SEORANG anak menangis dalam acara ulang tahun di rumah tetangga. "Dibagi cokelat satu seorang sama dengan teman-teman lainnya, kok malah menangis?" tanya guru TK, sang pembawa acara.
"Kalau memegang makanan cuma sebelah tangan dia menangis!" jelas baby sitter pendamping si anak. "Maunya kedua tangannya memegang!"
"O.., bakat elitenya, suka berlebihan, sejak kecil sudah menonjol, ya?" sambut bu guru. "Seperti Pansus Skandal Bank Century, merekrut tenaga ahli pendamping tugasnya sampai 24 orang!"
"Itu mah bukan mau kerja, tapi kenduri!" timpal seorang ibu yang menemani anaknya. "Mangan ora mangan asal ngumpul!"
"Ora mangan gimana?" entak ibu lainnya. "Dana Pansus sudah mereka usulkan Rp5 miliar! Dengan honor tenaga ahli Rp7,5 juta seorang per bulan, untuk tenaga ahli saja sebulan Rp180 juta!"
"Untuk anggota DPR yang terima lebih Rp40 juta sebulan, uang segitu kecil!" tukas ibu pertama. "Apalagi tenaga ahli itu amat mereka perlukan untuk menggantikan pekerjaan, agar mereka bisa tinggal terima bersih hasilnya dan dijamin lebih baik ketimbang kalau mereka kerjakan sendiri!"
"Jadi dengan gaji anggota DPR yang besar itu, tugasnya malah disuruh kerjakan orang lain yang dibayar DPR dengan honor relatif jauh lebih kecil dari mereka?" timpal ibu kedua.
"Mereka kan orang-orang terhormat, jadi tidak harus kerja keras untuk menyelesaikan tugasnya!" tegas ibu pertama. "Itulah potret elite kita, panutan bangsa! Jadi kalau warga masyarakat juga ikutan maunya dapat uang banyak tanpa kerja keras, sehingga siap berbuat apa saja demi meraih tongkrongan untuk itu, wajar saja! Semangat kerja keras jadi langka, karena bukan lagi penentu sukses yang diteladankan elite!"
"Selain langka semangat kerja keras, juga tak bisa menajamkan fokus pada inti masalah!" timpal ibu kedua. "Lihat saja setiap Pansus rapat, bicaranya bertele-tele, melebar tak menentu, lantas terjebak ke masalah tetek-bengek, berputar-putar habis waktu di sudut yang tak relevan!"
"Seperti semestinya fokus membahas sepeda, sepeda ada rodanya, pada roda ada pentil terbuat dari karet, lantas semua bicara membahas kebun karet!" tukas ibu pertama.
"Lucunya, mereka menyadari itu, sehingga merekrut sebanyak mungkin staf ahli agar ada yang menangani inti masalah secara fokus! Dengan begitu, meski mereka tak bisa menghentikan kebiasaannya suka berlebihan, tugas mereka diharapkan bisa diselesaikan oleh tim ahli! Nantinya, mereka tinggal membacakan kesimpulan akhir dan rekomendasi yang telah disiapkan tim ahli!"
"Sudah ibu-ibu, kita mulai acara ulang tahunnya!" potong ibu guru. "Kalau kita bicarakan sikap elite yang suka berlebihan, tak pernah habis! Karena, hal itu mereka lakukan berkelanjutan dengan setiap kali pakai modus baru!" n
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Rabu, 16 Desember 2009
Pansus, Potret Elite Suka Berlebihan!
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar