Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Tim Sepak Bola Kita Masuk Kotak!


"TIM nasional sepak bola Indonesia masuk kotak di SEA Games Laos, dengan posisi juru kunci grup pula! Artinya, tim sepak bola nasional jeblok abis!" ujar Umar. "Kadar mutunya, 1-1 lawan Singapura, dicukur Laos 0-2, takluk 1-3 dari Myanmar!"

"Soal itu ada yang berkilah, sebenarnya sepak bola kita maju, tapi negeri lain jauh lebih pesat!" timpal Amir. "Kilah itu berasumsi, sepak bola bagian dari pembangunan nasional, jadi bergerak seirama pembangunan nasional--yang selalu melangkah maju sesuai data dalam retorika skala domestik!"
"Soal langkah maju pembangunan itu, ada pula yang berkilah seperti di treadmill, alat olahraga berlari di tempat! Seluruh tenaga dan energi dikerahkan, bermandi keringat, napas ngos-ngosan, tapi tetap berlari di situ-situ saja, tak beranjak ke mana pun!" timpal Umar.

"Begitu pula sepak bola kita, sudah berkompetisi sistem liga seperti Eropa, status pemain di-pro-kan dengan sistem kontrak dan gaji, mendatangkan sparing pemain asing, juga pelatih asing! Tapi hasilnya, dibanding tim-tim nasional sekawasan yang dulu underdog pun, sepak bola kita kalah!"



"Dibanding tim-tim underdog yang dulu dengan mudah dikalahkan, kini kita kewalahan dan malah kalah dari mereka, secara nyata kita mundur!" tegas Amir. "Tapi analoginya memakai treadmill yang senantiasa tetap melangkah maju, jadi tak mengenal istilah mundur!"

"Kalau begitu untuk melihat realitas bangsa kita, terutama posisinya dalam persaingan global, tidak lagi cukup dengan analogi dan skala domestik! Buktinya, dengan membusungkan dada kita bangga pakai analogi dan skala domestik, baru dihadapkan Laos saja babak-belur!" timpal Umar.

"Dalam melangkah ke persaingan global, kalau membina 11 orang pemain sepak bola saja gagal membuktikan keunggulan, bagaimana bisa yakin kita mampu unggul bersaing global sebagai bangsa yang terdiri dari ratusan juta rakyat tanpa spesialisasi dan penguasaan teknis sepiawai pemain sepak bola? Lebih jauh lagi, dengan rata-rata tingkat pendidikan rendah!"

"Tapi bagaimana kalau pembinaan sepak bola sebenarnya sisi terburuk dari pembinaan warga bangsa ini, sehingga tak bisa dijadikan barometer pembinaan bangsa secara umum?" tukas Amir.

"Pembinaan sepak bola justru yang paling terpola dengan berbagai hal tadi!" sambut Umar. "Meski, bisa saja ada yang kurang! Misalnya, dalam pembinaan mental! Frekuensi keributan dalam pertandingan sepak bola kita relatif tinggi! Bahkan pada grand final Sriwijaya FC lawan Persipura, di Palembang, pertandingan tak bisa diselesaikan!"

"Kalau soal mental, bukan dominasi pemain bola!" tegas Amir. "Tanpa kecuali di kalangan pemimpin bangsa, yang terkenal santun pun kini ikut jadi temperamental! Berarti masuk kotaknya tim sepak bola kita di Laos justru merupakan aktualisasi kelemahan umum bangsa, faktor mentalnya!" ***

0 komentar: