Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Mudik, Rindukan ‘Sangkan Paran’!

"MESKIPUN berdesakan terhimpit tegak dari Jakarta ke tujuan di Jawa Tengah atau Jawa Timur, maupun bersepeda motor berboncengan lebih dari dua orang menelusuri teriknya panas dan hujan siang-malam, setiap Lebaran orang terus mengulang pengalaman buruk mudik itu!" ujar Umar. "Bagi pemudik bermotor, bahkan tanpa peduli risiko semakin rawannya kecelakaan di jalan yang bisa merenggut nyawa mereka!" "Begitulah kuatnya dorongan tradisi mudik yang berporos pada kerinduan perantau pada sangkan paran—tempat dari mana mereka berasal!" sambut Amir.
"Kerinduan itu bukan sebatas pada sangkan paran lahiriah berupa kampung halaman! Malah transenden, mudik untuk sungkem meminta maaf dan keikhlasan kedua orang tuanya yang di usia senja mereka tinggalkan di desa tanpa dirawat semestinya oleh anaknya yang merantau! Keikhlasan itu diperlukan untuk perjalanan selanjutnya ke sangkan paraning dumadi (tempat asal mula sejatinya)—akhirat! Terutama, keikhlasan ibu yang di telapak kakinya terletak surga!" "Religiositas mudik itu signifikan, sebagian orang bahkan menganggapnya sebagai penyempurna ibadah Ramadan!" tegas Umar. "Seseorang yang sepanjang Ramadan ibadah sungguh-sungguh merasa perlu keikhlasan orang tuanya untuk meraih pengampunan total seluruh dosanya! Maka apa pun risikonya ia mudik guna mendapatkan keikhlasan itu!" "Dengan itu terlihat mudik sebagai usaha mengatasi kerinduan pada kampung halaman lahir dan batin, kampung duniawi dan ukhrawi!" timpal Amir. "Mungkin itu pula kaitannya dengan ucapan selamat Idulfitri dilengkapi ucapan lahir-batin! Semoga selamat dunia dan akhirat!" "Batin kita memang didominasi hati nurani sebagai representasi ruh yang senantiasa transenden pada Sang Pencipta sehingga nurani selalu berorientasi pada kebaikan!" tegas Umar. "Tapi ruang itu juga dihuni nafsu yang selalu menarik ke pemuasan naluri-naluri dasar (basic instinct) manusia! Puasa amalan mengendalikan nafsu hingga mengutamakan nurani yang selalu transenden dalam kehadirannya di alam semesta yang keseluruhannya merupakan ayat-ayat-Nya! Mudik pun menjadi perjalanan mengatasi kerinduan lahir-batin, kerinduan pada asal yang sejatinya!" ***

0 komentar: