Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Keniscayaan KKB Serang PON Papua!

Artikel Halaman 12, Lampung Post Senin 20-09-2021
Keniscayaan KKB Serang PON Papua!
H. Bambang Eka Wijaya

NENEK mengingatkan cucu, "Mendung gelap mau hujan, bawa motor jangan kencang!"
"Pesan Nenek terbalik," timpal cucu. "Mengejar agar jangan kehujanan justru harus lebih cepat jalan motornya."
"Itu ysng tak boleh!" tegas nenek. "Karena kalau semua orang buru-buru dan berlari kencang, rawan tabrakan."
"Oh," cucu paham. "Berarti pemerintah selama ini mengikuti pesan nenek itu, jalan pelan-pelan saja menghadapi aksi Kekuatan Kekerasan Bersenjata (KKB)di Papua." samhut cucu. "Tapi takut tabrakan dengan siapa?"
"Tabrakan dengan pengawas HAM Internasional," jawab nenek.
"Justru KKB sendiri yang merusak HAM di Papua!" entak cucu. "Sudah jelas itu, aksi mereka membunih warga sipil tak berdosa, tenaga kesehatan, guru, pekerja proyek. Tapi aparat mengejar mereka cuma pakai sangkur. Polisi dan tentara mengejar dari bawah bukit, KKB menunggu dari atas menembaki putra-putra terbaik bangsa yang dijadikan umpan peluru mereka."
"Pesan nenek untuk menghindari kecelakaan waktu hujan, bukan untuk melawan teroris," kilah nenek. "Kalau terhadap pemberontak teroris sadis itu, yang menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar serangannya terhadap PON XX Papua sebuah keniscayaan, saran nenek justru kirim saja hujan ke sarang persembunyian mereka."
"Dikirim hujan gimana?" kejar cucu.
"Mengejarnya ke atas bukit atau hutan yang jauh dari pemukiman penduduk itu jangan pakai polisi atau tentara yang cuma jadi umpan peluru mereka," jelas nenek. "Hal terpenting, kerja intel akurat memastikan kordinat persembunyian gerombolan pemberontak itu. Lalu kirim hujan artileri di kawasan itu. Tiga kali hujan, bumi Papua bersih dari teroris.
"Dan generasi betikutnya takut nongol!" timpal cucu. "Cuma seperti kata Nenek tadi, pemerintah harus berani tabrakan dengan pengawas HAM internasional."
"Perlu dibuat cara yang soft tabrakannya!" jawab nenek. "Jangan dibuat mereka yang mengungkap hal itu post factum, setelah kejadian, tapi secara prefactum kita hujani dulu dengan cerita kebengisan dan kekejian KKB terhadap warga sipil, sehingga langkah eliminasi justru pilihan warga antarbsngsa."
"Masalahnya, apa kita punya orang yang mampu dan mumpuni menuntaskan tugas tersebut?" potong cucu.
"Itu lain soal lagi," timpal nenek. "Mencari orang yang mumpuni itu tidak mudah. Apalagi jadwal PON XX sudah amat dekat, 2 - 15 Oktober 2021. Jangan-jangan sampai PON lewat, dan entah apa yang terjadi, belum ketemu tokoh yang mumpuni." ***



0 komentar: