APLIKASI buatan anak muda Indonesia yang disebut menggunakan teknologi artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan) hadir untuk membantu umat Islam beribadah. Kecerdasan aplikasi bernama Umma ini sajian kontennya bisa dipersonalisasi sesuai penggunanya. "Misi kami adalah membantu pengguna untuk bersama-sama menjadi muslim yang lebih baik (khairu ummah) melalui pemanfaatan teknologi. Aplikasi kami dikembangkan untuk menjawab kebutuhan kaum muslim akan informasi seputar Islam yang tepercaya dalam satu wadah," kata CEO dan Co-Founder Umma, Indra Wiralaksmana, dalam keterangan resmi dikutip detik-net (27/4/2019). Umma menawarkan sejumlah fitur yang menunjang umat Islam beribadah, seperti waktu salat dan penunjuk arah kiblat yang bisa digunakan di mana pun berbasis GPS. Juga ada fitur Alquran dan terjemahan yang dilengkapi kumpulan rekomendasi ayat-ayat dengan berbagai tema kehidupan. Adapun untuk fitur konten pada Umma terdiri atas beragam artikel serta berbagai video kajian dan ceramah ustaz yang telah diverifikasi dan dimoderasi. Konten aplikasi Umma telah diisi lebih dari 80 ustaz dan ulama populer di tengah masyarakat yang siap berbagi informasi kepada para pengguna. Fitur yang khas dalam Umma adalah fitur komunitas. Fitur ini dimoderasi untuk memfasilitasi pengguna Umma membentuk komunitas yang berasal dari beragam latar belakang untuk berdiskusi maupun melakukan tanya jawab dengan ustaz pembina grupnya. Fitur komunitas ini berbeda dengan platform lainnya. Melalui fitur komunitas Umma mendorong umat Islam Indonesia untuk saling bahu-membahu berbuat kebaikan pada sesama melalui diskusi positif. "Lebih dari satu tahun kami telah memfasilitasi terbentuknya 80 komunitas baru dan akan terus bertambah," jelas Indra. Aplikasi Umma bisa diunduh secara gratis di Google Play Store atau Apple App Store. Dari penjelasan pengelola Umma tertangkap kesan adanya perbedaan fitur komunitas Umma dengan platform lain. Yakni, diskusi di fitur komunitas Umma difasilitasi moderasi dari pihak Umma dan dipandu ustaz atau ulama pembimbing. Jadi, kemungkinannya beda dengan diskusi di ruang komunitas platform lain yang tidak dimoderasi sehingga bisa ngawur, bebas caci maki dan berujar kebencian. Hal seperti itu mungkin tidak bisa dilakukan di Umma karena ada moderasi yang mengarahkan pembicaraan dan bimbingan ustaz untuk menjaga fokus diskusi berorientasi pada peningkatan kualitas beragama dan beribadah. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar