BANK Indonesia (BI) menegaskan inflasi Mei 2018 (data BPS: 0,21%) yang jauh lebih rendah dibanding dengan periode sama tahun sebelumnya (Mei 2017: 0,39%) tidak mengindikasikan adanya penurunan daya beli masyarakat. "Inflasi dan harga itu interaksi demand dan supply. Bisa jadi karena supply-nya kuat, maka inflasinya rendah. Sementara kalau daya beli rendah harusnya harga turun," kata Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Reza Anglingkusumo, Selasa. (Kompas.com, 6/6) Sementara pada bulan Mei ini masih ada kenaikan harga sejumlah komoditas. Dengan adanya kenaikan harga, jelas Reza, inflasi terjadi namun cenderung terkendali. "Menurut saya, struktur supply dan demand sehat. Di dalam struktur inflasi yang sekarang, demand dan supply cenderung seimbang," ujar Reza. Daya beli pun stabil. Reza menambahkan tergerusnya daya beli terjadi jika harga terlampau tinggi dan ketersediaan barang hasil produksi terbatas. Ia juga menilai, salah satu penyebab turunnya inflasi kali ini antara lain karena bergesernya preferensi belanja masyarakat. "Kita tidak melihat adanya isu penurunan daya beli masyarakat. Bergesernya libur Lebaran yang lebih lama di awal pun juga menggeser pola belanja masyarakat yang mungkin saat ini lebih mementingkan mudik dibanding dengan belanja," ujar Reza. Penurunan inflasi hampir 50% bulan Mei tahun ini yang justru lebih dekat dengan Lebaran Idulfitri dibanding dengan tahun lalu, juga bisa dilihat sebagai pertanda mulai berhasilnya aspek pembangunan infastruktur yang memperlancar arus logistik. Juga hasil dari mengatasi aneka kendala yang menyebabkan biaya logistik amat tinggi. Salah satu contohnya pembenahan waktu tunggu kapal (dwelling time) di pelabuhan, yang menurut laporan Henry Sandee dari Bank Dunia pada tahun 2010 selama 4,8 hari pada 2013 menjadi 8 hari, kemudian lebih buruk lagi, tahun ini setelah dibenahi oleh Presiden Jokowi menjadi 3 hari. Biaya logistik nasional di Indonesia yang pada 2013 menurut studi Sandee mencapai 24% dari PDB, jauh lebih tinggi dari negara-negara tetangga, kini justru dari kinerja mengelola inflasi yang bisa mencapai begitu rendah (3,23% yoy), mengisyaratkan telah terjadinya perbaikan signifikan biaya distribusi logistik. Untuk itu juga tak bisa dikesampingkan hasil kerja Satgas Pengendalian Harga maupun Satgas Pemberantas Pungutan Liar di semua lini. Kinerja semua instrumen pengendali inflasi yang sudah ada itu harus dijaga agar tetap efektif dan lebih efisien.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar