"MINGGU (5-8) pagi buta sebuah travel bermuatan penuh penumpang dari arah Bakauheni menuju Bandar Lampung dengan kecepatan tinggi menyalip kendaraan di depannya pada tikungan tajam Km 41-42! Travel itu menubruk truk Fuso yang datang dari arah berlawanan! Dua tewas dan delapan lainnya luka!" ujar Umar. "Kecelakaan itu terjadi hampir bisa dipastikan akibat sopir travel mengemudi ugal-ugalan, ngebut dan menyalip di tikungan tanpa kepastian dari depan tak ada kendaraan!"
"Kecenderungan sopir travel mengemudi lebih kencang dari rata-rata bukan hal aneh untuk mengejar rit!" sambut Amir. "Tapi saat kebiasaan kencang itu berubah jadi ugal-ugalan tak lagi memikirkan keselamatan penumpangnya, sopir itu telah lalai! Ketika kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan yang menewaskan orang, sifat kelalaian itu menjadi pidana!"
"Karena itu, kepada sopir travel—utamanya pada lintasan Bakauheni—Bandar Lampung—layak diingatkan untuk lebih berhati-hati, tidak ugal-ugalan hanya untuk menunjukkan kehebatannya mengemudi!" tegas Umar. "Kewaspadaan semua sopir perlu ditingkatkan di lintasan itu karena jalanan semakin padat dengan kenderaan berbadan besar sehingga ketika tepergok tak cukup ruang untuk mengelak—seperti dialami travel malang itu! Tepatnya, situasi dan kondisi jalan di lintasan itu kini amat rawan kecelakaan, juga akibat kian ramainya sepeda motor yang sering kurang antisipatif pada situasi lalu lintas!"
"Peringatan buat para sopir itu juga penting untuk keselamatan diri mereka agar tidak menjadikan pekerjaan sebagai tempat pertaruhan nasib hidup-mati setiap hari!" timpal Amir. "Tapi jadikan tempat kerja yang nyaman dan aman bagi dirinya! Dengan sikap begitu, keluarga di rumah juga lebih tenang, tak waswas berkepanjangan setiap hari!"
"Lebih dari itu, waktu yang diperoleh dari kebut-kebutan itu juga akhirnya cuma terbuang percuma untuk menunggu giliran keberangkatan di pangkalan! Tak menambah jumlah rit apalagi penghasilan ekstra!" tukas Umar. "Sebab, logika jumlah penumpang dan jumlah kendaraan berproses sesuai skala yang sudah terbentuk oleh mekanisme operasionalnya! Jadi percuma memacu lebih cepat, jika sehari biasa cuma bisa dua trip akan tetap cuma kebagian dua trip!"
"Penambahan jumlah penumpang hanya terjadi pada hari-hari tertentu, seperti mudik Lebaran!" timpal Amir. "Tapi itu pun tetap tak perlu ngebut karena penambahan jumlah penumpang itu skalanya hanya akan mengurangi lamanya waktu nongkrong di pangkalan—dibanding hari biasa! Artinya, membeludaknya penumpang jangan justru membuat sopir lupa batas kemampuan fisiknya, hingga malah bisa mencelakakan dirinya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar