LIBUR Lebaran Idulfitri terlalu panjang membuat sentimen-sentimen negatif selama sepekan terakumulasi. Akibatnya, pasar mencatatkan penurunan indeks signifikan. Demikian Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio, atas anjloknya IHSG 109,59 poin atau 1,83% ke level 5.884 pada penutupan hari pertama, Rabu. (Kompas.com, 20/6/2018). Liburan Hari Raya Idulfitri tahun ini memang praktis setengah bulan penuh. Meski resminya cuti bersama dimajukan mulai 11 Juni, sejak Sabtu 9 Juni buruh perkebunan dan pabrik sudah tidak masuk kerja. Demikian pula meski PNS mulai masuk Kamis, 20 Juni, Metro-TV Kamis (21/6/2018:18.45) melapor 40% lagi pemudik belum kembali dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Itu karena para pekerja di sektor produksi umumnya baru aktif penuh Senin (25/6). Selama libur panjang itu kegiatan ekonomi di sektor konsumsi meningkat secara signifikan. Sebaliknya di sektor produksi, pabrik-pabrik berhenti berputar, panen sawit dan penyadap karet jeda. Secara nyata selama libur panjang itu kegiatan ekonomi didominasi konsumsi dengan tingkat produksi yang kecil, sehingga proporsi perekonomian nasional defisit. Defisit perekonomian tersebut, wujudnya kosong produksi selama setengah bulan atau 1/24 tahun, setara pelemahan sekitar 4% produksi tahunan. Bagi sementara investor di pasar modal, melihat tarung pertumbuhan ekonomi menyangkut "nol koma persen", mata mereka silau melihat bolongnya produksi tahunan setara 4% akibat libur lebaran yang terlalu panjang. Mungkin itu sebabnya, IHSG yang sebelumnya sempat rebound ke angka psikologis di atas 6.000-an bisa anjlok kembali ke level 5.000-an. Panjangnya masa libur Lebaran Idulfitri yang efektifnya de facto 15 hari itu, sudah lebih banyak dari standar universal kalender merah (libur umum) dunia bisnis 12 hari setahun. Kalau dijumlahkan seluruhnya hari libur umum sebulan di Indonesia pada 2018 ini menjadi 27 hari, sama dengan "hari kerja" satu bulan penuh. Itu menunjukkan bangsa Indonesia lebih santai ketimbang kerja, kerja, dan kerja! Maka itu, sepantasnya pemerintah mengevaluasi ekses libur Lebaran yang terlalu panjang. Apalagi karena selain IHSG kurs rupiah juga terpukul. Dari kurs yang sudah jauh dari level Rp14.000/dolar AS sebelum liburan (Rp13.800/dolar AS), kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari Kamis (Kompas.com, 21/6) nilai tukar rupiah di level Rp14.090/dolar AS. Nah, mau libur lebih panjang lagi? ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar