Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Mengangkat Pembunuh Jadi Menantu!

Artikel Halaman 12, Lampung Post Kamis 02-09-2021
Mengangkat Pembunuh Jadi Menantu!
H. Bambang Eka Wijaya

SELISIH pendapat meronai keluarga, karena orang tuanya menyerah pada teror seorang pembunuh dengan rencana mengangkatnya jadi menantu.
"Tak wajar! Seorang pembunuh yang telah menghilangkan jiwa salah satu anggota keluarga kita malah mau diangkat jadi menantu hanya demi mengakhiri terornya," protes putranya.
"Karena hanya dengan cara itu kita bisa mengakhiri terornya ke keluarga kita!" kilah ayahnya. "Tak beda dengan pemerintah yang membuat program transisi dari pandemi menjadi endemi. Endemi itu menjadikan Covid-19 anggota keluarga di rumah kita."
"Nah, itu! Covid-19 telah membunuh lebih 120 ribu warga bangsa kita!" sela putra. "Itu karena sikap pemerintah kita lemah sejak awal dalam menghadapi pembunuh itu."
"Lemah gimana?" entak ayah.
"Di tahap awal, saat virus masih sedikit dan terkonsentrasi di Jakarta, usulan Pemprov DKI untuk melakukan karantina wilayah ditolak pusat yang malah memberlakukan PSBB--yang justru menjadi sarana virus meluas dan tak terkendali hingga sekarang," jelas putra. "Padahal orang tua kandung virus Covid-19 yang lahir di Wuhan, Tiongkok itu, langsung memutus total hubungan keluarga dengan virus tersebut lewat karantina wilayah sampai tuntas."
"Itu karena pemerintah memikirkan ekonomi rakyat yang bisa sangat sulit dengan karantina wilayah" tukas ayah.
"Jawab yang jujur. Karena pemerintah enggan mengeluarkan biaya hidup rakyat seperti kutentuan UU kekarantinaan," tegas putra. "Juga takut pertumbuhan ekonomi terganggu."
"Tapi pemerintah membagikan bergagai bansos secara besar-besaran!" enak ayah.
"Akhirnya, malah jauh lebih besar dari kalau melakukan karantina wilayah. Bahkan berlanjut dengan Bansos skala nasional hingga sekarang," ujar putra. "Pertumbuhan yang dicemaskan terganggu juga tumpas jadi kontraksi minus 5,32%. Padahal, Tiongkok yang memutus hubungan dengan anak kandungnya tumbuh positif dua digit."
"Sudah terlanjur jangan sesali," harap ayah.
"Bukan disesali, tapi dijadikan pelajaran untuk melangkah ke depan lebih baik," jawab putra. "Kita tidak harus menyerah karena dunia begitu kita ikut begitu. No way! Bung Karno membawa RI keluar dari PBB, menunjukkan kita punya prinsip dan pendirian yang kuat. Jadi kita tidak mengangkat pembunuh jadi menantu."
"Kalau begitu kita harus melakukan Restorasi Indonesia yang Sejati'" sambut ayah. "Singkirkan sikap lembek yang mudah menyerah pada keadaan itu, diganti sikap pantang menyerah mengusir musuh bangsa dalam segala bentuknya!' ***




0 komentar: