KAPOLRI Jenderal Tito Karnavian mengatakan kerusuhan di Mako Brimob, aksi bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya, dan penyerangan Mapolda Riau memiliki keterkaitan. Aksi itu tidak lepas dari peran organisasi Jamaah Anshorut Daulah (JAD) yang terkoneksi dengan kelompok ISIS. "Dari hasil operasi kita, kita meyakini ada dugaan yang sangat kuat sekali aksi di Surabaya terkoneksi dengan penyerangan di Polda Riau juga insiden di Mako Brimob, dilakukan oleh JAD yang memiliki afiliasi ISIS di Suriah," kata Tito di Jakarta, Selasa. (Kompas.com, 22/5) Setelah kejadian bom di Surabaya, lanjut Tito, Polri didukung TNI langsung melakukan penindakan. Hasilnya, dalam waktu delapan hari dari 13—21 Mei 2018, 74 orang ditangkap. Sebanyak 14 orang di antaranya meninggal dunia karena melawan saat ditangkap. "Di Jatim 31 orang, Jabar 8 orang, Banten 16 orang, Sumatera bagian selatan 8 orang, Riau 9 orang, dan Sumut 6 orang," ujar Tito. Dalam operasi selama delapan hari itu juga, Polri mengamankan barang bukti baik berupa bom siap pakai maupun materi bahan peledak lainnya. Namun Tito mengakui Polri belum berhasil menangkap tokoh utama JAD yang menjadi otak serangkaian aksi teror. Sejauh ini, tokoh JAD yang cukup berpengaruh dan berhasil ditangkap polisi adalah Abu Umar alias Syamsul Arifin (35). Menurut Tito, ajaran Abu Umar cukup berpengaruh bagi sosok Dita Oepriyanto, pelaku pengeboman tiga gereja di Surabaya yang mengajak istri dan anaknya. Pemimpin utama JAD yang telah diketahui adalah Aman Abdurrahman yang pekan lalu dituntut hukuman mati terkait kasus bom Jalan Thamrin, Jakarta. Aman seharusnya Agustus 2017 telah bebas dari hukuman atas kasus menggelar pelatihan teror di Aceh sejak 2009, tapi penahanannya dilanjutkan terkait kasus bom Thamrin yang terjadi awal 2016. Kepemimpinan JAD, menurut Tito, kemudian diserahkan dari Aman kepada pimpinan JAD Jatim bernama Zainal Anshori. Tapi lima bulan lalu Zainal ditangkap polisi terkait pendanaan untuk memasukkan senjata api dari Filipina Selatan ke Indonesia. Berlanjutnya penahanan Aman Abdurrahman dan tertangkapnya Zainal Anshori membuat jaringan JAD memanas. "Mereka memanas dan ingin melakukan pembalasan," jelas Tito. "Jadi kerusuhan di Mako Brimob tidak sekadar makanan yang tidak boleh masuk, tapi dinamika internasional dan upaya kekerasan untuk pembalasan." Rencana kerusuhan di Mako Brimob itu terkoneksi dengan serangan bom di Surabaya dan Sidoarjo, serta serangan ke Polda Riau.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar