RODRIGO Chaves, Country Director World Bank (Bank Dunia) di Indonesia, menyatakan komitmen Pemerintah Indonesia untuk menjaga stabilitas dengan mengeluarkan kebijakan tegas dan terkoordinasi telah meningkatkan ketahanan Republik Indonesia di tengah naiknya ketidakpastian global. Hal itu Rodrigo sampaikan saat merilis laporan Indonesia Economic Quarterly World Bank di Jakarta, Kamis. (Kompas.com, 20/9/2018) "Didukung oleh investasi yang kokoh, inflasi stabil, dan pasar tenaga kerja yang kuat, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,2% tahun ini (2018) dan juga pada tahun 2019," ujar Rodrigo dengan penegasan, kendati ketidakpastian global meningkat, hal tersebut mampu terwujud lewat beberapa indikator yang ada. Proyeksi Bank Dunia tersebut juga tidak terlepas dari fundamental ekonomi makro Indonesia yang terbilang kuat dalam kondisi saat ini. Sementara untuk 2019, keberadaan investasi dan pemilu presiden serentak dengan pemilu legislatif bisa menjadi salah satu kontributor pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kendati demikian, Lead Economist World Bank Federico Gil Sander menyatakan Indonesia perlu dinilai berhati-hati menghadapi berbagai risiko seperti volatilitas nilai tukar. Kewaspadaan juga harus atas penundaan sejumlah pembangunan infrastruktur dapat berpengaruh pada minat investor. "Namun, penundaan investasi sejumlah proyek infrastruktur adalah hal yang baik selama tidak mengganggu infrastruktur yang dinilai penting," ujar Federico. Di sisi lain, Federico menilai Indonesia sangat perlu untuk meningkatkan jumlah ekspor pada 2019 mengingat posisinya masih kalah bila dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina. "Indonesia sebenarnya punya angka ekspor yang cukup, yaitu 21,6% dari PDB. Tapi ini tidak besar dibanding dengan Malaysia dan Filipina. Dengan meningkatnya infrastruktur, diharapkan ekspor akan makin meningkat," kata Federico. Penurunan ekspor yang signifikan sejak awal 2015 adalah pada mineral hasil tambang karena larangan ekspor bahan mineral mentah. Ribuan penambang menengah gulung tikar akibat tidak dibangun smelter untuk mengolah hasil tambang mereka. Para penambang menengah tentu tidak mampu membangun smelter. Semestinya pemerintah menugasi Perum Aneka Tambang untuk membangun smelter di beberapa titik, sehingga kekayaan alam yang berlimpah itu efektif menunjang ekspor dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain menggesa peningkatan ekspor di bidang lain, tentunya.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar