Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Mimpi Tol, JSS, Jalan Ambles!


"DASAR Jakarta! Jalan macet melulu!" gumam Umar melihat sekilas jubelan mobil macet saat terbangun sejenak dari ngorok di jok samping sopir, lalu tidur lagi.

"Mimpi apa kau siang bolong begini?" entak Amir yang menyetir. "Boro-boro Jakarta, Bakauheni saja belum!"

"Apa?" Umar tersentak, bangun. "Sampai mana kita?"

"Macet akibat badan jalan ambles di kilometer 79-80 Bandar Lampung--Bakauheni!" jawab Amir. "Jalan alternatif lewat Palas--Ketapang juga harus dialihkan, karena jalan antarkecamatan itu tak mampu menahan beban truk dan tronton!"

"Sialan!" keluh Umar. "Rupanya aku cuma mimpi lewat tol Tegineneng--Bakauheni, masuk jembatan Selat Sunda (JSS) tembus tol Merak--Jakarta! Maka itu, jalanan macet ini tadi kukira di Jakarta! Kenyataannya bukan tol dan JSS, malah jalan raya Lampung ambles!"

"Bukan cuma ambles, juga berhantu!" timpal Amir.

"Ah, masa kau percaya takhayul?" sergah Umar.

"Bukan takhayul!" bantah Amir. "Sudah puluhan truk material urukan dituang ke lubang besar dan dalam yang menganga di tengah jalan itu, tapi tak kunjung penuh! Sekali sempat rata di permukaan, tapi ambles lebih dalam lagi! Menurut perkiraan pihak yang bertanggung jawab mengatasinya, bulan Juni nanti diharapkan selesai!"

"Bulan Juni? Itu

empat bulan dari sekarang! Cuma untuk menutup sebuah lubang di jalan?" entak Umar. "Itu bukan sekadar hantu, tapi kutukan! Akibat terlalu dibuai mimpi jalan tol dan JSS, jalan yang ada malah tak dirawat dengan semestinya! Ambles itu bisa akibat daya tahan gorong-gorong di bawah jalan tak diperhatikan, padahal beban yang melintas di atasnya terus bertambah berat!"

"Kalau begitu bukan kutukan danyang atau roh penguasa jalan raya! Tapi kutukan alam atas kelalaian memperhatikan dan merawat semua fasilitas saluran air di kiri-kanan jalan dan yang melintas di bawahnya!" timpal Amir. "Kelalaian itu bisa terjadi karena terlalu larut dalam impian jalan tol dan JSS, padahal menurut Staf Ahli gubernur Lampung, Ashori Djausal, semua itu cuma wacana!" (Lampung Ekspres Plus, [1-3])

"Berarti kita seperti pungguk merindukan bulan, mimpi menggapai bintang-bintang di langit tapi lupa pada rumput di bumi!" tegas Umar. "Jalan ambles itu mengingatkan kita untuk kembali ke realitas yang harus dihadapi dan diperlakukan dengan adil--tak cuma larut dalam mimpi!"

"Itu peringatan kepada kita, mengurus jalan di daratan saja ambles, betapa mengerikan jika dengan mentalitas serupa harus mengelola JSS, jembatan terpanjang sedunia di atas laut sedalam 200 meter!" timpal Amir. "Disiapkan jembatan timbang pun yang ditimbang cuma keneknya! Sedang truk yang melampaui batas daya dukung jalan dan jembatan, selalu bablas! Belum lagi kebiasaan buruk seperti di Jembatan Suramadu, bautnya dicopoti orang untuk dijual kiloan!

0 komentar: