Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Sepi, Bantuan kepada Korban Banjir!


"TAK secepat dan seramai masa lalu, bantuan darurat penyambung hidup (survival) kepada korban bencana banjir di berbagai kawasan Lampung terakhir ini terkesan relatif sepi!" ujar Umar.

"Kesan itu selain dari kurangnya laporan reporter mengangkat masalah bantuan, juga dari SMS pembaca yang mempertanyakan ke mana badan penanggulangan bencana pemda, banyak korban banjir yang rumahnya terendam berhari-hari bahkan hanyut, tambah penderitaannya akibat tak mendapat bantuan tepat waktu!"

"Masalahnya, kebanyakan korban terisolasi oleh banjir, jembatan-jembatan putus, lalu hujan juga tak kunjung reda! Akibatnya, penyampaian bantuan kepada mereka terkendala!" kilah Amir. "Jangankan mengantar bantuan ke lokasi banjir yang jauh, untuk keluar rumah mengumpul bantuan warga saja diadang hujan!"

"Alasan-alasan seperti itu cuma menambah pedih penderitaan para korban yang merasakan betapa kian menipisnya solidaritas sesama warga!" tegas Umar.



"Apalagi saat demikian mengenang masa lalu, bantuan dari sesama warga--meski sekadar nasi bungkus seadanya--lebih cepat datang!"

"Warga belakangan cenderung begitu mungkin karena dari waktu ke waktu membaca koran bahwa anggaran pos bantuan di pemda jumlahnya besar, sampai ratusan miliar! Berita seperti itu membuat warga mengira kalau sekadar bantuan darurat untuk penyambung hidup korban bencana soal kecil!" timpal Amir. "Dengan asumsi seperti itu, warga pun merasa tak perlu bergegas mengantar bantuan mereka karena menurut logikanya, Pemda akan dengan mudah mengatasi hal itu!"

"Anggaran pos bantuan tak bisa dikeluarkan secara mendadak seperti itu!" entak Umar.

"Pos bantuan itu baru bisa dikeluarkan kalau ada proposal permohonannya, yang harus mendapat persetujuan dengan bukti paraf langsung kepala daerah! Korban banjir mana sempat membuat proposal dan antre mendapatkan paraf tanda disetujui kepala daerah!"

"Begitu? Manalah warga tahu kalau prosedur untuk dapat bantuan dari pos anggaran itu sedemikian rupa! Apalagi para korban bencana banjir!" timpal Amir. "Mereka pikir serbaotomatis dana pos bantuan keluar ketika terjadi keadaan darurat, sehingga mereka merasa cukup dengan mengandalkan pos anggaran tersebut!"

"Kalau begitu kita harus gerak cepat mengumpul relawan, untuk 'woro-woro' memukul kentongan keliling dari desa ke desa, memberi tahu warga bahwa dana pos bantuan tidak bisa otomatis keluar untuk membantu korban banjir!" tegas Umar. "Karena itu, warga diharapkan segera turun tangan membantu saudara-saudara yang kena musibah itu! Pokoknya harus diusahakan bantuan buat korban banjir seramai dahulu!" *****

0 komentar: