Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Letusan GAK Terlihat Satelit Luar Angkasa!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Minggu 26-04-2020
Letusan GAK Terlihat
Satelit Luar Angkasa!
H. Bambang Eka Wijaya

LETUSAN Gunung Anak Krakatau (GAK) pekan lalu (10-11/4/2020) terlihat dari luar angkasa dan berhasil difoto oleh satelit Landsat 8 yang dioperasikan oleh NASA dan US Geological Survey. Dilansir Space.com (17/4), uap gas letusannya memekat mencapai atmosfer.
GAK memang selalu mendapat perhatian dari para geolog berkat kedahsyatan letusan inangnya, Gunung Krakatau, pada 26 Agustus 1883. Apalagi akhir tahun 2018, letusannya yang berkelanjutan mengakibatkan separuh tubuhnya longsor ke laut menyulut tsunami di Selat Sunda.
Dalam foto berwarna alami letusan GAK yang direkam satelit Landsat 8, tampak kepulan asap putih membubung tinggi ke angkasa, sementara aliran lava terus mengalir ke lautan di sekitarnya.
Verity Flower, pakar gunung berapi dari Universities Sapce Research Association yang berbasis di Goddard Space Flight Center NASA menjelaskan dalam situs Earth Observatory NASA, berdasar lokasinya kepulan asap putih tersebut berasal dari Gunung Anak Krakatau.
Flower mengatakan, pada 12 April 2020, dia melihat fitur serupa pada salah satu foto MISR (Multi-angle Imaging Spectro-radiometer) pada satelit Terra milik NASA, dengan fitur seperti kepulan asap di atas puncak gunung berapi (Anak Krakatau).
Lalu, dari warnanya yang putih Flower menduga asap yang membubung mayoritas terbentuk dari uap air dan gas. Pasalnya, bila mayoritas terbentuk dari abu, asap akan terlihat abu-abu atau coklat dalam foto warna alami.
Lantas kemana perginya abu dari letusan Gunung Anak Krakatau? Abu tersebut tampak pada asap gelap memanjang ke utara yang nyaris tersembunyi di balik asap putih dalam foto.
Flower mengatakan, bisa jadi partikel abu yang lebih berat berada pada ketinggian yang lebih rendah di atmosfer dan terbawa ke utara oleh angin yang dekat dengan permukaan.
"Sebaliknya air dan gas di dalam asap, yang lebih ringan, akan terbang tinggi dan dengan cepat jadi lebih pekat di atmosfer," imbuh Flower. (Kompas.com, 17/4).
Selain foto tersebut, instrumen Landsat 8 juga mengumpulkan data pengukuran infrared di area Gunung Anak Krakatau. Ketika digabungkan, hasilnya menonjolkan sebuah titik panas yang diduga batuan cair.
Letusan GAK yang terpotret satelit NASA terjadi 10 April malam hingga 11 April 2020, semula diduga sebagai asal dentuman yang didengar warga Jakarta dan sekitarnya. Namun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) membantah. Dentuman itu bukan berasal dari GAK yang meletus malam itu. ***





0 komentar: