Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Silogisme Disiplin Puasa Ramadan!

"SETOP! Jangan langgar lampu merah!" entak Amir ke Umar yang menyetir mobil. "Kita puasa Ramadan dengan penuh disiplin sejak imsak menahan diri atas semua rukun dan wajibnya, untuk mengejar waktu berbuka malah mau melanggar lampu merah!" "Melanggar lampu merah lalu lintas kan tak membatalkan puasa!" kilah Umar. "Memang!" sahut Amir. "Tapi seperti kata tuan guru, puasa Ramadan itu latihan disiplin sekaligus ujian buat kehidupan kita 11 bulan ke depan! Dalam 11 bulan ke depan itu kita tidak berpuasa wajib, tapi harus menahan diri sesuai norma kehidupan rutin sehari-hari! Jadi, disiplin dalam kehidupan sehari-hari itulah implementasi pada dimensi sosialnya yang penting dari latihan selama Ramadan, selain nilai sakral puasa Ramadan sebagai amalan memenuhi perintah Sang Khalik!"
"Kalau puasa Ramadan juga dijadikan proses transformasi nilai-nilai sosial kemasyarakatan, terutama praktek disiplin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dari menaati aturan lampu lalu lintas sampai menahan diri dari korupsi, panji keislaman akan berkibar dalam wujud masyarakat yang tertib dan berbudaya luhur!" timpal Umar. "Tak lagi seperti dewasa ini, negara kita yang terkenal mayoritas penduduknya muslim malah berkibar dengan citra negara terkorup di dunia!" "Juga negara paling kacau dan semrawut lalu lintasnya, hingga jalan raya menjadi killing field paling mengerikan!" tukas Amir. "Sedang warga Kota Bandar Lampung yang masih gemar membuang sampah ke selokan hingga aliran sungai tempat buangannya jadi kotor sekali, terkenal dengan stigma dari Kementerian Lingkungan Hidup sebagai kota terjorok di Indonesia! Yang diberi stigma itu warga kotanya yang hidup, sebab kotanya cuma benda mati!" "Artinya, kita harus menerjemahkan segala sesuatu terkait kehidupan dengan logika—menggunakan akal sehat—sebagai anugerah istimewa manusia dari Sang Khalik yang tidak diberikan kepada hewan maupun makhluk lain ciptaan-Nya!" timpal Umar. "Demikian pula dengan implementasi logisnya (silogisme) puasa Ramadan pada 11 bulan berikutnya, idealnya mengaktual sebagai etika—disiplin sosial di mana setiap orang dengan pilihannya sendiri menghormati hak orang lain—seperti saat lampu merah menyala, ia berhenti untuk menghormati hak orang lain yang sedang mendapat lampu hijau! Dengan itu mayoritas muslim tecermin pada kehidupan sehari-hari masyarakat yang beretika-moral luhur!" ***

0 komentar: