MENKO Perekonomian Darmin Nasution Kamis (26/4/2018) di kantornya meluncurkan buku berjudul Arah Kebijakan Kopi Indonesia Menghadapi Tantangan Kompetisi, Perubahan Iklim, dan Kondisi Kopi Dunia. Menurut Darmin, dengan tanaman kopi seluas 1,2 juta hektare dan produk 500 kg/hektare, Indonesia di posisi keempat penghasil kopi terbesar dunia, setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Vietnam dengan tenaman kopi 630 ribu hektare berhasil menyalip Indonesia, karena produktivitas kopinya 2,7 ton/hektare. Darmin menjelaskan produksi kopi di dunia nilainya mencapai 24 miliar dolar AS per tahun, dengan harga kopi pada tingkat komsumsi mencapai 240 miliar dolar AS. Namun hanya 10% atau hanya yang 24 miliar dolar itu yang dinikmati negara penghasil seperti Brasil, Vietnam, Kolombia, dan Indonesia, karena ekspornya biji kopi, nilai tambah prosesnya tidak dinikmati. (Kompas.com. 27/4) Konsultan Kemenko Perekonomian Lin Che Wei menjelaskan strategi kebijakan pemerintah. "Pertama kali kan ada jangka pendek, menengah, dan panjang. Yang paling mudah itu memangkas pohon kopi yang bisa dilakukan dua tahun dari sekarang," ujar Wei. Strategi berikutnya mengembangkan keahlian petani kopi agar bisa berdampak lebih baik terhadap hasil panen. Strategi lainnya memperkenalkan industri kopi ke sektor pendidikan. Kalau serius 2 sampai 5 tahun produktivitasnya bisa meningkat dua kali lipat. Strategi pemerintah itu indah. Tapi untuk di Lampung, tunggu dulu. Petani kopi Lampung tidak akan mengizinkan pohon kopinya dipangkas hingga jeda panen dua tahun. Motivator pusat harus konsultasi dengan Pemprov dan Nestle yang telah bekerja sama membina petani kopi. Nestle sejak 2015 membina petani kopi di Tanggamus dan Lampung Barat, lewat kelompok usaha bersama (KUB), setiap KUB beranggota 2.000 hingga 3.000 petani. Di Tanggamus setidaknya ada 9 KUB, seperti KUB Desa Airnaningan beranggotakan 2.100 petani terbagi dalam 81 kelompok tani dengan luas lahan 2.784,4 hektare. Produksi kopi petani di bawah binaan Nestle kini sudah ada yang mencapai lebih satu ton per hektare, dengan rata-rata per hektar sekitar 750 kg. Itu terlihat pada 2016 dari luas lahan kopi di Lampung 160 ribu hektare (12,97% dari nasional), produksinya 135 ribu ton buat 147 ribu keluarga. (Antara, 5/5/2017) Dengan pembinaan, tahun-tahun berikutnya diharapkan lebih baik. Kelebihan Vietnam, lahan kopinya diterasering agar lewat rekayasa bisa mendapat cukup air sepanjang tahun. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar