REKOR tak terkalahkan di Istanbul Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) sejak Erdogan terpilih jadi wali kota 1994, akhirnya tumbang dalam Pilkada 31 Maret 2019. Kandidat dari AKP di Istanbul yang mantan Perdana Menteri Binali Yildirim dikalahkan kandidat Partai Rakyat Republik (CHP) Ekrem Imagoglu dengan selisih hampir 28.000 suara. Partai kendaraan politik Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan itu juga kalah di Pilkada Ibu Kota Ankara, kandidat CHP Mansur Yavas memimpin perolehan suara. Juga di kota terbesar ketiga, Izmir, AKP kalah. Meski demikian, dalam pilkada serentak yang diikuti lebih dari 57 juta rakyat pemilih terdaftar di Turki itu, secara keseluruhan AKP masih unggul dengan meraih suara sebanyak 51,6%. Erdogan dikutip VOA (1/4/2019) kepada wartawan di Istanbul mengakui AKP mengalami kemunduran dan betekad mengambil "pelajaran" dari pemilihan ini. Ia berjanji melakukan langkah-langkah guna meningkatkan ekonomi yang terperosok resesi sejak Agustus 2018. Pada Agustus lalu itu, AS sebagai sejawat sesama anggota NATO telah menikam Turki dari belakang dengan mematok tarif tinggi barang-barang asal Turki. Alasan utama tindakan AS itu karena Erdogan menolak membebaskan seorang pendeta warga negara AS yang ditahan Turki dengan alasan keintelijenan. Sikap Presiden Trump makin keras pada Turki setelah Erdogan menuding sebagai teroris pasukan Kurdi yang didukung koalisi AS untuk membasmi ISIS di Irak dan Suriah. Waktu itu, kurs mata uang lira Turki anjlok hingga 40% terhadap dolar AS. Erdogan pun melakukan balasan dengan melakukan boikot terhadap produk AS di negerinya. Turki menghentikan pembelian barang elektronik AS termasuk iPhones. Sebagai gantinya, Turki membeli Samsung dari Korea Selatan dan mempromosikan Vestel, produksi dalam negeri. (Tempo.co, 14/8/2018) Ekonomi Turki belum pulih sepenuhnya dari gebukan AS itu, Senin pagi (1/4/2019) seusai komisi pemilu mengumumkan hasil pilkada dengan kekalahan AKP di tiga kota besar utama negeri itu, nilai tukar lira Turki kembali anjlok 2,5%, menambah dalam depresiasi lira sejak Agustus yang hingga hari itu masih tercatat 30%. Dalam minggu menjelang pilkada serentak, banyak investor melepas saham dan obligasi Turki dan menjual lira Turki. Pemerintah sempat menginstruksikan bank-bank untuk membeli lira Turki di pasar devisa London untuk menopang nilai tukarnya, kata beberapa pejabat keuangan. Pemulihan ekonomi Turki pun menghadapi tantangan baru.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar