KONDISI ekonomi keuangan yang shock oleh peristiwa kerusuhan 21—22 Mei 2019, segera pulih dan menguat kembali hari berikutnya. IHSG yang Rabu jatuh hingga ke level 5.000-an, Kamis sesi pertama kembali ke level 6.029. Juga rupiah yang Rabu jatuh hingga Rp14.520/dolar AS, Kamis dan Jumat menguat, ditutup pada level Rp14.385. Di indeks saham LQ45, hampir seluruh saham menghijau. Top gainers LQ45 antara lain, PT Nusantara Citra Tbk (MNCN) naik 7,37% ke Rp1.020. Disusul PT Indah Kiat Tbk (INKP) naik 4,94% ke Rp6.375. Lalu PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) naik 4,53% ke Rp1.270. IHSG menjadi pemenang tunggal di Asia, setelah kondisi jalanan di Jakarta kembali normal pascarusuh aksi unjuk rasa. (Kompas.com, 23/5/2019). Sementara itu, rupiah pada Kamis dan Jumat lalu menjadi mata uang terbaik di Asia dengan peningkatan dari Rp14.520/dolar AS menjadi Rp14.385, atau 0,93% dalam dua hari. Pesatnya pemulihan IHSG dan rupiah terjadi selain berkat efektifnya TNI-Polri mengatasi kerusuhan 22 Mei yang designed dengan diprovokasi cukup lama sebelumnya itu, juga diperkuat oleh realitas fundamental ekonomi yang memang cukup baik. Sebaik IHSG, saking kencangnya penguatan rupiah menjadi yang terbaik di Asia. Seluruh mata uang utama Asia memang menguat di hadapan dolar AS, tetapi apresiasi rupiah yang terbaik. (CNBC-Indonesia, 24/5/2019) Rupiah dan mata uang Asia berhasil memanfaatkan situasi dolar AS yang sedang tertekan. Pada pukul 16.11 WIB Jumat lalu itu, dollar index (yang manggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,08%. Rilis data Purchasing Manager's Index (PMI) yang memukul telak dolar AS. Perkiraan angka PMI manufaktur AS edisi Mei versi IHS Market berada di 50,6, turun jauh dibanding bulan sebelumnya 52,6. Angka 50,6 adalah yang terendah sejak September 2009. Angka 50 merupakan batas bawah optimisme dan daya ekspansif pengusaha AS. Bukan hanya dunia usaha, rumah tangga juga menahan diri. Penjualan rumah pada April turun 6,9% dari bulan sebelumnya. Ditambah lagi, tindak lanjut perundingan perang dagang yang gagal justru menaikkan bea masuk impor barang Tiongkok. Biaya produksi pun naik menambah beban dunia usaha. The Fed perkirakan pertumbuhan ekonomi AS kuartal-2 2019 sebesar 1,2%, jauh melambat dari kuartal sebelumnya 3,2% dan periode sama 2018 2,2%. Prospek ekonomi AS yang suram membuat greenback ditinggalkan. Arus modal meninggalkan AS ke segala penjuru, termasuk ke Indonesia.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar