Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Perosotan Purchasing Manager Index!

Artikel Halaman 12, Lampung Post Selasa 07-09-2021
Perosotan Purchasing Manager Index!
H. Bambang Eka Wijaya

MAIN perosotan, anak-anak naik dari tangga belakang, lantas merosot ke depan. Main perosotan replikasi Purchasing Manager Index (PMI), naik dari bekakang mencapai 56,1 Mei 2021, lalu ke depan merosot pada Juni menjadi 53,5 dan Juli kandas di 40,1.
Pada PMI, skor 50 menjadi balans permintaan (ekspektasi) dan penawaran ekspor manufaktur. Saat skor PMI Indonesia mencapai 56,1 permintaan meroket produksi kewalahan memenuhinya. Saat itu terjadi, ekonomi kuartal II-2021 juga berada di puncak perosotan. Tatapi permintaan itu tumpas hingga jauh di bawah pada Juli, menjadi 40,1.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono di Komisi XI DPR (30/8), merosotnya PMI itu menjadi salah satu dari tiga indikator pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 melambat. Dua indikator lainnya, ekspor Juli 2021 yang turun 4,53% (mtm), dan impor Juli 2021 turun 12,2% (mtm). Jadi main perosotan itu simultan dalam pertumbuhan ekonomi, setelah naik ke puncak pada kuartal II-2021, pada kuartal berikutnya merosot.
Mengenai kemerosotan PMI, karena masalah permintaan atas ekspor produk manufaktur kita sepenuhnya tergantung mekanisme pasar di luar negeri, dapat dikatakan masalahnya nyaris sepenuhnya di luar kendali kita. Sebab bisa jadi, ketika PMI kita mencapai 56,1 pada Mei 2021, di luar sedang terjadi spill over (luberan) permintaan yang tak terpenuhi oleh pasar global.
Kalaupun ada kelemahan di dalam negeri yang harus dicek dan perlu diperbaiki, yaitu masalah kualitas produksi dan harganya yang lebih mahal hingga bisa kalah bersaing dengan produk negara lain.
Sedangkan kemerosotan ekspor dan impor, sesuai catatan BPS, terjadi karena digelarnya PPKM mengatasi Covid-19 yang melakukan pembatasan kegiatan masyarakat. Sehingga, pelambatan ekonomi yang diakibatkannya menjadi sebuah konsekuensi logis. Diharapkan, kebijakan seruoa tak perlu dilakukan lagi ke depan, agar pertumbuhan bisa lebih laju dan lancar.
Namun, kemerosotan ekspor dengan PMI yang buruk, jauh di bawah 50, perlu mendapat perhatian khusus untuk kembali menaikannya. Kelemahan produk manufaktur kita di pasar global adalah langkanya promosi. Hanya produk makanan olahan, dari Indofoid, Mayora, dan sejenisnya serta beberapa produk kopi yang melakukan promosi di luar negeri.
Sedangkan ekspor produk manufaktur lainnya, seperti mengirim tuyul -- gentayangan mencari uang (pembeli) sendiri di luar negeri tanpa promosi; jangankan promosi produk, branding pun tidak. ***







0 komentar: