Artikel Halaman 8, Lampung Post Jumat 24-04-2020
Ramadan Covid-19, Ikhtiar, Sabar, Tawakal!
H. Bambang Eka Wijaya
TELAH tiba bulan yang selalu dinanti-nanti setiap muslim untuk bersukacita bila bisa bertemu dengannya, marhaban ya Ramadan!
Ramadan kali ini sangat istimewa. Mungkin satu-satunya Ramadan yang akan menjadi khasanah sejarah, sumber inspirasi sepanjang masa, umat muslim sedunia diuji serentak dengan pagebluk Covid-19. Ujian untuk ikhtiar, sabar, dan tawakal.
Sebagai ikhtiar menghindar dari wabah, umat beribadah mengikuti petunjuk fatwa majelis ulama. Salat Jumat dan salat fardu selama pagebluk tidak dilakukan berjamaah di masjid. Tapi dilakukan di rumah masing-masing. Juga salat tarawih dan tadarus, cukup di rumah.
Dan itu bukan hanya berlaku di masjid kampung atau kota di Tanah Air. Tapi di seluruh dunia, termasuk di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Saudi Arabia.
Pasalnya, orang harus saling menjaga jarak, social dan physical distancing, agar tak tertular virus jahat bernama Covid-19.
Bahkan pada ambang Ramadan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan, serangan Covid-19 di Indonesia memasuki fase transmisi komunitas. Artinya, penularan terjadi dari orang ke orang, lebih-lebih dalam satu komunitas (kelompok/lingkungan).
Fase ini membuat pengajian atau ceramah ustazd yang biasa disampaikan usai Salat Isya menjelang tarawih, juga tak mungkin dilakukan. Para ustadz pun, jauh sejak sebelum Ramadan, telah banyak yang membuat video rekaman ceramahnya yang diunggah ke Youtube.
Namun demikian ada terasa kehilangan, khususnya remaja dan anak-anak yang dalam setiap Ramadan gemar berbuka puasa di masjid. Berbagai hidangan berbuka mereka lazim disediakan oleh warga jamaah masjid yang diatur bergiliran. Tapi, karena harus menghindari terjadinya kerumunan, tradisi itu tak mungkin dilakukan Ramadan kali ini.
Selanjutnya episoda salat Idul Fitri di lapangan atau masjid ditiadakan. Remaja dan anak-anak pun kehilangan "tradisi" takbir keliling. Lalu, di hari Lebaran, silaturrahmi menyalami warga keliling kompleks perumahan atau kampung tak mungkin dilakukan. Karena bersalaman saja dilarang, "salam tempel" yang diharap banyak anak-anak pun jadi tipis harapan.
Ternyata banyak hal yang berbeda pada Ramadan dan Idul Fitri kali ini. Tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Namun, semua itu dilakukan sebagai ikhtiar menghindari serangan Covid-19 sesuai arahan majelis ulama dan ketentuan pemerintah. Dengan begitu, semua penderitaan dan kesulitan dijalani dengan sabar dan tawakal.
Selamat menunaikan ibadah Ramadan. ***
0 komentar:
Posting Komentar