PELEMAHAN rupiah hingga Selasa (4/9/2018) sejumlah bank mematok kurs Rp15.000/dolar AS, membuat orang membandingkan kondisi ekonomi tahun 2018 dengan 1998. Menurut ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual dan ekonom Bank Permata Josua Pardede, kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini sangat berbeda dengan 20 tahun lalu. "Pelemahan rupiah tahun ini dibanding dengan 1998 yang anjloknya 80% dari Rp2.500 secara tiba-tiba ya sangat jauh ya. Selain itu, waktu itu juga tidak ada kenaikan gaji sehingga daya beli masyarakatnya turun dan harga-harga melonjak tinggi," kata David. Meski ada pelemahan sepanjang lebih dari satu semester, tambah David, tahun ini juga diiringi dengan kenaikan gaji dan harga-harga yang cukup terjaga. Sementara Josua menyatakan kondisi fundamental perekonomian Indonesia saat ini sangat berbeda dengan fundamental perekonomian Indonesia 20 tahun lalu. Pada periode tersebut, krisis di Indonesia diawali oleh krisis mata uang Thailand bath, diperburuk dengan pengelolaan utang luar negeri swasta yang tidak berhati-hati lantaran sebagian utang tersebut tidak mendapat lindung nilai. "Krisis utang swasta tersebut yang kemudian mendorong tekanan pada rupiah di mana tingkat depresiasinya mencapai sekitar 600% dalam kurun waktu kurang dari setahun, dari Rp2.350 per dolar AS menjadi Rp16.000 per dolar AS. (Kompas.com, 5/9/2018) Menurut Josua, kondisi itu sangat berbeda dengan saat ini, pengelolaan utang luar negeri swasta sangat berhati-hati di mana BI sudah mewajibkan transaksi lindung nilai bagi korporasi dalam rangka mengelola risiko nilai tukar. Berdasar pada data yang dihimpun Kompas.com dari BI, BPS, dan CEIC, rupiah dari September 1997 di level Rp3.030/dolar AS terdepresiasi hingga 254% pada September 1998 menjadi Rp10.725/dolar AS. Sementara pada September 2017 rupiah pada level Rp13.345/dolar AS, melemah hanya 11% pada 3 September 2018 menjadi Rp14.815/dolar AS. Cadangan devisa pada 1998 tercatat 23,61 miliar dolar AS, sedangkan 2018 mencapai 118,3 miliar dolar AS. Lalu, 20 tahun lalu peringkat surat utang adalah junk, tidak layak investasi, peringkat pada 2018 BBB+ outlook stabil, atau investment grade (layak investasi). Pertumbuhan ekonomi 1998 minus 13,34%, sedang kuartal II 2018 tumbuh 5,27%. Lalu inflasi pada Agustus 1998 sebesar 78,2% yoy, sedang inflasi Agustus 2018 hanya 3,2% yoy. Kemiskinan 1998 pada 24,2% atau 49,5 juta orang miskin, sedang 2018 hanya 9,82% atau 25,9 juta orang.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar