"BERITA media cetak tentang Hartati Murdaya, tersangka dugaan suap Bupati Buol Amran Batalipu, diwarnai aneka kata menarik!" ujar Umar. "The Jakarta Post (14-8) memberi judul, ‘Hartati jumps before she is pushed’. Bahasa ngoko-nya, Hartati meloncat sebelum didepak! Lampung Post menulis judul besar, ‘Teladani Hartati Murdaya’! Berita Lampung Post ini satu sumber dengan Kompas (14-8) yang mengutip ucapan Sekretaris Dewan Kehormatan Partai Demokrat T.B. Silalahi, 'Saya sangat bangga ada kader yang setelah menjadi tersangka langsung menghadap saya dan meminta mengundurkan diri sebagai anggota Dewan Pembina (Partai Demokrat)’."
"Judul The Jakarta Post menyiratkan risih di tubuh Partai Demokrat jika ada kader inti terlibat korupsi (seperti mantan bendahara umum, Nazaruddin), hingga untuk menjaga citra partai yang kampanye dengan slogan antikorupsi terpaksa menindak tegas kader tersebut dengan mendepaknya dari kepengurusan!" timpal Amir. "Maka itu, judul Hartati meloncat sebelum didepak, cukup interpretatif!"
"Tapi judul Lampung Post terkesan menyerukan agar meneladani tokoh yang sedang diberitakan sebagai tersangka menyuap, bisa membuat orang terkesan agar meneladaninya jadi penyuap!" tukas Umar. "Apalagi dirangkai kutipan langsung (saya sangat bangga) pada tindakan sang tokoh!"
"Semua aneka kata itu mendramatiskan berita Hartati Murdaya!" tegas Amir. "Betapa tidak! Hartati tokoh sangat populer! Dalam berbagai acara di layar televisi ia sering terlihat amat dekat dengan Presiden SBY maupun Ibu Negara Ani Yudhoyono! Kedekatan itu rupanya tak membuatnya mudah menyelesaikan masalah di bisnisnya, hingga (kalau KPK benar) ia sampai harus menyuap Bupati untuk mendapatkan hak guna usaha buat perkebunan sawitnya!"
"Kenyataan itu bukan cuma dramatis, melainkan juga tragis!" timpal Umar. "Tragis, karena Hartati tokoh sentral dari sebuah organisasi berorientasi keagamaan! Para pendukungnya mendaulat Hartati untuk memimpin organisasi tersebut lintas-periode! Itu bisa terjadi hanya karena Hartati memang mampu mengakomodasi beraneka kepentingan dan konflik yang tak bisa dihindarkan dalam organisasi! Tragis, kalau ia tergelincir dalam posisi sosial seanggun itu hanya akibat terkait dugaan suap, sejenis korupsi!" ***
0 komentar:
Posting Komentar