Artikel Halaman 8, Lampung Post Minggu 12-04-2020
Intervensi Bisa Pulihkan
Ekosistem Laut Global!
H. Bambang Eka Wijaya
SEKELOMPOK peneliti dari berbagai negara menyimpulkan ekosistem laut global bisa dipulihkan kembali pada 2050. Dengan catatan, ada intervensi kebijakan serta aksi nyata yang dilakukan secepat mungkin.
Dirilis jurnal Nature, penelitian tersebut juga menekankan, manusia hanya memiliki waktu terbatas untuk bisa mewujudkan hal itu.
Naiknya temperatur, polusi air, dan tingkat keasaman laut yang meningkst sangat berefek buruk pada ekosistem lautan. Para peneliti di Universitas of Hawaii Manoa menyebut sekitar 70-90% populasi koral dunia diperkirakan akan menghilang dalam waktu 20 tahun mendatang.
Sementara para peneliti lain menggarisbawahi penurunan populasi ikan akibat perubahan iklim. Ilmuwan setuju adanya intervensi dan aksi nyata untuk mempertahankan populasi lautan.
Dalam jurnal tersebut ditekankan pemulihan ekosistem laut bisa dicapai dalam skala global. Dengan perkiraan, pemulihan global akan tercapai sekitar dua atau tiga dekade mendatang apabila aksi nyata dan intervensi dilakukan.
"Kisah sukses proyek-proyek konservasi lautan dalam beberapa tahun belakangan memberi ilustrasi bagaimana perubahan bisa terjadi," ujar Professor Callum Roberts dari Departement of Environment and Geography di University of York, seperti dikutip Kompas.com dari CNN (3/4/2020).
Menurut peneliti, spesies dan lautan harus dipelihara. Habitat harus dikembalikan seperti semula, penangkapan ikan dan hewan laut harus dibatasi, pencemaran lautan dikurangi, dan ada mitigasi perubahan iklim.
Para ilmuwan menyebutkan ada sembilan komponen utama dalam pemulihan ekosistem laut secara global. Antara lain rumput laut, rawapesisir, bakau, terumbu karang, tiram, perikanan, megafauna, dan laut dalam.
"Penangkapan ikan yang berlebihan dan perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap hal ini, namun masih ada harapan untuk pemulihan kembali," tambah Roberts.
Kini manusia sudah memiliki cara untuk memulihkan komponen penting seperti tiram dan bakau, yang membuat lautan lebih bersih. Namun kembali lagi, hal paling krusial yang dimiliki dan harus dimanfaatkan manusia adalah waktu.
"Kita masih punya kesempatan untuk memberi anak-cucu ekosistem laut yang sehat, dan kita punya pengetahuan untuk itu," ujar Dr. Carlos Duarte, Professor of Marine Science dari King Abdullah University.
Indonesia di masa menteri kelautan Susi Pudjiastuti, on the track pada ideal gerakan global itu. Tapi kini, kebijakan era Susi itu tinggal sejarah. ***
0 komentar:
Posting Komentar