"PETANI Lampung yang berbasis kultur sawah tadah hujan memiliki tradisi semangat juang melawan musim!" ujar Umar. "Maksudnya, meski tahu usai panen rendeng (padi yang ditanam musim hujan) itu musim kemarau, mereka tetap menyemai benih padi lagi dengan mengejar waktu mengolah lahan sawahnya untuk kembali ditanami padi!"
"Tradisi yang aneh sekali!" potong Amir.
"Memang aneh, lebih-lebih bagi para birokrat yang amat rasional, hingga saat tanaman padi gagal sang birokrat maido—bahasa Jawa: menyesalkan bernada menyalahkan—sudah tahu kemarau kok tetap nekat menanam padi di sawah tadah hujan!" tukas Umar. "Tapi itulah tradisi semangat juang petani yang ternyata juga sering berhasil! Karena tidak semua kemarau kerontang! Seperti tahun lalu, kemarau basah datang dan mereka sukses panen gogo, padi yang ditanam saat kemarau!"
"Saat panen tanaman musim kemarau petani baik, kaum birokrat yang tepuk dada berbangga mengklaim program bimbingannya berhasil meningkatkan produksi padi dan produktivitas lahannya—kepala daerahnya pun menerima penghargaan program ketahanan pangan dari Presiden!" timpal Amir. "Sebaliknya ketika perjuangan petani kandas oleh datangnya kemarau kerontang, para birokrat 'buang badan' mengelak dari kewajibannya membina petani lewat program penggantian benih bagi yang kena puso dengan dalih petani bandel, musim kemarau tetap menanam padi di sawah tadah hujan!"
"Apalagi di Lampung, pada musim kemarau padi gogo di sawah irigasi juga sering gagal—akibat irigasinya banyak yang rusak tak kunjung diperbaiki oleh birokrat!" tegas Umar. "Karena itu, suatu perspektif baru atas tradisi kultur bertani warga daerah ini perlu dikembangkan ke arah yang tak mau enaknya kaum birokrat saja—ketika perjuangan petani berhasil diklaim sebagai sukses birokrat, ketika perjuangan melawan musim itu gagal petani disalahkan dengan dituding bandel!"
"Untuk itu, karena untuk membangun irigasi teknis di sejumlah daerah mustahil akibat jauh dari aliran sungai atau danau, suatu grand design program pengembangan pertanian sawah tadah hujan harus disiapkan!" timpal Amir. "Bukan cuma sporadis saat kekeringan membantu pompa air kecil kepada sedikit petani yang sawahnya dekat sungai! Tetapi, membangun tersebar merata sedotan air tanah dengan kincir angin hingga biaya operasionalnya tak memberatkan petani! Angin tersedia setiap waktu, dan bisa dimanfaatkan kapan saja diperlukan!" ***
0 komentar:
Posting Komentar