OKUPANSI atau tingkat hunian hotel secara nasional di Indonesia mengalami penurunan hingga 20%—40% periode Januari—April 2019. Penyebab utamanya peningkatan harga tiket penerbangan yang signifikan, justru saat low season usai liburan panjang akhir tahun 2018. Menurunnya kegiatan berlibur usai liburan panjang akhir tahun merupakan kondisi rutin. Namun, pada 2019 ini penurunan amat drastis karena adanya pemilihan umum (pemilu). "Sebelum pemilu itu memang low season. Pemilu termasuk bagian dari penyebab penurunan okupansi hotel," ujar Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, dikutip detik-finance (24/4/2019) dari diskusi Pas FM. Karena bertepatan dengan pemilu, penurunan okupansi hotel terjadi hingga bulan April 2019. Ini terjadi karena adanya masa kampanye pemilu yang cukup lama. Dampaknya, menurut Yusran, di tengah gejolak demokrasi ini banyak pengusaha menahan pergerakan atau aktivitas bisnisnya. "Pemilu ini sudah terlalu lama. Akhirnya berdampak juga ke bisnis semua orang. Konsentrasinya sudah berbeda," imbuhnya. Dalam diskusi tersebut, Sekjen DPP Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Titus Indrajaya menyatakan imbas dari mahalnya harga tiket penerbangan ini ratusan travel biro di Tanah Air bangkrut. Titus menyebut, dari 7.000-an anggota Asita, diperkirakan 5% atau sekitar 350 perusahaan gulung tikar. "Kalau laporan kita kan nunggu kabar dari daerah keterangan bahwa ini berhenti menjadi anggota karena gulung tikar adalah kisarannya enggak sampai 5%," ungkap Titus. Mengenai banyaknya anggota yang gulung tikar, Titus menyebut wajar karena dari 7.000 anggota Asita sebanyak 60%-nya merupakan biro perjalanan yang menjual tiket. Menurut Titus, kalau tiket terus mahal, sama saja seperti menahan masyarakat membeli tiket pesawat. Lalu dari mana lagi pemasukan biro perjalanan kalau bukan dari penjualan tiket? Bukan hanya banyak yang bangkrut, omzet penjualan tiket para anggota Asita juga pada 2019 ini telah menurun hingga 40%. "Infonya 30%—40% dampak penurunannya, di Bali saja orang ke Bali lokalnya turun. Di Yogyakarta, di daerah Pulau Jawa, juga turun," kata Titus. Indonesia National Air Carrier Association (INACA) mengakui November 2018 menjelang liburan Tahun Baru harga tiket naik 40% sampai 120%. Namun pada 11 Januari diturunkan lagi 20% sampai 60%. (CNNI, 15/1) Setelah sebulan, 10 Februari naik lagi sekitar 30%. Ini yang kini dikeluhkan tiket mahal. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar