"HARI ini usia Lampung Post genap 38 tahun!" ujar Umar. "Untuk itu, kita menundukkan hati dan kepala bersyukur atas segala nikmat yang telah dicurahkan-Nya setiap saat sepanjang usia Lampung Post itu! Utamanya nikmat hidayah yang memberi daya untuk setia menjalankan fungsi dan peran universal pers melayani masyarakat sebagai mediator memaknai peristiwa demi peristiwa yang mengalir sehari-hari!"
"Alhamdulillah wa syukrillah!" sambut Amir. "Demi tekad untuk hadir sebagai mediator dalam memajukan kesejahteraan umuum dan mencerdaskan kehidupan bangsa lewat pilihan sajian informasi aktual dan mendidik itulah para pendiri Lampung Post—H. Solfian Akhmad dan para sejawatnya—38 tahun lalu menggabungkan koran Poesiban dan Independen bersama orangnya ke wadah baru Yayasan Masa Kini dan menerbitkan harian Lampung Post!"
"Idealisme para pendiri itu dari waktu ke waktu menghadapi tantangan zaman yang terus berubah dengan sifat yang berbeda-beda pula! Dari tantangan bersifat teknis dan taktis sampai yang sistemik dan strategis!" tegas Umar.
"Tantangan teknis dan taktis itu tentu menjadi bagian dari day by day business mengatasinya! Beda tantangan sistemik yang menjadi bagian perubahan peradaban, semisal perubahan proses komunikasi massa dari sistem broadcasting (sebuah sumber mendikte jutaan customer alias audiens) menuju sistem broadband (jutaan sumber atau situs melayani satu customer)."
"Perubahan sistem komunikasi massa itu, hingga tinggal klik orang bisa mendapat informasi yang dibutuhkan, menuntut pekerja media cetak bekerja keras untuk terus menjaga relevansi medianya sebagai sumber informasi pilihan masyarakat!" timpal Amir. "Belum lagi era media sosial, setiap warga menjadi sumber berita maupun mediator bagi komunitasnya, lewat Facebook, Twitter, BBM dan berbagai versi messenger lainnya, hingga media massa bisa kalah cepat dari penyebaran informasi yang dilakukan oleh para aktornya sendiri!"
"Menjaga relevansi media sebagai pilihan sumber informasi itu jadi bersifat strategis ketika perubahan sosial-politik yang terjadi—seperti dari Orde Baru ke era reformasi—sebenarnya hanya perubahan semu!" tukas Umar.
"Yakni, yang berubah hanya rangka atau kulitnya, sedangkan isinya, seperti kultur kekuasaan yang korup, sama sekali tak berubah, malah jauh lebih korup daripada sebelumnya! Jelas, ketika kecenderungan itu telah mengencundangi usaha bangsa memajukan kesejahteraan umum dalam memaknai kemerdekaan, relevansi idealisme para pendiri media ini sebagai koran perjuangan justru kembali menguat! Selamat berjuang memaknai hari-hari merdeka! Dirgahayu Lampung Post!" ***
0 komentar:
Posting Komentar