PADA Hari Buruh, 1 Mei 2019, kelompok orang berbaju hitam mengacau acara di sejumlah kota: Bandung, Makassar, Malang, Surabaya. Di Bandung, 619 orang kelompok tersebut ditangkap polisi, kepalanya digunduli karena sempat merusak sejumlah motor dan mobil buruh yang aksi damai di Gedung Sate. Di Makassar kelompok berbaju hitam muncul di Hari Buruh itu memecahkan kaca restoran ayam goreng dengan melempar batu. Sejumlah pelaku ditangkap polisi. Di Malang, melakukan vandalisme dengan corat-coret di Jembatan Kahuripan yang merupakan cagar budaya. Di Surabaya, mereka coba memancing kerusuhan dengan buruh yang melakukan aksi damai. Mereka pun ditindak polisi. Menurut Kapolri Tito Karnavian, kelompok baju hitam yang merusuh di Hari Buruh itu menyebut diri mereka Anarko Sindikalisme. Simbol huruf A dilingkari dan bendera merah hitam sebagai cirinya. Kelompok ini kata Tito termasuk fenomena internasional dengan doktrin terhadap anggota mereka, para pekerja atau buruh tidak boleh diatur. Kelompok tersebut berkembang di Indonesia beberapa tahun terakhir. Anarko Sindikalisme, menurut Wikipedia, adalah teori anarkisme dalam perjuangan buruh. Hadir untuk memfasilitasi aktivitas mandiri pekerja dengan sistem ekonomi koperasi alternatif. Prinsip dasarnya solidaritas, aksi langsung (tindakan yang dilakukan tanpa campur tangan pihak ketiga, seperti politikus, birokrat, dan arbiter), serta menolak kapitalisme juga (campur tangan) negara (laises faire). Tujuan akhirnya menghapus sistem upah, menganggapnya sebagai perbudakan upah. Awalnya September 1903 dan Maret 1904, Sam Mainwaring di Inggris menerbitkan tabloid The General Strike, kritik terinci tentang resmiisme birokrasi serikat buruh dan pemogokan yang dipublikasikan di Eropa menggunakan taktik sindikalis. Meski tidak dilabeli sebagai anarko sindikalis, Persatuan Buruh Internasional (IWW) pada kongres pendiriannya (1905) diinisiasi oleh tokoh-tokoh berpengaruh dengan simpati anarkis, seperti Thomas J Hagerty, William Trauntmann, Lucy Parsons, hingga kemudian IWW terkenal sebagai sindikalis revolusioner. Istilah anarko sindikalisme dan sindikalisme revolusioner digunakan secara bergantian era 1920-an, terutama setelah kontrol sindikalis berada di tangan partai-partai komunis dan mendirikan IWA (Asosiasi Buruh Internasional) pada 1922. Sindikalis tumbuh di negara-negara Eropa sepanjang 1920-an, tetapi pada 1930-an dihancurkan ketika kaum fasis berkuasa di seluruh Eropa. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar