INEM yang beruntung jadi staf istri pejabat di kota bergaya khas saat mudik—pakai sepatu jinjit dengan hak tinggi! Sayangnya, jalan ke rumahnya yang sejak lama dijanjikan setiap calon bupati bakal diaspal, belum berubah! Hak sepatu Inem yang lancip tenan itu menancap di galangan sawah, dia tak bisa melangkah kecuali membuka sepatunya!
"Woalah Nem, neko-neko!" sambut ibunya melihat Inem datang menenteng sepatu jinjit.
"Kulino (terbiasa) pakai sepatu begini, kalau pakai sepatu hak rendah terasa deglok!" jelas Inem. "Yang aneh bukan gayaku, tapi janji mengaspal galangan sawah tak kunjung terwujud!"
"Warga desa kita justru menolak rencana pembangunan jalan desa ini!" jelas ibu.
"Mokal!" timpal Inem. "Apa alasannya?"
"Kalau galangan dibangun jadi jalan aspal, warga malah tak bisa lagi angon bebek!" jelas ibu. "Kendaraan warga desa-desa tetangga, terutama motor, pasti ramai melintas! Selain itu, kalau diaspal truk pasir bisa lewat, pasir dari kali kita habis dikeruk orang luar, kita sendiri jadi kesulitan jika butuh pasir untuk membangun rumah! Belum lagi, kalau dilintasi truk pasir, aspal jalannya hancur! Akibatnya kita warga setempat jadi tak nyaman karena jalan yang rusak itu rawan kecelakaan!"
"Jadi lebih baik tetap galangan sawah begini?" tukas Inem. "Tapi kapan majunya kalau hidup di galangan sawah terus, tak bisa pakai sepatu hak tinggi! Simbok ingat si Mono, anak tetangga Pak Mudin di pinggir kali, di kota dia punya mobil bagus jadi tak mudik karena mobilnya tak bisa sampai rumah! Kalau mobilnya ditinggal di seberang kali, bisa diprotoli orang!"
"Kalian anak-anak desa yang merantau ke kota, aneh! Pikiran dan keinginan kalian jauh berbeda dari kami yang tetap tinggal di desa!" ujar ibu. "Kami ingin desa ini tetap lestari, asri, tenang, tak hiruk-pikuk dan bising dengan kekacauan lalu lintas!"
"Bagus yang ramai daripada sepi begini!" entak Inem. "Para pemimpin saja berjuang membangun desa, galangan sawah jadi jalan aspal, tempat angon bebek jadi gedung! Itu pertanda kemajuan!"
"Itu sebabnya alam negeri kita rusak, tak asri lagi, hingga iklim juga berubah!" tegas ibu. "Desa-desa diubah agar sepatu lancip keluarga pejabat tak menancap di galangan sawah saat mudik!" ***
0 komentar:
Posting Komentar