Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Tidak Perlu Lagi Jaga Popularitas, TDL Dinaikkan!


"PEMERINTAH mulai Juli menaikkan tarif dasar listrik (TDL) 15 persen untuk semua golongan!" ujar Umar. "Dirut PLN Dahlan Iskan menyatakan tarif listrik domain pemerintah, PLN ikut saja!"

"Meski banyak pihak menolak kenaikan tersebut dengan berbagai alasan, sebenarnya sudah tujuh tahun TDL tak disesuaikan!" timpal Amir. "Padahal, dalam masa itu total inflasi sudah 40-an persen, sehingga subsidi listrik pada APBN juga terus naik sebanding! Di sisi lain, akibat reduksi nilai riil penerimaan dan terus naiknya subsidi, banyak sisi operasional ditekan hingga pelayanan pelanggan merosot! Byarpet dalam skala nasional, tanpa kecuali Jabodetabek, terjadi setahun terakhir!"



"Karena krisis listrik dirasakan seisi keluarga, anak kecil juga tahu kondisi pelistrikan nasional jadi buruk setelah tujuh tahun TDL tak disesuaikan, akibat TDL juga dijadikan alat make up wajah kekuasaan!" tegas Umar. "Artinya, setelah tak lagi diperlukan untuk menjaga popularitas, TDL bisa disesuaikan kembali secara bertahap!"

"Dari situ terlihat, sistem ekonomi Indonesia bazar komando--harga diatur sesuai kepentingan komandan--yang berkuasa!" timpal Amir. "Bazar terlihat pada sistem amal, pemberian berdasar belas kasihan penguasa seperti lewat BLT, bukan sistem yang menumbuhkan kemampuan bersaing dengan peningkatan kesejahtearan rakyat seperti lazimnya sistem ekonomi ideal!"

"Penaikan TDL bukan semata karena tak lagi diperlukan sebagai pilar popularitas penguasa!" tukas Umar. "Tapi karena tidak dilakukannya penyesuaian TDL selama tujuh tahun, mutu pelayanan listrik terus merosot, memicu krisis listrik berskala nasional yang justru menjadi faktor delegitimasi pada kekuasaan--ngurus listrik aja kagak becus--makin lama listriknya kian jelek!"

"Itu pokok masalahnya jika muncul penolakan kenaikan TDL!" tegas Amir. "Sebab ironis, kenaikan TDL dilakukan saat pelayanan jeblok! Pelanggan diwajibkan membayar lebih mahal atas mutu produk yang lebih buruk!"

"Untuk itu, karena sukar memulihkan degradasi kualitas sepanjang tujuh tahun dalam waktu tersisa 3,5 bulan hingga Juli, sedang APBN sudah sampai batasnya untuk meyangga peningkatan subsidi, pihak pelanggan yang sudah tujuh tahun menikmati penjagaan popularitas penguasa dengan tidak menaikkan TDL, kali ini layak untuk mengalah!" timpal Umar. "Anggap saja kenaikan 15 persen itu rapel kenaikan yang tertunda! Sebaliknya, PLN harus meningkatkan mutu produk dan pelayanan, agar pelanggan mendapatkan setara kenaikan TDL!"

"Pelanggan sebagai warga negara selalu siap menerima bukti, bukan janji!" tegas Amir. "Meski, buktinya lebih buruk dari harapan!"

0 komentar: