RELAWAN Jokowi (Rejo) di Jakarta, Minggu (6/5), mendeklarasikan dukungan kepada Presiden Joko Widodo untuk memimpin Indonesia dua periode. Musuh sejatinya Jokowi bukan calon presiden lainnya, tetapi fitnah, ujar Wakil Ketua Rejo Mudhohir Khamid. Tokoh senior Sidarto Danusubroto, Ketua Dewan Pembina Rejo, menyatakan fitnah kepada Presiden Jokowi mulai dari tuduhan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), isu masuknya jutaan tenaga kerja asing (TKA), hingga isu Jokowi anti-Islam. Meskipun demikian, Sidarto yang sudah mengenal Jokowi menilai Presiden Jokowi adalah sosok pemimpin yang punya kemauan dan tekad kuat untuk menjadikan Indonesia lebih baik. "Insya Allah saya yakin Indonesia ke depan akan lebih ke depan," tegas Sidarto. (Kompas.com, 6/5) Ketua Umum Rejo Darmizal memastikan pihaknya tidak akan tinggal diam terhadap fitnah-fitnah yang ditujukan kepada Presiden Jokowi. Rejo sudah mempersiapkan sukarelawan untuk menangkal fitnah lewat media sosial, media massa, hingga berencana membuat televisi online ReJo. Serangan fitnah ke Jokowi memang gencar sejak Pilpres 2014. Polanya kini berkembang dengan memelintir, menjadikan pernyataan atau kebijakan Jokowi bersalah di medsos. Seperti soal kalajengking. Jokowi bicara dalam konteks asal mau berusaha di Indonesia tidak kurang jalan. Minyak kalajengking saja harganya Rp145 miliar. ini dipelintir pemerintah sudah tidak bisa menyediakan lapangan kerja, rakyatnya disuruh menangkap kalajengking. Perpres Nomor 20/2018 tentang TKA dipelintir pemerintah memasukkan jutaan TKA. Padahal, Perpres itu mengatur penggunaan TKA justru dengan syarat-syarat yang lebih berat. Tekad Rejo untuk mengawal Jokowi dari serangan fitnah itu baik. Tapi layak disadari, sekarang bentuknya framing, yakni membingkai setiap pernyataan dan kebijakan Jokowi dengan politik prasangka buruk. Polanya, begitu Jokowi bicara tentang sesuatu, langsung diviralkan, pelintiran dan cerita negatif (hoaksnya) terkait. Jadi, kalau bisanya cuma membantah hoaks yang viral, jelas kalah. Tapi, harus lebih cepat memviralkan berbagai sisi positif terkait pernyataan atau kebijakan Jokowi sehingga ketika sisi negatif disebar, pendapat umum sudah lebih dahulu dikuasai aura positif. Kalau pihak negatif dalam memviralkan isunya ke medsos jaringan sel-selnya sudah luas, Rejo harus membangun jaringan menyaingi. Kalau cuma mengandalkan sebaran dari markas tanpa sel-sel jaringan yang memviral di tengah masyarakat, bisa kedodoran. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar