"INDONESIA negeri serbaunik!" ujar Umar. "Menjalankan perintah menteri, seorang dirjen, sejumlah gubernur dan bupati-wali kota masuk bui! Itu kasus damkar--mobil pemadam kebakaran! Lalu konflik KPK dengan polisi dan jaksa, cicak lawan buaya, publik gerah, presiden pun membentuk Tim 8! Disusul skandal Bank Century, kata pemerintah itu kebijakan brilian, lembaga lain beda penilaian! Kini muncul konflik fee BPD (Bank Pembangunan Daerah), kata KPK itu gratifikasi alias korupsi! Mendagri ngotot itu hak kepala daerah! Presiden janji, tak melindungi menteri yang terlibat!"
"Itu konflik tanpa henti antarpengelola kekuasaan!" sambut Amir. "Konflik akibat beda persepsi tentang kekuasaan masing-masing! Demi serbaunik, setiap konflik diselesaikan lewat cara spesifik! Kelihatan sebagai negeri kreatif, tapi sebenarnya cermin kekaburan standar akibat egosektoral yang hanya membenarkan tafsir sendiri!"
"Dibanding anak-anak bermain gobak sodor yang semua pihak selalu taat aturan main tanpa wasit, gejala itu menunjukkan justru kaum tua yang tak keruan!" tegas Umar.
"Kalau setiap masalah jadi konflik dan setiap konflik harus cari solusi spesifik, bangsa ini bisa kehabisan waktu dan energi untuk soal yang jika aturan mainnya 'digobaksodorkan', sebenarnya tak perlu terjadi!"
"Realitas itu membuat bangsa jalan di tempat, padahal bangsa lain berpacu dengan full speed!" timpal Amir. "Tapi, nasi telah jadi bubur! Bukan jalan keluar yang terbuka, justru masalah baru yang terus timbul! Bangsa kian tenggelam dalam timbunan masalah yang semakin ruwet saja!"
"Berarti perlu terobosan konstitusional untuk membawa bangsa keluar dari realitas itu!" sambut Umar. "Cuma, terobosan seperti apa?"
"Realitas bangsa sudah mirip candi kena gempa dahsyat! Patung dan ornamen berserakan, tak jelas lagi bentuknya!" tegas Amir. "Diperlukan restorasi, menyusun kembali satu per satu materi berserakan itu untuk dikembalikan pada bentuk dan tempat semula! Sampai, seluruh bangunan kembali pada bentuknya yang ideal!"
"Restorasi Indonesia, itu judul manifesto Nasional Demokrat!" potong Umar.
"Kuncinya demokrasi yang mampu menghadirkan pemimpin berkualitas dari tingkat nasional sampai daerah!" tegas Amir. "Kini budaya uang dominan dalam seleksi pemimpin, dari jalur politik sampai sektoral! Mulai kampanye media dan lapangan, sampai penentuan pilihan perorangan, bukan rahasia umum lagi, ditentukan duit! Tanpa kecuali godaan uang telah menjadi perusak moral nomor wahid--moralitas pemimpin di semua tingkat terimbas guncangan gempanya!"
"Jadi, kebanyakan pemimpin hadir di semua tingkat cuma produk budaya uang!" timpal Umar. "Sehingga, moralitasnya tak layak diteladani!" ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Selasa, 09 Februari 2010
Restorasi, Akhiri Konflik tanpa Henti!
Label:
nasional demokrat,
Pemerintah,
publik
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar