PROGRAM biodiesel B20 mengurangi signifikan nilai impor solar hingga neraca perdagangan Februari dan Maret 2019 berturut-turut surplus. Uji coba biodiesel pun ditingkatkan menjadi B100—menggunakan 100% minyak sawit. Sebelumnya, uji coba B30 berhasil dan siap dilaksanakan tahun depan. Menteri Pertanian Amran Sulaiman Senin (15/4/2019) melepas uji coba biodiesel B100 pada 50 traktor dam mobil di Kementerian Pertanian (Kementan). Menurut Amran, uji coba itu dilakukan sesuai dengan arahan Presiden Jokowi untuk menggenjot penggunaan minyak sawit dan mengurangi impor solar. "Ini bukan hal baru, ada B15, B20, B30, tapi atas arahan Pak Presiden melompat ke B100," ungkap Amran. (detik.com, 15/4/2019) Uji coba pada 50 traktor dan mobil tersebut menurut dia dilakukan setelah Balitbang Kementan melakukan uji coba pada 10 mobil dalam waktu dua tahun menggunakan B100 dengan menempuh jarak 6.000 km. "Pertanian uji coba dua tahun dan sekarang berhasil. Ada 10 mobil itu dengan jarak 6.000 km dan hari ini coba 50 mobil," ujar Amran. Penggunaan B100 bisa mengurangi impor minyak mentah secara bertahap atau menghemat hingga Rp150 triliun, tuturnya. Rencananya, percobaan masih dilakukan selama 1—2 tahun lagi. Menurut riset CNBC-Indonesia (23/1/2019) pemakaian biodiesel B20 untuk campuran solar selama September—Desember 2019 sebesar 4,02 juta kiloliter. Produksi biodiesel saat itu 6,01 juta kiloliter, sisanya diekspor. Dengan produksi biodiesel 2019 meningkat jadi 12 juta kiloliter, kalau program B20 dilanjutkan dengan volume seperti 2018, produksinya cukup untuk program B20 selama 12 bulan. Berarti jika 2020 programnya ditingkatkan menjadi B30, pada tahun itu produksi biodiesel harus ditingkatkan menjadi 18 juta kiloliter. Namun, jumlah pemakaian biodiesel sebanyak 18 juta kiloliter itu semestinya bukan lagi B30, tapi sudah B100. Sebab, total kuota konsumsi solar nasional pada tahun 2018 sebesar 14,62 juta kiloliter. (Kontan.co.id, 16/10/2018) Tampak, soal angka-angka tersebut masih perlu disesuaikan lagi. Meski bisa ditarik kesimpulan, bangsa kita mampu mengatasi pembatasan minyak sawit oleh Uni Eropa, sekaligus memanfaatkan bagi energi baru terbarukan (EBT). Lebih dahsyat lagi, laboratorium anak bangsa telah menghasilkan bioavtur (bahan bakar pesawat). Pabriknya telah dibangun Pertamina dengan menggandeng produsen sawit, Wilmar. (CNN-Indonesia, 12/08) Tentu, biopremium juga, hingga lahan sawit perlu lebih luas lagi. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar