MESKI nilai tukar rupee sejak awal 2018 hingga akhir pekan lalu (31/8) terdepresiasi terhadap dolar AS 10,97%, ekonomi India kuartal II 2018 justru tumbuh 8,2%. Ini memberi harapan negara emerging market lain yang mata uangnya terdepresiasi lebih ringan seperti Indonesia (hanya di kisaran 7%) untuk bangkit dari tekanan perang dagang. Data yang dirilis Jumat (31/8/2018) itu dikutip Kompas.com dari CNNMoney (1/9/2018) menunjukkan peningkatan dari kuartal I yang tercatat 7,7%. Sedangkan Tiongkok sebagai ekonomi terbesar di Asia, pada kuartal II 2018 itu tumbuh sebesar 6,7%. Pemerintah India menyatakan kunci dari pesatnya peningkatan pertumbuhan ekonomi mereka karena ekspansi yang terjadi pada sektor manufaktur dan konstruksi. "Pertumbuhan ekonomi India mengalahkan berbagai ekspektasi pada kuartal lalu dan sepertinya pertumbuhan ini akan terus berlanjut dalam beberapa bulan ke depan," ujar ekonom Capital Economica Shahlah Shah, dalam sebuah catatan tertulis. Namun di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi tersebut, inflasi India juga meningkat pesat, membuat bank sentral setempat harus meningkatkan suku bunga dua kali dalam tiga bulan. Sedang rupee terdepresiasi terhadap dolar AS sehingga harga beberapa barang impor menjadi lebih mahal. Analis menyatakan pertumbuhan PDB tersebut merupakan puncak, sedang kini pertumbuhan ekonomi mulai mengalami pelemahan akibat perang dagang antara AS dan Tiongkok. Meningkatnya harga minyak juga bisa menjadi rem bagi India yang merupakan importir terbesar produk energi itu. Sengatan lonjakan harga BBM itu lebih dahulu dirasakan Indonesia pada kuartal II 2018, current account deficit (CAD) melebar hingga 3% akibat periode itu konsumsi BBM meningkat untuk mudik Lebaran dan liburan sekolah. Untuk mempersempit kembali CAD, menghentikan impor BBM bersubsidi (solar) dan menggantinya dengan biodiesel B-20, yang justru ramah lingkungan. Dihentikannya impor solar sebagai penyebab utama melebarnya CAD, ke depan tekanan isu CAD akan segera mereda hingga mengurangi laju pelemahan rupiah. Percepatan pariwisata sebagai sumber devisa juga akan membuat CAD lepas sebagai sumber isu dan sentimen negatif. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara (Kompas, 1/9) mengatakan daya tahan ekonomi Indonesia masih kuat untuk menahan rupiah agar tidak jatuh lebih dalam. Inflasi tahunan hingga Juli masih 3,2%, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 5,2%, defisit APBN hingga akhir tahun di bawah 2,1%.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar