MUSIM panen kopi tiba di Lampung. Tapi penyakit lama kambuh, setiap panen harga komoditas gantungan hidup petani Lampung itu anjlok. Kali ini, anjloknya Rp5.000/kg, dari harga sebelum panen Rp22.000/kg, menjadi Rp17.000/kg. Itu berarti, setiap ton kopi hasil panennya petani kehilangan nilai Rp5 juta. Dengan pemilikan tanaman kopi rata-rata setiap petani dua hektare, setelah dibina pemda bekerja sama dengan Nestle, tingkat produktivitas per hektare sekitar 1 ton, berarti setiap keluarga petani kopi kehilangan nilai hasil panen Rp10 juta. Kehilangan nilai penghasilan sebesar itu setiap panen, jelas tak pantas ditoleransi berlanjut tahun ke tahun. Lebih lagi, karena di Lampung sudah dikenal fasilitas Resi Gudang. Sehingga, semestinya petani bisa menyimpan dulu kopinya di gudang saat harga jatuh dan menjualnya ketika harga baik. Dengan Resi Gudang, petani bisa mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan hidup harian keluarganya dengan uang dari bank. Nantinya uang bank itu dikembalikan setelah harga kopi membaik, saat yang tepat petani menjual kopinya yang mereka titipkan di gudang. Lewat cara itu petani terhindar dari kehilangan nilai dari penjualan hasil panen mereka setiap tahun. Lebih jauh lagi, berkat bimbingan para ahli dari pemda dan lembaga swasta yang peduli, dari waktu ke waktu produktivitas kopi petani ditingkatkan, volume dan kualitasnya. Produksi bisa terus ditingkatkan lebih satu ton per hektare, setidaknya becermin ke Vietnam yang lebih dari dua ton per hektare. Salah satu tekniknya dengan mengalirkan irigasi ke lahan kopi, utamanya saat kemarau. Untuk kualitas produksi, Pemkab Lampung Barat kini tengah menghentikan pembersihan lahan kopi dengan herbisida. Ini mengurangi dampak residu racun gulma itu terhadap lingkungan maupun produk kopinya. Untuk meningkatkan kualitas kopi guna meningkatkan harganya, bisa dengan membuat kopi Lampung menjadi robusta organik. Kalau kopi kotoran musang bisa meningkatkan harganya berlipat kali dengan diproses menjadi kopi luwak, robusta organik punya peluang lebih luas di tengah kemodernan hidup konsumen internasional yang berorientasi pada produk sehat. Untuk itu, prosesnya cukup dengan memupuk tanaman kopi dengan pupuk kandang atau pupuk organik lainnya. Selain menghindari pemakaian herbisida, juga pantang menggunakan insektisida dan pestisida. Dengan promosi yang baik di pasar internasional, petani bisa menikmati harga kopi yang lebih baik, robusta organik.***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar