"SATU dimensi dari Astabrata, delapan karakter pemimpin Jawa, seperti samudera--cakrawala luas jiwanya dalam, gelombangnya menggelorakan semangat juang para pelaut perkasa, sampah dan kotoran sebau apa pun dibuang dari kapal atau kota ditampung semua!" ujar Umar. "Samudera memproses kotoran jadi plankton dan renik, mata rantai makanan segala jenis ikan kesayangannya! Samudera tak pernah menolak atau marah pada sampah, apalagi menudingnya fitnah atau dusta! Bau busuk dan amis sampah dia simpan sedalam mungkin, lalu senantiasa ia tebar hawa segar!"
"Kok tiba-tiba berkisah Astabrata?" potong Amir.
"Aku sedang telekonferensi dengan Temon dan kawan-kawan lewat hape di meja ini!" jawab Umar. "Mereka bingung, kenapa pemimpin yang amat mereka banggakan, akhir 2009 ini tak henti marah, menuding fitnah kian-kemari!"
"Betul Bang Amir!" sela Temon di speaker hape Umar. "Apakah reklamasi politik mempersempit bentangan samudera jadi teluk ciut, urukannya memperkeruh air dan membendung sampah hingga tak lagi mencapai haribaannya! Embusan segar angin samudera pun menyapu tumpukan sampah hingga yang merebak malah bau busuk!"
"Kenapa jadi rikuh membuat metafora melukiskan keanehan gelagat sang pemimpin?" tukas Amir. "Lugas saja, kenapa SBY yang memukau dengan gaya bijaksana, 2009 ini berubah jadi pemberang, marah melulu? Tak mencerminkan pemimpin samudera lagi, menjadi teluk sempit terkepung reklamasi yang menghalangi sampah mencapai proses daur demokrasi yang dinamis! Singkatnya, karakter SBY tidak lagi cool seperti sebelumnya!"
"Ular cari pukul!" sambut Temon. "Orang lagi sangar, sok lugas!"
"Tak perlu setakut itu! SBY itu rasional, selain akar budaya Jawanya kuat!" tegas Amir. "Dengan terus terang kalian heran, dalam dua pemilu dari semua calon dialah yang paling dekat pribadinya dengan Astabrata, kenapa sekarang berubah sejauh itu?"
"Memang! Bukan cuma Varuna--samudera--Brata yang mencerminkan luas cakrawala berpikirnya,!" timpal Temon. "Juga Indra Brata, seperti air hujan, berwibawa mengusahakan kemakmuran rakyat! Yama Brata, seperti Batara Yama, mengayomi dengan menegakkan keadilan di atas kebenaran! Surya Brata, seperti matahari, sumber energi, semangat dan kekuatan pada kehidupan! Candra Brata, seperti bulan, menerangi di kala gelap! Vayu Brata, seperti angin, selalu dekat rakyat yang dipimpinnya! Bhumi Brata, seperti bumi, teguh sebagai tempat berpijak, memberi segala miliknya untuk kesejahteraan! Dan Agni Brata, seperti api, teguh dalam prinsip, menghanguskan yang salah!"
"Itu dia!" tegas Umar. "Apa reklamasi memperluas konsesi kekuasaan itu sebanding dengan akibatnya, urukan yang menutupi sifat-sifat karakter dambaan rakyat?"
0 komentar:
Posting Komentar