Artikel Halaman 8, Lampung Post Kamis 30-04-2020
Jutaan TKI Terancam Kelaparan di M'sia!
H. Bambang Eka Wijaya
JUTAAN orang tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia terancam kelaparan sejak lockdown 18-30 Maret 2020, yang menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan. Lockdown Covid-19 itu diperpanjang lagi hingga 12 Mei 2020.
Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Malaysia Mahfud Budiono, yang juga TKI, menyebut saat ini terdapat 700 ribu buruh yang terdata di industri konstruksi. Di luar yang terdata itu, terdapat 1,5 juta buruh lainnya yang tak memiliki dokumen resmi bekerja di Malaysia.
Mereka bekerja untuk sektor industri, restoran, jasa bersih-bersih, dan lainnya. Semua sudah dirumahkan sejak lockdown. "Mereka sudah kuras tabungan untuk sewa rumah dan kebutuhan pokok lainnya," ujar Mahfud. (CNBC-Indonesia, 24/4/2020)
Sebanyak 400 ribu buruh bahkan terancam diusir dari kontrakannya karena tak ada uang untuk bayar sewa, yang rata-rata sekitar 1.200 ringgit sebulan.
Bersama dengan 20 NGO, NU Malaysia telah memberi bantuan makanan kepada para TKI di sekitar Kuala Lumpur dan Selangor. Tapi mereka tetap kewalahan dan kurang.
Pemerintah Malaysia sudah menyumbang 1.000 karung beras sejak 3 April. Sementara pemerintah Indonesia sudah mengirim 100 ribu paket sembako kepada TKI di Malaysia.
Direktur Eksekutif NGO Tenaganita Glorene Das mengatakan, "Para TKI tidak takut Covid-19, tapi mereka takut kelaparan karena tak punya penghasilan lagi."
Karena itu mereka yang masih punya ongkos pulang kampung, berusaha menyeberang lewat Kepulauan Riau. Tapi setelah Indonesia melarang mudik sejak 24 April 2020 sehingga semua jalur transportasi darat, laut dan udara ditutup pemerintah, mereka jadi terkurung tanpa penghasilan di negeri jiran.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menyatakan, sampai larangan mudik keluar sudah 62 ribu TKI pulang kampung dari Malaysia.
Sementara itu, South China Morning Post (24/4/2020) mewawancarai Agung, 30, salah seorang TKI yang selama ini bertahan hidup hanya dengan makan telur dan mie instan di tempat penampungan buruh konstruksi.
Agung biasanya bisa dapat 2.000 ringgit atau sekitar Rp7 juta sebulan sebagai kuli bangunan. Namun sejak lockdown, dia kehilangan penghasilan.
Ia kini mengandalkan makanan dari bantuan NGO yang diperkirakan hanya akan bertahan 4 sampai 5 hari lagi. "Saya tidak tahu bagaimana habis itu," ujarnya.
Agung sebenarnya tulang punggung keluarga, kini terpikir nasib istrinya, anaknya yang berusia satu tahun, dan orang tuanya yang berusia lanjut di kampung, Medan. ***