisah melakukan serangan bom bunuh diri dengan membawa istri dan semua anaknya, termasuk yang masih kecil. Andai perjuangan menebar maut membunuh dan terbunuh itu berhasil, hasilya buat siapa jika generasi penerusnya habis ikut bunuh diri. Apa tidak ngawur sekali itu? Kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, serangan teroris itu dilakukan atas perintah untuk memindah markas ISIS dari Marawi ke Indonesia. Pemindahan markas ISIS ke Indonesia itu jelas mustahil. Sebab, dengan aksinya nyata ISIS telah menjadi Iblis State of Insane Satanic, negara iblis dan orang gila kesetanan, tidak punya tempat di Indonesia. Orang waras tidak akan membawa bunuh diri istri dan anak-anak yang justru merupakan amanah baginya untuk wajib dia lindungi dan nafkahi, serta jaminan kesejahteraan hidupnya. Tapi ini orang gila yang bukan semata mental disorder, melainkan gila kesetanan akibat dirasuki doktrin negeri iblis, perbuatannya sungguh mengerikan, di luar perikemanusiaan. Bagaimana suatu doktrin bisa membuat manusia yang hidup mapan berubah tiba-tiba menjadi sebuas itu? Menurut laporan berbagai media, Dita Oeprianto, salah satu pelaku bom bunuh diri bersama istri dan empat anaknya di Surabaya, selain lulusan sekolah favorit dan berpendidikan tinggi, tinggalnya juga di perumahan elite yang harga termurah rumahnya Rp1,6 miliar. Dia juga punya mobil pribadi yang bagus, Avanza, yang dia pakai membawa bom bunuh diri. Anaknya pakai sepeda motor sendiri (juga dipakai bawa bom bunuh diri). Terorisme sebagai salah satu perjuangan kelas menegakkan keadilan sosial, tidak berlaku dalam kasus ini. Sebab, terorisnya dari kalangan hidup mapan. Juga sebagai perjuangan kaum borjuis untuk merebut kekuasaan, sebab yang diserang bukan lambang-lambang kekuasaan. Jadi, tujuan teror memindahkan markas ISIS dari Filipina Selatan, terornya salah sasaran, ngawur sekali. Karena sudah tampak jelas serbangawur begitu, hingga teror sejenis tidak boleh berulang apalagi berlanjut, seluruh elemen bangsa di mana pun berada layak cancut taliwondo, siaga dengan sikap tegas tidak kenal tawar-menawar (zero tolerance), untuk tidak memberi ruang sedikit pun buat ISIS di bumi Indonesia. Tangkal ISIS dalam segala bentuknya, dari ajaran atau ideologinya, hingga cara perjuangannya memecah belah suatu negara bangsa seperti di Suriah dan negeri sekitarnya. Indonesia harus bersih total dari elemen dan pengaruh ISIS.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar