PAK Labai, tokoh masyarakat, jalan bergegas dari arah dermaga. Melihat raut wajahnya yang tegang, saat melintas warung warga bertanya, "Ada apa, Pak Labai?"
"Ada kapal asing karam!" jawab Pak Labai.
Orang dari warung segera berlarian ke dermaga sambil berteriak, "Ada kapal asing karam!"
Warga desa pun berkejaran ke dermaga, tak melihat sedikit pun kapal yang karam itu. Tapi, karena Pak Labai tokoh yang dipercaya, salah seorang berkata, "Berarti sudah tenggelam semua kapal itu! Pak Labai saja tadi cuma melihat bendera asing di ujung tiangnya!"
Sejumlah pemuda mengayuh sampan ke tengah laut. Sampai kembali, mereka tak menemukan sepotong pun benda ringan yang seharusnya timbul, keluar dari kapal yang karam! Mereka ke rumah Pak Labai, "Mungkin yang Pak Labai lihat tadi bendera kapal selam!"
"Siapa yang mengatakan aku melihat?" jawab Pak Labai. "Aku mendengar!"
"Mendengar?" timpal pemuda. "Seperti apa suara kapal karam? Bagaimana tahu itu kapal asing?"
"Aku mendengar dari berita radio di hape yang kukantongi!" tegas Pak Labai. "Disebutkan, ada kapal karam di Segitiga Bermuda! Kata saksi mata warga lokal, kapal itu berbendera asing!"
Para pemuda terhenyak. "Kenapa Pak Labai tadi tak mengatakan begitu? Akibat ucapan Bapak yang tak lengkap, warga sedesa merasa tak nyaman, karena tak memberikan pertolongan!"
"Sampaikan permohonan maafku ke warga desa! Aku tadi sedang tergesa pulang karena mules!" ujar Pak Labai. "Aku paham telah terjadi disonansi komunikasi--warga desa tak nyaman akibat informasi yang kuberikan tidak lengkap!"
"Disonansi komunikasi bukan cuma membuat warga desa kita tak nyaman, tapi warga bangsa!" timpal pemuda. "Menurut Effendi Gazali (Kompas 30-1), itu akibat penjelasan Presiden SBY yang tak lengkap kepada rakyat tentang program 100 hari kabinet! Akibat tak nyaman, mahasiswa, buruh, tani dan elemen kritis se-Tanah Air demonstrasi! Pemerintah juga tak nyaman akibat rakyat tak tahu rincian program 100 hari tersebut!"
"Aku juga tak tahu apa isi program kerja 100 hari kabinet, kecuali satgas mafia hukum yang meski melakukan gebrakan di LP, tak ada mafia yang ditindak secara hukum!" tegas Pak Labai. "Ketika meresmikan PLTU Labuan pada hari ke 100 kerja kabinet, Presiden SBY cuma menyebutkan 15 prioritas, 45 program, dan 145 rencana aksi! Apa isi semua itu, juga tak dijelaskan! Jadi, sampai masa 100 hari berakhir, rakyat tidak tahu apa saja yang dikerjakan dalam program tersebut!"
"Jangan-jangan program kerja 100 hari yang informasinya tak diterima rakyat secara lengkap hingga menimbulkan disonansi komunikasi itu, cuma seperti cerita kapal karam!" tukas pemuda. "Dihebohkan semua orang, tapi sebenarnya tidak ada! Maka itu, rakyat tak merasakan sedikit pun perbaikan kondisi hidupnya!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Senin, 01 Februari 2010
Disonansi Komunikasi, Kapal Karam!
Label:
kabinet,
masyarakat,
Rakyat
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar